After The Rain Part 1

Dear diary, Hari ini ada reuni SMP Harapan Bangsa. Dan tiba-tiba aja aku ingat lagi sama Ardi. Yeah, Ardi si Cinta Pertama itu loh! Dia bakal datang gak ya? Kayak gimana ya dia sekarang? Aku penasaran. Aku harap dia datang. Apa hatiku masih akan berdebar ya kalo ketemu dia?
Rintik-rintik hujan mulai membasahi mobil Veya yang melaju menuju SMP Harapan Bangsa. Dan seiring hujan turun, lalu lintas pun mulai tersendat-sendat. Veya pun akhirnya menyandarkan badannya dan menghela napas, dia terlihat lelah.

Read More

Profil Dewi Lestari

Dewi Lestari Simangunsong yang akrab dipanggil Dee (lahir di Bandung, Jawa Barat, 20 Januari 1976; umur 35 tahun) adalah seorang penulis dan penyanyi asal Indonesia.
Lulusan jurusan Hubungan Internasional Universitas Parahyangan ini awalnya dikenal sebagai anggota trio vokal Rida Sita Dewi. Sejak menerbitkan novel Supernova yang populer pada tahun 2001, ia juga dikenal luas sebagai novelis.

Read More

Cerber Cattelya Part 1

Malam ini aku menantimu, sama seperti malam malam sebelumnya. Duduk sendirian di taman Cattelya. Ditemani indahnya lampu malam yang berwarna warni, cukup menghibur kesendirianku. Aku akan tetap menantimu Carla, sampai kapan juga.
Taman Cattleya begitu berarti buatku. Selain karena aku yang mendesain sendiri taman ini, suatu pertemuan yang tanpa sengaja telah terjadi disini, kamu dan aku. Senyumku semakin berkembang saat mengingatmu.

Read More

Anda Seorang Penyendiri atau Pemalu?

Pernah tahu tentang seseorang yang perlu menyendiri, berjam-jam tiap harinya? Yang gemar mengobrol tentang ide-ide, tentang perasaan? Yang kadang-kadang bisa mempresentasikan sesuatu dengan hebat di hadapan banyak orang, tapi begitu canggung saat berada di kelompok yang lebih kecil?
Apakah kita menjulukinya "orang serius", "sombong" ? atau bertanya kepadanya 'eh, kamu sakit ya'?

Read More

Farhan

Pria itu akhirnya sadar kalau aku mengikutinya dari tadi. Dia berbalik kemudian bertanya padaku. “Kamu ngikutin aku ya?” Aku nyengir sambil melihat buku yang ada di tangannya. “Apa ada yang salah?” Tanyanya lagi.
“Buku itu.” Jawabku sambil menunjuk buku yang ada di tangannya. “Buku ini?” Aku menggangguk. “Boleh nggak aku yang pinjem bukunya? Soalnya, buku itu penting banget untuk menyelesaikan tugasku?” Tanyaku.

Read More
Rating
1 Comments


Mochamad Ichsan Effendi

akan mewakili kampung Writing Revolution 04 sebagai duta dalam penganugrahan Warga Teladan Award (WTA). penulis kebanggan dari WR04 yang lahir di Jombang 04 Desember 1988 ini alumni Pondok Pesantren PERSIS Bangil. Ia telah banyak memberikan Ilmu dan menularkan semangatnya dalam menulis dan berkarya pada rekan-rekannya di WR04.


Menjadi seorang penulis hebat yang tetap berpegan teguh pada ‘Ukhuwah Islamiyah’ adalah cita-citanya yang paling indah baginya. Kecintaannya pada dunia menulis terlihat jelas dari setiap karya bermutu yang dia hadirkan dan disuguhkannya sebagai pencerahan untuk setiap sahabat-sahabatnya. Mochamad Ichsan Effendi yang lebih dikenal dengan Ichsan "kidnep" Effendi adalah sebuah symbol ‘menulis itu adalah ilmu’. Mari kita dukung Ichsan "kidnep" Effendi sebagai Warga Teladan WR bulan Juli 2011.

Aparatur WR 04
Rating
0 Comments

Wiladah El-Fairy Liandra


Beni menarik nafas dalam – dalam kemudian mengeluarkannya perlahan. Terus dipandangnya kalender dengan gambar artis cantik itu. Mulutnya komat-kamit seperti mbah dukun yang siap menyembur pasiennya seperti lagu Alam penyanyi dangdut yang sempat naik daun beberapa tahun lalu.
“Huaaaaaahhhhh!!!!” Beni menggeliat sambil berteriak keras. Sontak semua teman-temannya yang tengah sibuk dengan urusan masing – maing mereka kaget.
“Ada apa, Ben?” tanya Upeng, penghuni rumah kontrakan ‘the brother’ yang paling tua. “ada hantu ya di kalender itu makanya kamu teriak-teriak nggak jelas?”
Beni berbalik melihat Upeng sambil berkacak pinggang. “Ujian semester 2 minggu lagi.” jawab Beni.
Semua penghuni kontrakan tertawa mendengar jawaban Beni. “Belajar makanya! Cuma nilai kamu aja yang selalu terendah Ben diantara anak – anak penghuni rumah the brother.” kata Wahyu mengomentari jawaban Beni.
               “Mau belajar yang seperti apa lagi?” Beni kembali menarik nafas dalam – dalam. Dia menghempaskan badannya diatas tikar yang biasa dia pakai untuk tidur siang di ruang tamu. “Mati-matian belajar tapi nggak ada hasilnya.”
“Kamu ini, Ben. Belum apa – apa sudah menyerah.” Ical yang dari tadi sibuk berkutat dengan buku – bukunya menimpali. “Coba lihat Rasulullah SAW. Bagaimana beliau belajar membaca. Beliau tidak langsung bisa namun Beliau terus belajar. Rasulullah tidak pernah menyerah sebelum mencoba. Seharusnya kamu mencontoh sikap Rasulullah SAW.” Kata – kata Ical langsung disambut dengan kata – kata setuju oleh penghuni rumah the brother yang lainnya. Mengingat Ical adalah orang yang paling tinggi pengetahuan dan ilmu agamanya diantara yang lain, maka tak jarang kata – kata atau pendapat Ical selalu menjadi solusi.
Beni beristigfar sambil mengelus dadanya. Dia ingat nasihat Amaq dan Inaqnya di desa agar dia selalu meneladani sifat – sifat Rasulullah dan selalu berdoa kepada Allah SWT selama perantauannya. Tapi Beni salalu khilaf dan terus mengulangi kesalahan yang itu-itu saja. Tak mau berusaha. Hanya mau gampangnya saja tanpa melakukan apa-apa.
“Jangan makanya pakai SKS (Sistem Kebut Semalam), Ben. Ndak ada yang nyangkut materi ujiannya kalau kamu belajarnya Cuma satu malem. Nabung caranya biar banyak materi ujian di kepalamu.” Awan mengusulkan teknik belajarnya pada Beni.
“Atau kamu buat note kalau malas baca buku. Kamu bawa itu catetan kemana – mana biar terus inget sampai ujian.” Solihin tidak mau kalah. Dia juga mengusulkan teknik belajarnya.
Beni mengendus mendengar satu persatu teman – temannya saling adu teknik belajar. dia sendiri tidak punya teknik belajar yang baku. Ah, tidak! Mungkin SKS (sistem kebut semalam) adalah satu – satunya teknik belajar yang diketahui oleh Beni dan teknik itu juga yang paling sering dia terapkan walaupun hasilnya sama sekali tidak memuaskan. Maksimal 70.
Rating
1 Comments


Judul : PIROUETTE LOVE
Penulis : PETRA SHANDI, M.ARIF BUDIMAN, ERLINDA JILLY MADHAN
Tebal : viii + 137 hlmn
Harga : Rp. 34.500,-
ISBN : 978-602-225-048-7

Sinopsis:

“Balada Biduan” melukiskan perjalanan seorang perempuan beranak satu yang ditinggal pergi oleh suaminya. Kemudian nasib mempertemukannya dengan seorang pemimpin sebuah grup musik dangdut yang tak lain adalah tetangganya sendiri. Ekonomi yang tak memadai memaksanya untuk menerima tawaran sebagai penyanyi dangdut. Hingga pada suatu waktu, ia bertemu dengan suaminya yang telah lama menghilang namun telah duduk bersanding di pelaminan dengan wanita lain.

Cerpen “Berjihad” melukiskan seorang tokoh bocah laki-laki yang jarang bertemu dengan bapaknya. Ia bersama ibu dan adiknya sering berpindah-pindah rumah kontrakan dengan tujuan yang tak ia pahami. Berulang kali ia mencoba bertanya pada ibunya mengapa sering berpindah-pindah rumah, namun ibunya selalu membisu. Pada akhir perjalanan kisah, ketika ia, ibu, dan adiknya menonton berita di televisi, sebuah wajah terpampang dengan jelas yaitu wajah bapaknya yang ternyata adalah seorang teroris dan telah tewas tertembus peluru aparat.

Sementara cerpen “Cerita di Ujung Senja” mengisahkan tentang seorang nenek dan cucu semata wayangnya, namun cucunya ditakdirkan dengan wujud tak sempurna yaitu berkulit sisik seperti ikan. Setiap hari ia harus berendam dalam air untuk mengatur suhu tubuhnya dan setiap hari pula ia harus menerima cemoohan orang lain. Dan pada suatu sore, nenek tersebut menceritakan seluruh kisah perjalanan cucunya itu.

“Jambu Monyet dan Adik Saya” menggambarkan sebuah kepercayaan yang sulit luntur dikalangan masyarakat mengenai cara menafsirkan sebuah penyakit. Tokoh saya dalam cerpen ini memilki konflik batin dengan ibunya yang masih percaya dengan hal-hal yang berbau mistis. Adiknya yang suatu ketika mengalami demam tinggi akibat terkena penyakit tifus setelah memakan jambu monyet dan mengigau seolah melihat monyet berkeliaran di langit-langit rumah, ibunya malah menanggapi dengan memanggil paranormal. Akhirnya, tokoh saya mengambil keputusan untuk memanggil seorang mantri kesehatan.

Cerpen “Tarian Daun Jati” adalah cerpen yang mengisahkan perjalanan seorang ronggeng yang ditangkap karena diduga telah mendalangi sebuah pembunuhan terhadap beberapa pemimpin sebuah kelompok. Meski ia membantah segala tuduhan, namun hukum tetap terus menindasnya hingga waktu mengeluarkannya dari balik jeruji besi. Meski peristiwa tersebut telah lama ia alami, namun luka di dadanya masih melekat erat.

“Bapak” bercerita tentang kisah hidup seorang lelaki desa yang mengidolakan sang bapak yang sanggup hidup meskipun dengan keadaan miskin .Lelaki tersebut mampu mewujudkan impian sang bapak untuk memperbaiki taraf hidup keluarga sekaligus menaikan derajatnya.

“Cinta Tanpa Akhir” Mengisahkan betapa cinta bisa membuktikan dalam kondisi apapun termasuk dalam keadaan hilang ingatan, kita masih bisa mencintai orang yang kita sayangi. “Magic Boy” bercerita tentang kisah cinta seorang wanita dewasa dengan lelaki yang berumur 5 tahun lebih muda. Sekali lagi cinta memperlihatkan betapa batasan usia tidak mempengaruhi kebahagiaan seseorang. “Marni” Kisah pilu seorang perempuan desa yang terpaksa menyerahkan anak yang baru dikandungnya kepada lelaki yang telah menghamilinya. Perempuan itu yakin ditangan lelaki kaya raya itu anaknya bisa hidup terjamin kelak. “Romantic Guy Patah Hati” Mengisahkan seorang selebritis muda yang dilema antara kehidupan keartisannya dengan kisah cintanya pada seorang gadis desa. Dimana pada akhirnya dia harus melepaskan satu diantaranya.

“Pirouette Love” Mengisahkan kisah cinta remaja yang penuh warna dan keceriaan. Gadis remaja yang berambisi mengejar pemuda idamannya. “Gadis Sunyi” Mengisahkan Seorang Lelaki yang jatuh cinta pada seorang perempuan ,Dimana perempuan itu mampu merubah hidup dan pandangan lelaki tersebut tentang arti sebuah kehidupan. “Kelekak Cinta” Mengisahkan kisah cinta dua pasangan desa yang menikah muda. Yang tanpa mereka sadari banyak kerikil tajam yang harus mereka lalui dalam menghadapi mahligai rumah tangga.

“ Majas Rindu Buat Fitri” Kisah getir seorang perawan tua, yang dikhianati tepat di hari pernikahannya, namun tanpa disadari dia semakin dekat pada kebahagiaan. Seorang lelaki muda tengah menunggunya untuk segera meminangnya. “Lingkaran Purnama” Kisah hidup dua anak kembar dengan permasalahannya yang unik yang hanya bisa dimengerti oleh mereka berdua.

Ps : Buku ini sudah bisa dipesan sekarang via website www.leutikaprio.com, inbox Fb dengan subjek PESAN BUKU, atau SMS ke 0821 38 388 988. Untuk pembelian minimal Rp 90.000,- GRATIS ONGKIR seluruh Indonesia. Met Order, all!!
Rating
1 Comments
Judul : KADO UNTUK JEPANG

Tebal : viii + 166 (Isi, kertas Novel (book paper), cover (ivory 250gsm))

Penulis : Ahmed Ghoseen Al-Qohtany, Syaque H, dkk

Penerbit : AG Publishing (Juli, 2011)

ISBN : 978-602-9149-24-1

Harga : Rp. 35.000,- (Belum Termasuk Ongkos Kirim)


SINOPSIS :


Hidup adalah perjuangan, keindahan dan kemegahan Jepang pada akhirnya harus tercatat dalam hamparan ketikberdayaan yang menyebabkan penduduknya menderita.


Inilah hidup… meski telah memperoleh predikat "Negara kaya" namun dalam sekejap mata telah menjadi tumpukan luka, tangis, kecewa dan kehilangan yang sangat dalam.


Ya, hidup memang penuh teka-teki, maka sepandai apakah kita bisa menerima kenyataan hidup yang pahit itu? Sekuat apakah kita mampu bertahan hidup setelah dilanda musibah?


Kisah tentang Jepang yang penulis sajikan dalam buku ini menggambarkan rasa belasungkawa terhadap musibah yang melanda Jepang. Tak ada yang dapat menyangka bahwa kokohnya teknologi Jepang yang canggih itu masih juga tak mampu membendung guratan nasib dalam bentuk musibah tsunami. Bahkan Penulis yang dengan ikhlas menyumbangkan 100% royalti penjualan buku ini kepada korban bencana alam di Jepang tak segan ikut terjun kedalam lingkaran kesedihan itu.


Ada pula beberapa penulis yang menghibur kita lewat kisah jenaka dalam racikan khasnya namun tetap mengedepankan tujuan utama dalam antologi ini melalui kisahnya yang riang, ringan dan mudah dibaca.


Akhirnya, selamat menikmati bingkisan dari kami para penulis antologi Kado Untuk Jepang ini yang tak lain hanyalah goresan kecil tanda duka kami serta belasungkawa kami atas musibah yang melanda Jepang. (Syaque)


PENULIS:

1. Ahmed Ghoseen Al-Qohtany
2. Syaque Hikaritokusaikizoku
3. Muhammad Subhan
4. Tiga Tujuh "Tridju Pranowo"
5. Endang SSN
6. Hylla Shane Gerhana
7. Nyi Penengah Dewanti
8. Ani Rostiani
9. Agustini Suciningtias
10.Humairah Khassim
11.Ham Haazimah
12.Bella Vlinder
13.Nurul Septiani
14.Mei Idda
15.Mieny Angel
16.Zoel Ardi
17.Yusuf Ichsan Ats Tsaqofy
18.Izzah Annisa
19.Yanthy Chan
20.Katrin Pepita
21.Ummu Salma
22.Aa’ Kaslan
23.Niken Larasati
24.Adriana Tjandra Dewi
25.Lisna Nur Chairunnisa
26.Claudia Viollete Toruan
27.Maya Rinaluziati
28.Putu Ririn Andreani
29.Tika Artiwi
30.Ayyesha Khaulah Nusaibah
31.AiKimochi
32.El Eyra
33.Nuraini Latifah
34.Eka Putri Hapsari
35.Mardiansyah Ntx
36.Ayna Wardhani
37.Ghulam Ly
38.Hanan Liana
39.Haris Firmansyah Hirawling
40.Tsuraya Widuri
41.Molzania
41.Lentera Al-Jazhiran
42.Pelangi Jingga
43.Maulidz Hattam Jaya Nugroho (M.H.J.N),
44.Nila Kurniasih, Amd.
45.Mey Zusana
46.Imam Apriansyah
47.Ucy Smart
48.Aina Al-Azmi
49.Eva Nadzia
50.Eta Ervia
51.Tia Marty Al-Zahira
52.Tiara Citra Septiana
53.Niken Prawesthi
54.Inggar Saputra
55.Anna Savira
56.Hendy Lazuardy Hendrawan Gregorovitch
57.Tri Juni Ardhi
58.Jioo Erhyria
59.Evangelina Tessia Pricilla
60.Ari Adrina
61.Rahdan Syafi'i
62.Muhammad Iqbal Tarigan
63.Diba Azzukhruf
64.Achmad Nasta’in
65.Syarif Hidayatullah
66.Dewi Maria Ulfa
67.Tubagus Rangga Efarasti
68.Miftahul Jannah
69.Annisa Rona
70.Anie Izzatullah
71.Beni Ananto
72.Aida Maslamah Affandi
73.Rika Anisa Wulandari
74.Va Ayana Lubis
75.Sedamai Lazuardi
76.Dila Saktika Negara
77.Reinna Filsabilla
78.Dyah Apriliani Kusuma Astuti
79.Chandra Ayudiar Arie
80.Sandza
81.Ragil Kuning
82.Lestari Setyawati
83.Khairunisa Sinulingga.
84.Khalilaty Hime
85.Levina Nyt
86.EL Kinanti
87.Hapsari Hanggarini
88.Dien Ilmi
90.Chilfia Karunianty


100% ROYALTI DISUMBANGKAN


Dapatkan buku dengan diskon 20% harga hanya Rp. 28.000,- (belum termasuk ongkos kirim) Untuk Pemesanan min. 10 eks. via Inbox Ahmed Ghoseen Al-Qohtany atau sms ke 08197964001 dengan format Nama#Alamat Kirim#Jumlah#No-Telp


Transfer Biaya ke


BCA KCP PASAR TENGAH

No. Rek. 2920411030 a.n WINARDI


atau


BRI Unit Bandar Lampung

No. Rekg : 5794-01-002445-53-1 a.n Winardi

Rating
1 Comments

Dua bulan telah berlalu. Aku mencoba menjalani hidup senormal mungkin , lupakan semua masalah masalah yang tidak penting itu. Hanya saja aku jadi doyan minum tiap malam. Kalo tidak di Club ya dirumah saja sendirian.Ketiga temanku tampak khawatir, tapi ya mau gimana lagi? Saat ini yang aku butuhkan ya minuman ini, sekedar menyenangkan diri sendiri. Hampir setiap malam aku mabuk yang akhirnya harus merepotkan teman Geng Setanku.

Seperti biasa malam ini aku asyik dengan minumanku
" Diaz..."
" Tenang aja sobat, gw gak mabuk.... elu pulang aja. Nanti gw pake jasa driver aja ... " Aku melambaikan tangan tanpa melihat siapa orang itu.
Namun orang itu terus menghampiri dan duduk disebelahku.
" Udah gw bil....."

Aku tidak melanjutkan kata kataku karena terkejut melihat orang disampingku.
" Haa.. Lihat siapa yang datang? "
Nael mencoba tersenyum.." Apa kabar Diaz...?"
Aku tersenyum sinis.. " Yah kayak yang elu lihat lah.. gw masih hidup.."kataku asal.." Tau dari mana gw ada disini?"
" Dari Dokter Dimas"
" owh,,, napa? lu disuruh si Dimas buat bujuk gw berhenti minum? " Tebakku
Nael tersenyum.." Nggak.. Gw kangen elu aja Az... "
" Ha? Kangen ... ?? " sindirku.." Dua bulan lalu elu udah gak anggap gw temen lu.. ?lah sekarang elu datang ngaku ngaku temen gw?? lu sadar gak? hah??" aku tertawa..
Nael hanya tersenyum.. " Sekalian gw mau buat pengakuan. Rahasia ini tidak bisa aku simpan selamanyanya, apalagi melihat kondisi elu yang kayak gini, Buat hati gw sakit."
Aku tertawa.."Gak usah sok perhatian lah... Illfeel gw jadinya. Nyantei ajalah..." Aku menuangkan minuman ke gelas..." Nih, minum dulu... temenin gw mabuk.." Aku sodorkan gelas itu padanya

" Diaz... maafin gw.."
" Maaf soal apa???"
" Ini tentang elu dan Peter.."
Aku terdiam mendengar kata Peter.
" Kenapa gw sama si brengsek itu?" akhirnya aku penasaran juga
" Gw dan Eka bersesekongkol memisahkan elu dan Peter.."
Aku tidak mengrti." Maksud elu...?"

" Eka adalah mantan kekasih Peter.. dia cemburu pada kalian. Makanya dia memperalat gw buat fitnah elu di depan dia. Gw diiming imingi duit 100 juta oleh Eka. Gw yang sangat butuh duit saat itu langsung menyetujuinya."

Tuhan... Sakit apa lagi ini.....Akuj langsung meneguk sebotol minuman keras , Nael tampak berusaha menghentikanku..
" Az.. jangan seperti ini.."Nale berusaha merebut botol minuman dari genggamanku
Aku mempertahankan minumanku.
Hingga akhirnya botol pun terjatuh ke lantai...
"Anjing lu ya!!!..... jadi selama ini elu mandang gw sebagai tambang duit elu?? gw?? gw yang selalu mikirin elu, orang yang tulus sama elu?? masih elu anggap gw sebagai lahan kekayaan elu?? " Aku mendorong Nael hingga terjauh..." Bangun lu setan!! hadapin gw.... mulai hari ini elu bakal lihat sisi lain gw . Lu kira gw selamanya hanya bisa jadi laki laki pasrah yang hanya bisa diam ?? elu salah!! " Aku menarik pakaian Nael dan memukul wajahnya ...Aku pukul lelaki berulang kali walaupun banyak orang yang menhentikanku. Sakit hatiku Tuhan.

Hingga akhirnya aku kelelahan sendiri dan terkulai di lantai...
Kupandang Nael yang sudah berlumuran darah . Dia menangis... " Pukul gw lagi Az... dari awal gw sadari gw bukan lelaki yang berguna. Melacurkan diri, menyakiti kawan sendiri. Gw ingin mati ditangan elu Az..!!! " Teriaknya.
" Sama... gw juga ingin mati Nael..." kataku pelan

Aku terbangun... silau sekali!. kubuka mataku pelan pelan.
" Pagi pangeran..."
Nampak Bobby, Dimas dan Chandra tersenyum didepanku.
" Kok kalian ada disini?? " tanyaku heran
" Elu mabuk hebat semalam.." jawab Dimas
Mabuk... Aku mencoba ingat ingat kejadian semalam. Aaahh... Nael.. " Mana Nael?? " tanyaku tiba tiba.

" Dia .. dirumah sakit.... Elu mukul dia kekencengan."kata Chandra
" Tapi gak serius kok, Pagi ini dia sudah pulang sepertinya..."
Aku semakin tidak nyaman.. "Gw mau ke tempat Nael sekarang.!" kataku terburu buru
" Hei.. sabar sobat.. lihat kondisi elu sendiri..." ujar Bobby
" Gw ada pembicaraan yang belum tuntas dengan dia.
Aku tidak menghiraukan ucapan teman temanku. Kuraih kunci mobil dan bergegas berlari ke luar.." Diaaaz..!! " Mereka berusaha menghentikanku

Aku tiba di perumahan kawasan SetiaBudhi, tempat tinggal Nael.
Aku tekan bel pintu rumahnya..
Sesaat kemudian muncul Angga..
" Eh abang Diaz... " Sambutnya ramah
" Abang Nael ada? "
" Ada bang... ayo masuk.."

Aku memasuki rumah sederhana itu. nampak Nael tengah duduk di ruang tengah. Aku perhatikan wajahnya. Ya Allah, sehebat itukah aku memukulnya?
" Nael..." kataku pelan
Nael tersenyum... " Elu buas sekali semalam... gw sampe babak belur begini" candanya
" Maafin gw Nael.."

Kami terdiam...
" Harusnya gw yang minta maaf sama elu... " Kata Nael... " Gw janji gw bakal ganti uang pengobatan nyokap gw.."
" Aku tidak menghiraukan perkataannya.. Oh iya mama kamu udah sembuh ya? "
Nael tersenyum mantap" Itu semua berkat elu Az..."
" Bukan lah.. ini karena Angga. dia yang rawat ibu elu siang malam" kataku sambil memegang bahu Angga.
Angga hanya tersenyum malu.
" Iya.. Angga salah satu keajaiban buat hidup gw... gak ada dia gw gak mungkin bertahan sampai sekarang"
Nael menatap tulus pacarnya itu, smenetara Angga hanya tersenyum dan meraih jemari Nael.

Setelahbeberapa saat..
" Oh iya, gw udah mengundurkan diri jadi Kucing.." Ujar Nael
" Oyaa?? " benar benar kejutan
Nael menganggukkan kepala. " KIta berencana buat buka usaha bareng bareng.. mungkin kita mau buka Toko, jualan sembako. " Kata Nael Mantap.
Aku tersenyum tanda setuju.
" Elu masih berkomunikasi sama Eka...? " Sial kenapa aku tanya itu??
Nael terdiam.. " Gw tidak tahu kabarnya., " katanya.." Az.. Gw tidak menerima uang itu... Cek itu sudah gw hancurkan."

Aku terdiam, menyesal menayakan itu. " Gak apa apa lah.. siapa tahu Eka berhasil mendapatkan cinta lamanya itu." kataku
" Elu ngomong gitu ikhlas? " selidik Nael
" Iyalah... Eka sayang sekali sama Peter.." kataku mantap.


Aku senang Tuhan.. gejolak dihatiku kini mulai berangsur membaik. Nael dan aku sudah berteman lagi, ditambah Geng Setan. Kurasa ada mereka hidupku sudah cukup sempurna.

" Pak... sedang dimana? Klien kita sudah menunggu ..." Susi sekretarisku mengganggu konsentrasiku saat menyetir mobil
" Oya?? "aku cek jam tanganku , baru jam 8 kurang 15 menit.." Baru jam segini loh... Emang dia minta ketemu jam berapa? "
" Jam 8 Pagi.. "
Sialan!! baru kali ini ada klien buat janji sepagi ini. Tapi ini harus dijalankan karena katanya dia seorang pengusaha terkenal . Ini benar benar harus diperjuangkan.. tekadku
Aku tancap gas!!!
Aku Tiba di Hotel Rainbow. Apa apaan ini? buat janji kok ditempat liburan kayak gini? gumamku
Aku memasuki Lobby dan menuju ruangan tempat perjanjian kami.
Diantara kursi kursi kosong itu, aku mencari cari dimana pengusaha hebat itu....

Akhirnya aku temukan dia tengah menikmati pemandangan pagi di balkon.
" Selamat pagi pak...!" Aku menyapa lelaki yang sepertinya gagah itu
Lelaki itu berbaik....
Ya Tuhan...! Itu Peter...!!!
Saking terkejutnya Tas kerjaku terjatuh hingga ke lantai.
Lelaki itu tersenyum lalu menghampiriku....
" Lama tidak bertemu...." katanya sambil menjabat erat tanganku
Aku tersenyum lebar.

Dan kamipun bicara. Tentu saja bicara diluar masalah pekerjaan.
Aaahh.. akhrirnya semua masalah dalam hidupku sudah teratasi. Dari semua kesulitan -kesulitan yang aku hadapi aku sadari bahwa semua akan Indah Pada Waktunya
Rating
0 Comments


Seminggu telah berlalu , aku terus berkomunikasi dengan Angga mengenai kemajuan kesehatan tante Sofie. Entah apa Nael sudah mengetahui soal ini apa belum? . Ah aku gak peduli, Kalo nanti Nael marah ya sudah marah saja. Toh aku ada niat baik bantuin ibunya.

Hari ini sepulang kerja sengaja aku ke rumah sakit , bertemu Dimas menanyakan kondisi kesehatan Bu Sofie . Syukur syukur aku ketemu Nael disana jadi kita bisa sama sama diskusi.
" Elu dari kantor langsung datang kesini? " Tanya Dimas
" Iya... "
" Perhatian elu ke keluarga si Heaven emang luar biasa. Padahal kalian gak ada hubungan apa apa.."
" Dia sahabat gw ,Mas.." Aku tersenyum
Aku melihat Nael dari kejauhan...
" Nah.. itu Nael.. " Kataku senang...

Nael menghampiriku dengan tergesa gesa....
Tiba tiba... " Lu apa apaan ikut campur urusan Gw...!!! "
Buukk....! satu pukulan keras tepat mengenai pipiku.... hingga aku terjatuh ke lantai..
" Hei.. apa apaan ini!! " Teriak Dimas...
Nael menarik kerah bajuku hingga aku berdiri lagi,,,," Elu tuh dari dulu gak berubah ya? masih suka ikut campur urusan orang..." Katanya...


Dimas melerai pertengkaran itu lalu memaksa kami untuk bicara di kantornya.
Saat di kantor Dimas..
" Nael..! lu tau kan ini bukan klub Metropolis..? Ini Rumah Sakit! Jaga sikap elu...!"
" Heh.. Dokter.. jangan mentang mentang elu temen orang itu..! terus bela dia.."
" Gini... Gw gak bela siapa siapa.. Lu tau tujuan gw bawa kalian ke kantor ini?? buat bicara.. bukan adu otot!!"

Kami terdiam....
" Nael... maafin gw... gw tau ini salah. Tapi semenjak gw tau keadaan sebenenarnya ibu elu. Gw merasa harus .. Harus bantu elu..." Kataku.. " Mungkin elu tersinggung dengan keputusan gw yang ambil tindakan tanpa seizin elu. Tapi kondisi yang mengharuskan gw berbuat ini. Kondisi ini darurat Nael.."
" Angga pasti cerita berlebihan ke elu.." Nael bergumam..
" Nggak... gw cari tahu semua informasi ini dari dokter yang menangani khusus ibu elu, dan kebetulan Dimas temen gw kenal dokter yang bersangkutan." Terangku...
" Kenapa elu lakuin semua ini ke gw Diaz...? lu tau gw gak pernah baik ke elu.." Nael menunduk dan menutup wajah dengan tangannya.
" Karena ... gw adalah sahabat sejati elu..." Kataku pelan.
" Hah?? sahabat sejati??" sindirnya...

Kami terdiam cukup lama...
" Lupain itu... Gw gak cukup baik jadi sahabat elu.. dan gw gak pernah anggap elu sahabat gw.."
Nael meraih sesuatu di dompetnya... selembar foto kami saat SMU .Dia merobek robek foto itu di depanku dan melemparkannya ke angkasa...
" Gw.... bukan temanmu...." tegasnya. Dia pun berlalu pergi.....
Aku terdiam disana...

Dua kali... dua kali aku diperlakukan begini..Dia selalu menolakku, menolak sesuatu yang aku beri. Kamu manusia bukan Nael? aku gak minta balasan apa apa.. aku cuma hanya ingin menolongmu. Segitu kuatkah egomu?
" Diaz...." Suara Dimas membuyarkan lamunanku." Elu gak apa apa? "
Aku hanya tersenyum pahit...
" Gw bantu obati luka lu ya? "
Aku tetap terdiam..

Melihat sikapku, Dimas mendekapku erat..." Sabar ya sahabatku... elu sudah bertindak benar. Nael hanya tidak bisa menerima nasibnya. Seumur hidupnya dia tidak mau dibelas kasihani orang lain. makanya dia berusaha sekuat tenaga merubah nasib dia dan keluarganya. Walaupun dia harus jadi orang hina sekalipun"
terang Dimas..
" Lagi lagi gw dipandang rendah oleh orang itu. Lu tau kan Mas, gw gak berharap apa apa. itu semata mata dia kawan gw. Itu aja." kataku
" Kadang orang salah persepsi dengan niat baik seseorang. " Katanya.." Tapi udahlah.. dia akan menyadarinya... seperti dia menyadari kesalahannya 10 tahun yang lalu.." Kata-kata Dimas sungguh menenangkan aku.

Aku pulang ke Apartemen dengan perasaan sakit. Tidak hanya sakit di pipi tapi juga sakit di hatiku juga. Aku ingin tidur pulas malam ini lupakan semua yang baru saja terjadi. Nael pergilah kamu dari hidupku, kalo memang itu lebih baik.

Aku buka pintu apartemenku...Nampak disana seorang lelaki duduk di sofa. Haa Peter..!! Aku senang sekali.
" Halo sayaaangg !! " Segera aku memeluk lekaki itu .
Namun, saat itu juga dia melepas pelukanku dengan kasar hungga aku terjatuh ke lantai.
" Peter?? kamu kenapa?" Aku terkejut bukan main.

Aku lihat wajahnya sungguh kacau... dia seperti habis minum..
" Kamu habis dari mana? pacaran sama pelacur itu????" katanya kasar...
" Kamu ngomong apa Peter..?? " aku berusaha bangkit
Peter melempar beberapa Foto tepat di wajahku.
" Kamu mau bohong apa lagi. hah???"
Aku lihat foto itu satu persatu... semuanya gambar aku saat bersama Nael.. Di ranjang saat aku mabuk malam itu, di mobil saat aku pulang dari Jakarta bersama Nael, Foto aku berpelukan di depan rumah Nael....dan beberapa foto lainnya
Ya Tuhan apa ini???
" Ini... ini bukan seperti yang kamu kira Peter.. Sumpah !!" kataku setengah teriak..
" Mana ada maling yang ngaku..."
"Tapi i.."
" Diaammm!!!!" teriak Peter..
Teriakannya menganggetkanku.
" Peter..." kataku lemah...

Kami terdiam.. cukup lama untuk meredakan emosi kami berdua.
" Kadang aku berfikir... Aku adalah lelaki sempurna buat kamu. Aku yakin kamu gak bakal main main karena semua yang kamu suka ada padaku.." katanya ... " Tapi kenyataannya kamu samakan aku dengan pelacur murahan itu... !! " teriaknya... " Apa sih yang dia punya dan aku gak punya?? aku bisa beri kamu semuanya... tapi dia?? dia bisa apa?? "
Aku tetap terdiam.. mendengar semua luapan emosinya.

Hingga beberapa saat....
" Aku bertemu Nael secara tidak sengaja di Club Metropolis. " Maka aku mulai menceritakan semuanya apa adanya... tidak ada yang terlewati termasuk foto di ranjang itu." Nael Merawat aku saat mabuk peter.. makanya Nael bermalam di Apartemenku." Aku berjalan menuju lemari pakaianku dan mengambil saputangan berwarna biru milik Nael. Aku serahkan sapu tangan itu pada Peter " Ini adalah sapu tangan yang dipakai Nael ketika melap keringat di wajahku."
" Darimana kamu tahu dia merawatmu padahal mau sendiri sedang tidak sadar..? "
"Eka yang menceritakannya. Malam itu Eka datang ke Apartemen karena khawatir akan keadaanku." Tiba tiba terfikir untuk memanggil Eka . Siapa tahu dia bisa membela dan meyakinkan Peter. " Kamu mau aku memanggil Eka sekarang?"

Malam itu terpaksa aku meminta Eka datang ke Apartemen. Walaupun sebenarnya aku tidak enak melibatkan Eka dalam pertengkaran kami, semoga saja Eka mengerti.

Tepat jam11 malam Eka pun tiba di pintu depan apartemenku.
Aku menyilahkannya masuk...
" Ka, maafin aku malam malam begini minta kamu datang. " Kataku.. "Aku cuma minta tolong kamu bersaksi mengenai masalah Nael yang waktu malam itu bantu aku pulang gara gara mabuk."terangku.
Eka terdiam memandang heran padaku. " Apa sih Az.. aku gak ngerti? " katanya penuh tanda tanya.
" Itu loh Ka, waktu malam itu kan si Nael ada di apartemenku pas aku lagi mabuk. Kamu kan ttau kita gak ngapa ngapain? "
Eka terdiam,,.. " Ah kapan itu? Aku belum pernah ke tempat kamu pas ada si Nael..."
"Eka.....?" kataku memelas... "Kamu ingat ingat dong. "bujukku
" Aku yakin nggak..." Katanya mantap

Sesaat dia melihat foto foto yang berserakan di ranjang," Apa ini...? "
Eka memandang satu persatu foto itu.." Diaz...??? apa yang kamu lakuin??? " kata katanya seolah olah menuduhku.
" A.. aa.. Ah.. Eka Aku mohon. Jangan pura pura gak ngerti.. ! " Aku mulai berbicara keras. Sementara Peter memperhatikan kami berdua.
" Kamu ngomong apa sih?? aku emang gak tau apa apa!! " Eka membalas keras kata kataku.

Kami terdiam...." Aku gak mau terlibat dengan masalah kalian. Cuma ini keterlaluan Az.. kali ini aku bela Peter. Setelah semua yang dia lakuin ke kamu.. kok kamu??? "
Aku naik pitam... Kudorong badan Eka ke dinding sambil mencengkeram kerah bajunya .." Apa maksud elu !! elu ini sobat gw!! semua hal gw ceritain ke elu!! Elu mau fitnah gw??? "

Eka berontak dan melepas cengkeramanku " Elu yang yang susah gw omongin... berkali kali gw bilang.. jauhin si Nael. elu gak mau denger omongan gw... yah ini jadinya..."
Peter melerai pertengkaran kami. " Sudaaah!!"

" Pet... gini aja... ini pasti ada orang yang gak suka sama hubungan kita. Makanya dia buat hal kayak gini... Aku mohon buka akal sehat kamu. bukannya kamu percaya sama aku?/"
Peter memandang wajah aku. " Aku sudah tidak percaya sama kamu..."katanya pelan...
" Peter..." kataku memelas
"Maafin aku... sepertinya kita berakhir sekarang."

Jantungku seolah olah berhenti berdetak.
" Cuma gara gara masalah ini? masalah yang belum jelas kebenarannya? "
" Bagi aku ini sudah jelas.."
" Kasih aku waktu sehari atau dua hari untuk buktikan ini semua salah.."
Peter hanya diam.. " Maafin aku.."

Lelaki itu menjauh.. menjauh dari mataku dan berlalu .
Aku memandang sinis ke Eka...
" Sepertinya elu puas gw kayak gini..."
Eka menundukan kepalanya." Gw ikut sedih dengan semua yang menimpa elu..."
Perlahan dia pun berlalu...

Tuhan... ada apa ini??? satu persatu teman dan kekasihku pergi hanya dalam satu hari.
Ini seperti mimpi. Nael... pergi karena keegoannya, Peter pergi karena sesuatu yang tidak kulakukan, Eka pergi pergi karena dia yang fitnah aku. Dimana Tuhan? dimana kesalahan aku??

Aku duduk terdiam dilantai dingin ini. Kubiarkan lampu gelap gulita, siapa tahu dalam kegelapan aku bisa menemukan jawabannya.
Rating
0 Comments


"Ok.... sekarang elu ceritain .... ada hubungan apa elu dengan si Heaven ??" Dimas mulai hilang kesabaran. Aku hanya terdiam di kursi pasien milik Dimas.
" Tapi elu harus janji gak bakal cerita ke siapapun..termasuk anak anak Geng Setan.."
"Ok.." Dimas mengiyakan
" Lu tau kan tentang Nael.. cinta pertama gw? yang pernah gw ceritain dulu..?" Tanyaku
" Iya.." katanya... lalu terdiam sesaat.." Lu jangan bilang kalau si Heaven itu adalah Nael??" tanya dimas curiga.
Aku tersenyum... " Kenyataannya dia adalah Nael..."
" Oh My God!" Dimas terkejut. "Jadi itu sebabnya elu salah tingkah saat di Club Metropolis malam itu?" Aku tersenyum lalu menganggukan kepala.
" Sialan...! kok bisa? elu bilang dia Straight? " Dimas masih tidak percaya
" Gak.. dia akhirnya ngaku dia Gay.."kataku
" Oya.."Dimas semakin tertarik dengan ceritaku.

Kami terdiam ..
" Gw mungkin bisa paham kenapa dia mau jadi Kucing.." Tutur Dimas.. sambil melepas kacamatanya..Dia beranjak dari kursi kerja dan mengambil satu bundel dokumen. " Ini riwayat penyakit ibu Sofie semenjak dia masuk rumah sakit ini 3 tahun yang lalu." katanya sambil menyerahkan dokumen tebal itu padaku.

Aku menerimanya... disana dijelaskan bahwa ibu Sofie mengalami kecelakaan mobil yang menyebabkan kerusakan otak yang sangat parah. Hingga kini Tim dokter belum mampu mengobati , walaupun bisa itu hanya sebagian kecilnya saja. Kendala lainnnya tentu saja di biaya. Bisa dibayangkan 3 Tahun dirawat di rumah Sakit, pastinya itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

" Dan saat ini adalah masa masa kritis bagi ibu Sofie..." Kata Dimas pelan.." Dia harus segera dioperasi... Namun pihak keluarga harus menyelesaikan masalah Administrasinya dulu sebelum Operasi itu dijalankan."

Aku terdiam.... " Berapa kira kira dibutuhkan biayanya?"
" 200 Juta..."

Miris aku saat Dimas mengucapkan angka nominal sebesar itu. Seorang Nael bagaimana bisa mendapatkan uang sebesar itu? dia sendiri seperti diperas oleh mucikarinya sendiri si Madam itu.

Dimas menghampiri dan memegang pundakku..." Bantu dia Az...bukan hanya Materi.. tapi buat dia bersemangat. Lu kan sahabatnya.." Kata Dimas
Aku hanya menundukan kepala.

Setelah meninggalkan ruang kerja Dimas, aku berniat mengunjungi Ibu Sofie , ibunya Nael. Aku berjalan pelan sambil berfikir apa yang harus aku lakukan... Aku memasuki ruangan itu dan nampak Angga dengan seorang perempuan ada di sana. Aku mendekati ibu Sofie. Namun sayang dia sedang tertidur.

Aku sapa Angga.." Ngga.. apa kabar? " Sapaku
" Baik Bang.." katanya... " Oh iya ini kenalkan Sepupu Bang Nael"
Aku menyalami perempuan itu.
" Angga ... aku mau bicara sama kamu diluar. Bisa gak?" Aku berfikir Angga mungkin bisa bantu aku .
Angga meng iyakan.

Kami berada di kantin rumah sakit saat ini.
" Bang Nael kemana Ngga?" tanyaku
"Mungkin lagi kerja Bang, cari uang.." katanya pelan.
" lah .. kamu sendiri kok gak kerja? "
" Aku kerja Shift Siang .."
Aku mengangguk tanda mengerti...

" Bang... " Kata Angga ragu ragu..
" Ya?"
Angga terdiam....
" Hei... kok malah diam.. kenapa? ayo jujur sama aku..," desakku
" Aku mau bilang makasih sama Abang.."
" Haa? " Aku terheran.." Makasih buat apa?"
" Mau dekat sama Abang Nael Lagi.." Saat mengatakan itu aku lihat pancaran kesedihan di matanya..
Aku terkejut.. Ini anak tahu apa soal Aku dengan Nael..?
" Maksud kamu?"
" Aku tahu siapa Abang.."
" Dan kamu siapanya Nael? " Akhirnya aku berbalik tanya
" Aku.. Pacarnya Abang Nael.."
Tiba tiba saja jantungku terasa berhenti berdetak. Pacarnya? lelaki ini pacarnya? Ya Tuhan, pantas aku merasa ada yang aneh dengan mereka berdua.
" Tapi aku tahu siapa Abang Diaz.." Katanya..." Bang Diaz orang yang paling diharapkan Bang Nael. Aku tahu cerita kalian di buku harian Bang Nael."
Ya Tuhan.. ! Aku tidak bisa bilang apa apa..
" Terima dia ya Bang? Bang Nael sungguh sungguh mencintai Abang.." Kulihat matanya berkaca kaca.
" Lalu kamu? kamu fikir Nael sengaja bermain main sama kamu?" kataku... " Apalagi aku lihat dengan mata kepala sendiri, kamu begitu tulus dan ikhlas menjaga ibunya.."
Angga hanya menundukan kepala

" Sudahlah.. kamu jangan berfiikiran macam macam. Nael menyayangimu.., Masalah Aku dan dia itu sudah masa lalu tidak ada hubungannya lgi dengan masa sekarang." Terangku.
" Aku lihat kalian berpelukan mesra malam itu. Di depan rumah kami..."
Haa?? rumah kamii??? " Tunggu... Kalian tinggal bersama? " Tanyaku curiga..
" Iya... Bang Nael sudah menjual rumahnya untuk biaya perawatan ibunya. Dan akhirnya aku meminta Bang Nael tinggal di rumahku.."

" Masalah malam itu, maafin aku ya Ngga.., kami cuma terbawa emosi karena sudah lama tidak bertemu. " Aku berusaha jujur ke anak itu.." Aku sendiri sudah ada pacar... jadi gak mungkin lah kami pacaran" Aku tersenyum berusaha meyakinkan lelaki itu.
Angga masih terdiam...
" Kalian hubungan sudah berapa lama? " tanyaku
" 5 Tahun..."
" Haaa!!!" aku terkejut "Lama sekali.." Aku takjub

Angga Hanya tersenyum
" Waktu itu aku berumur 19 tahun dan Bang Nael 23 Tahun" Kata Angga bangga
" Sialan...! dia pacaran sama brondong..! " Candaku .. lalu tertawa sesaat kemudian

"Bang Nael itu senior aku waktu di kampus dulu... " ujar Angga

Berarti Nael sempet kuliah dong...
" Lalu? " Aku pancing dia untuk menceritakan hidup Nael beberapa tahun yang lalu.
" Waktu itu abang Nael berbeda dari yang sekarang. Dia ceria sekali dan suka becanda. Dan aku salah satu korban candaannya.. " Kata Angga sambil tertawa... " Eh gak taunya dibalik itu Bang Nael ternyata ada hati ma aku hahahaha" dia malah tertawa.
Aku suka melihat anak itu gembira... " Lalu..? "
" Ya akhirnya kita pacaran lah... seperti layaknya pasangan Gay lainnya." katanya "making love ..." bisik Angga
Aku ikut tertawa.
" Cuma sayang.. keadaan berubah semenjak kecelakaaan Ibunya Abang 3 tahun yang lalu. Ibu sakit parah yang mengharuskan beliau dirawat dirumah sakit sampai sekarang."

Angga menghela napas panjang.
" Abang gak punya pegangan untuk biaya berobat ibu. Akhirnya abang putuskan untuk berhenti kuliah dan mencari pekerjaan."Katanya.. " Sudah berkali kali Abang keluar masuk kantor , berganti ganti pekerjaan dengan alasan upah tidak cukup untuk biaya pengobatan ibu. "

Sejenak Angga Terdiam
" Hingga suatu hari Abang bertemu dengan seorang tante-tante yang menawarkan pekerjaan yang sekarang ini . Sebagai seorang Kucing. pendapatannya emang besar, bisalah untuk menabung biaya operasi ibu."
" Lalu... kamu tidak kecewa Nael ambil keputusan ini? " Tanyaku
" Ah.. aku bisa apa bang?? saat itu aku cuma seorang Mahasiswa yang gak punya duit. Aku gak berhak larang larang Bang Nael." katanya" Cuma.... Waktu itu Abang minta izin sama aku. dia tidak akan lakukan kalau aku gak ikhlas "
Aku tersenyum.. dan memandang wajah Angga. Beruntung Nael memiliki pacar seperti dia. Sederhana, Polos namun Baik hati.
" Dari ceritamu itu.. Aku yakin Nael sangat mencintai kamu. Setelah apa yang kamu lakukan buat dia. Jaga dia, berikan motivasi kuat buat dia. Kamu adalah inspirasinya. Gak ada kamu... Nael tidak akan bertahan seperti ini..."
Lelaki itu menangis.." Makasih Bang..."
Aku tersenyum sambil memegang Bahunya...

" Aku dengar Tante Sofie harus segera di operasi ya?" Aku mulai bertanya serius ke Angga
Angga terdiam... " Itu dia Bang...Kami belum ada duit buat biaya operasi ibu."

Aku terdiam sejenak.. berusaha meyakinkan diri bahwa tindakanku benar...
" Gini... untuk biaya operasi tante Sofie biar aku yang urus. kamu urus aja semua keperluan lainnya" kataku bersemangat
" Ah Bang... aku gak bisa ... aku takut Bang Nael marah.. " kata Angga
" Bukan saatnya kita mikirin egonya si Nael... ini menyangkut hidup tante Sofie.."bujukku

Angga masih kebingungan...\
" Udaah... Nael urusanku.." kataku mantap
" Aku takut Bang..."
"Kamu tuh mau gak sih Tante Sofies sembuh??" aku sedikit emosi
" Ma mau.." Katanya ketakutan
" Sip.. aku akan masukan dananya ke rekening kamu.. tolong kamu gunakan dana itu buat semua kebutuhan pengobatan Tante sofie...." Kataku mantap
" Bang...." Angga kini benar benar menangis
" Ya? "
" Aku gak tau gimana caranya berterima kasih sama abang.."Angga masih menangis
" Dengan menjaga Tante Sofie dan Nael tentunya... kamu bayar dengan itu saja.." Aku tersenyum


Ah.. Tuhan barusan adalah percakapan yang sangat menyenangkan bagiku. Ternyata Angga adalah Pacar Nael..., aku sedikit terkejut namun akhirnya puas karena Nael tidak memilih orang yang salah untuk dijadikan kekasihnya. Kenyataan ini sangat menyadarkanku... Peter adalah satu satunya dan tidak ada yang bisa gantikan dia di hatiku, walau Nael sekalipun.


Rating
0 Comments
Tidak disangka seharian diluar bersama Nael tiba tiba saja sakitku sembuh. Mungkin karena aku senang kali ya?. Semuanya sudah kami lihat sekolah, rumah , lapangan basket dan tempat biasa kita main. Ah... baguslah, kenangan itu masih terekam baik di ingatan kami

Kami ada di Cafe saat ini.
" Lu mau pesen apa Az..?"
Aku terdiam sejenak.." Terserah elu lah.. lidah gw masih agak agak pahit.."
Dan Nael pun memesan minuman dan kue untuk kami.Kami berbincang santai sambil menikmati makanan kecil.
Sebenarnya aku khawatir urusan kantor, sebaiknya aku hubungi Susi dulu. Aku raih Hand phoneku
" Halo.."
" Susi.. ini saya? gimana di kantor? " tanyaku
" Gak ada masalah pak.. cuma ada beberapa dokumen yang harus segera ditanda tangani oleh bapak.."
" Hm.. ya sudah kamu kirim seseorang buat antar dokumennya ke Apartemen saya"
" Baik pak... Apa bapak sudah sehat sekarang?"
" Alhamdulilah, saya sudah mendingan besok saya akan masuk kerja Kamu suruh anaknya sejam lagi ya? saya lagi diluar. sebentar lagi pulang"
" Baik pak."
Aku memutuskan sambungan.

Tanpa kusadari Nael tidak ada di meja,loh kemana dia? Kupikir dia ada di toilet.
Akhirnya akupun bergegas ke toilet, pingin cuci muka.
Aku mendekati pintu toilet..
"Tenang saja. semuanya sudah terkendali sesuai harapan kita.Gw yakin rencana kita berhasil.." Itu kan suara Nael..? " Ok.. gw tutup sekarang. Nanti gw kabari lagi.."
Nael membalikkan badan setelah menutup teleponnya . Dia lumayan terkejut saat menyadari aku ada dibelakangnya."Hei.. lu udah lama disana? "
Aku menggeleng... " Napa? kok kaget gitu.."
" Hahaha... ya kaget lah.. pas berbalik ada elu lagi merhatiin gw.. " Nael tertawa lalu keluar dari Toliet.
Manusia yang aneh... pikirku.

Tiga puluh menit telah berlalu.
"Nael.. balik yuk.."kataku
" Loh?? kok balik?" tanya Nael heran
" Gw lagi nunggu seseorang di Apartemen? "
" Peter kah? dia mau dateng?" Nael penasaran
Itu harapan aku...
Aku menggelangkan kepala "bukan, karyawan gw mau ke Apartemen, ada dokumen yang urgent butuh tanda tangan gw.." terangku

Handphone Nael berbunyi..
"Iya ngga..." katanya ... Nael menatapku hati hati..
" Iya ini lagi diluar sama temen...gimana?"
Kenapa sih? tuh anak gak nyaman sekali bicaranya..Aku main mainkan HP saja berlagak tidak mendengarkan..
"Apa? " Nadanya tinggi namun pelan.." ya sudah, abang kesana segera.." Nael terlihat panic.

" Ada apa Nael..?" aku penasaran
Nael tersenyum.. " Gak ada apa apa.. " katanya.." Hm... gw mendadak ada urusan penting nih..elu gak apa apa pulang sndiri? " Akhirnya dia mengaku juga
" Ya udah gw anter , kemana? " aku meraih kunci mobilku dan beranjak dari kursi.
" Gak usah, gw pake taksi aja.. elu kan lagi ditunggu sama karyawan di Apartemen.."
Oh iya ya.. benar juga. Nael pun berlalu dengan tergesa gesa dan akhirnya berlari mencari Taksi.

Dia dipanggil abang? Aku tersenyum sesaat karena geli . Adiknya kah? ah dia anak tunggal. Or?? his Boyfriend?? Alaaah , pusing aku memikirkannya juga.
Aku pun berlalu meninggalkan kafe itu.

Peter tidak ada, Nael ada urusan , Eka? jam segini mungkin dia masih di kantor. Ahh... tidak ada yang bisa aku ajak jalan.
Handphoneku berbunyi..
Ahh.. Peter!!
" Halo.."
" Hi sayang, seneng bgt suaranya.." Kata Peter
" Iya, lagi bosen sebenernya, tapi tau kamu telfon aku jadi semangat lagi.." kataku lalu tertawa
" Ah.. ada ada aja kamu.. " katanya.. " cuma mastiin aja kamu baik baik kah disana? udah sembuh kan sakitnya?"
" Hm.. sudah sembuh. besok aku mulai masuk.." kataku
" Baguslah aku seneng. Jadinya aku bisa tenang pergi ke Hongkong.." katanya
" Berapa lama? '"
" 2 mingguan mungkin..." katanya
" Sering kirim Email ato Chat ya?"
" Pastilah sayang... kamu pikir aku tahan disana 2 minggu tanpa ada kabar dari kamu.?."
Aku tersenyum... " Hati hati ya? "kataku... " Muaaaaachh.."
" Muaachh.."
Peter pun menutup teleponnya.

Hari ini mulailah aku berkativitas lagi. Meninggalkan kerjaaan selama tiga hari membuat schedule ku padat bukan main. Meeting, pertemuan dengan Client , Presentasi, cukuplah membuatku lupa akan Peter dan Nael. Namun tidak demikian dengan mereka berdua. Pagi, siang , malam pasti mereka hubungi aku sekedar say halo khususnya Peter yang selalu bilang I Love You setiap saat.

Jam makan siangku sengaja aku luangkan dengan Geng Setan. Tadi kita sempat janjian bertemu di kafe langganan kami di daerah Sukajadi. Lumayan jauh sih dari kantorku itu karena Dimas yang minta ,dia tidak ada waktu cukup . Makanya kita ambil lokasi itu yang dekat dengan Rumah Sakit tempat Dimas bekerja. Oh iya Dimas adalah dokter yang cukup terkenal di bandung.

" Halo.. kawan kawan.. sorry gw telaat..." aku berlari menuju meja para setan.
"Sombong,lu kemana aja?" Bobby memelukku.. dan seperti biasa kami saling bepelukan satu sama lain.
"Gw sibuk beberapa hari ini. Kemarin kan sempet sakit 3 hari. Imbasnya ya sekarang, kerjaan gw numpuk di kantor" terangku
" Haa.. elu sakit napa gak kasih tau gw? " Kata Dimas
"Sorry Mas, gw udah ada dokter sih di perusahaan ," alasanku" Kepikir sih mau periksa ke elu. cuma gw takut diapa apain.., " candaku
" Sialan lu..." kata Dimas
kami tertawa..

"Yah untung lah elu kagak napa napa sobat. Sebenernya gw masih khawatir elu masih marah sama kita kita soal kejadian di Club Metropolis" kata Chandra.
Aku tersenyum, Justru aku yang harus terima kasih sama kalian... kataku dalam hati
"Nggak lah.. gw udah lupain soal malam itu. Masalah sebenernya ada di gw , malam itu mood gw lagi jelek." Alasanku

"Jadi kalo gitu, kapan kita kesana lagi...?" Bobby tesenyum nakal
" Hadeeeuuhh... " aku mengeluh lalu tertawa seketika..
" Hm.. gw penasaran lu ngapain aja sama si Heaven malam itu?' selidik Chandra
Aku tersenyum nakal... " Adalah.... yang pasti hhhhhooooott!! " candaku

"Hm... si Heaven itu kayaknya gw sering lihat deh di rumah sakit.." Tiba tiba Dimas berkata seperti itu." Tapi ah.. masa iya?"
" Mirip kali..." komentar Chandra
" Gak ah.. gw yakin itu si Heaven..soalnya udah lama pasien itu dirawat.." katanya.." Sekitar 3 tahun lah.."
" Buseet lama bener..! " Bobby tercengang
" Emang siapanya si Heaven?" aku menjadi penasaran
" Wanita tua ... mungkin ibunya ya? " tebak Dimas

Semenjak percakapan itu aku termenung.. Ibunya Nael? Apa mungkin waktu kemarin dia mendadak pergi karena terjadi sesuatu sama ibunya? Sebaiknya aku tanyakan langsung ke Nael, ah.. sepertinya dia tidak akan jujur.

Satu jam telah berlalu , aku semakin gelisah.
" Dimas.. nanti kita pulang bareng ya? gw ada sedikit urusan juga ke Rumah Sakit" Akhirnya aku putuskan menyelidikinya sekarang juga.
Dimas Mengangguk

Saat dirumah sakit...
" Mas.. tunjukin dong kamar pasiennya keluarga si Heaven.." pintaku
Dimas keheranan... "Ngapain?? kok elu kayak tertarik banget sih soal si Heaven... ?"
"Nantilah gw jelasin .. janji..ini penting soalnya.."

Masih dengan wajah kebingungan Dimas pun menganggukkan kepalanya.. Maka Dimas menunjukan kamar tempat pasien itu dirawat.
"Itu .. diruang Melati kamar No B12" Dimas menunjukan ke suatu lorong di pojok sana.
" Thanks ya sobat.. "
" Ok..gw kembali ke ruangan gw dulu ya? kalo ada apa apa elu telpon gw aja ok? "
Aku menganggukan kepala.

Dengan sedikit gugup aku melangkah mendekati ruangan itu.... . Kucari No B12 dan kudapatkan diujung sana. Aku hampiri...\Tepat di depan kamar aku mengintip lewat kaca di pintu tersebut. Disana ada pasien seorang perempuan tua tengah berbaring tak berdaya dan dua orang lelaki yang sedang menjaganya. Ya Tuhan.. itu benar Nael..!!

Aku bingung harus berbuat apa.. Haruskah aku masuk? lalu aku mau bilang apa? Aku takut dia salah paham, menuduhku memata matai dia. Aku berjalan jalan kesana kemari di depan pintu seperti orang kebingungan..

Tiba tiba pintu terbuka dan nampak lah Nael disana...
" Diaz..." katanya terkejut " Elu lagi ngapain disini..?"
" A.. aaku " Aku mengacak acak rambutku.. " Aku tadi abis jenguk temanku yang sakit.." alasanku..
Nael memandangku curiga..." oya..?"
" Iya.." Kumantapkan suaraku.." Siapa yang sakit Nael?" Aku alihkan pembicaraan kami
" Ini ibuku... "katanya...
" Oya...? sakit apa ibu kamu? "
" Yah.. sakit orang tua lah.. " dia tersenyum
" Boleh aku lihat? pingin sapa ibu kamu... mudah mudahan saja dia masih ingat aku.."
Nael sedikit ragu... " Ok lah.. tapi mungkin dia gak ingat elu, maklum lah sudah tua" katanya Maka aku masuk ke dalam....terlihat disana ibunya Nael berbaring tidak berdaya. Namun berusaha tersenyum saat melihat aku.
"Selamat siang tante... " kataku sambil meraih tangan ibu itu
Sang ibu tersnyum.. "Siang.. ini temannya Nael ya?" Suaranya lemas
" Betul...saya Diaz, teman SMA Nael.. " kataku sopan
Sang ibu terdiam sejenak seperti sedang berfikir.." Oh.. iya.. Diaz sahabat Nael yang tinggal satu komplek ya?"
Ya Tuhan dia ingat aku..." Aku seneng tante masih ingat.."
" Kamu semakin tampan saja Az.." katanya sambil membelai pipiku... " Pasti sudah jadi orang hebat" tambahnya
" Dia sudah jadi direktur bu..." Nael berkata
" Oya... anak hebat.."
Aku lihat Nael menundukan kepala...
" Kalian satu kantor...?"
Satu kantor?? aku bingung menjawabnya, lalu memandang Nael...
" Iya.. bu... kita satu kantor.." Akhirnya Nael yang mengalihkan jawaban aku
" I iya.. kami rekan kerja sekarang tante.." Aku mencoba meyakinkan ibunya.Ternyata selama ini Nael menyembunyikan masalah pekerjaannya pada sang Ibu.

Nampak disana seorang lelaki muda memperhatikan kami berdua.
" Oh iya... ini kenalkan Angga.. dia..." Nael tidak melanjutkan perkataannya
Aku menyalami lelaki itu..
" Aku saudara sepupunya.." Angga yang melanjutkan kalimat Nael. Kulihat Nael menunduk.
Aku perhatikan Angga. Lelaki yang tampan, umurnya pasti dibawah aku sekitar 24 atau 25 tahun.
" Halo Angga..kamu masih kuliah atau sudah kerja?" tanyaku
" Aku sudah kerja bang..."Abang... ? diakah yang telpon Nael tempo hari yang memanggilnya abang.?
Setelah beberapa saat kemudian akhirnya aku pamit. Nael mengantarku keluar...

" Gw gak tau elu mata matai gw atau karena kebetulan. Tapi, yang pasti inilah yang terjadi. Ibu gw berbaring sakit tak berdaya.."
" Elu kenapa gak cerita dari awal?"
Nael tertawa... " Buat apa? gak bakal bisa merubah keadaan, yang pasti elu malah kasihan ma gw." Katanya.." Elu tahu kan? gw paling gak suka dikasihani orang" Katanya sinis
Aku gak suka kalimatnya itu." Ibu lu dah berapa lama dirawat disini? " Aku pura pura tidak tahu
" Yah sekitar 2 mingguan.." aku sudah tebak dia pasti berbohong.

Kami berdua terdiam sejenak.
Gw harus balik sobat., nanti aku usahakan Jenguk ibu lu lagi.."Nael hanya tersenyum
Besok aku mau cari informasi lagi ke Dimas sebenarnya sakit apa ibunya.? apa karena ini dia merelakan diri menjadi seorang pelacur? Kalo memang benar. pengorbanan ini sungguh luar biasa. Satu janjiku , aku akan bantu dia. Semuanya...Walau aku tahu Nael pasti akan menolaknya.
Rating
0 Comments
Aku tidak masuk kerja pagi ini
Badanku demam , mungkin gara gara kecapean,ditambah pulang larut semalam. Sial.. kalau sudah begini akan repot jadinya. Meeting terpaksa ditunda, mudah mudahan saja besok aku bisa masuk kerja.

" Susi.. ini saya.." Aku meghubungi sekretarisku
" Oh iya pak.." Katanya
" Saya tidak masuk sedang sakit, tolong ditunda dulu meeting pagi ini, nantilah saya kabari lagi"
" Loh.. bapak sakit apa? apa ada yang bisa saya bantu?"
" Iya.. kamu tolong kirim dokter perusahaan ke apartemen saya.. disini saya sendiri, gak bisa ngapa ngapain.."kataku dengan suara lemah
" Ya sudah pak.. nanti saya segera beritahu dokter perusahaan, sekalian saya akan titipkan sarapan bubur buat bapak, nanti Office boy saya suruh kesana.."Katanya sopan
Aku menutup hubungan.. Ahh untung aku punya sekretaris yang cekatan. Tidak perlu bicara banyak, dia tahu apa yang harus dilakukan.Ah Tuhan perutku mual... sakit sekali.. segera aku ke toilet dan muntah lah aku disana...

Hand phone ku berbunyi..
Sialan...! masih saja ada yang ganggu saat kondisi seperti ini juga. Apa sebaiknya aku hubungi Peter? aahh.. sudahlah, aku gak mau dia khawatir.

Dengan langkah lunglai aku terima telepon itu..
" halo... Mr Perfect...gimana kabar elu pagi ini??" Nael ternyata
" Gw sakit Nael, ini lagi nunggu dokter dateng.." kataku pelan
" Haa?? elu sakit??? yaudah gw kesana.."
" Gak usah..."

Tuut... tuut... tuut.... sambungan terputus.

Akhirnya dokterpun tiba. Dia segera memeriksaku. Setelah diperiksa dan diberi satu suntikan dokter itu mengatakan aku jangan terlalu kelelahan , banyak makan makanan sehat, dan lain lain. Selalu itu yang dikatakan setiap aku sakit. Dokter itupun memberi resep obat yang harus aku tebus di Apotek. Ah.. suruh siapa coba?

Ah... untunglah ada Office Boy suruhan Susi yang datang membawa bubur untukku, sekalian saja aku suruh dia buat nebus obatku di apotek. Dokter itu akhirnya pamit, aku mengantarnya sampai pintu depan... dan nampaklah Nael disana sambil menenteng plastik kresek berisikan makanan. Lelaki itu tersenyum, seperti ingin menghiburku. Aku tidak merespon senyumannya lalu kembali masuk ke kamar diikuti Nael dibelakang..

" Kamu gak usah repot repot Nael... aku sudah dikasih makanan sama Sekretarisku..."
" Eits, ini beda... ini dibuat dengan tangan gw sendiri.. jarang jarang gw masakin makanan buat orang.." bujuknya.

Aku hanya tersenyum...
Nael membantuku duduk bersandar di ranjang, diberinya alas bantal dipunggungku.
"Elu gak ada aktivitas apa hari ini? "
"Ada.." jawabnya
"Yaudah elu pergi aja, gw gak mau ganggu aktivitas sehari hari elu..."
"Aktivitas gw hari ini yaitu nemenin elu ... tauuuuu.." Nael menekan jidatku dengan telunjuknya.
"Ah gak usah... lagian gw gak mampu bayar elu.." aku malah terpancing candaan dia.
"Gak mampu ato pelit?" katanya sambil menyiapkan bubur di mangkuk.
Aku akhirnya tertawa...

"Sini... aaaaaaa...." Nael menyuapiku
Aku menerima suapannya... Aku gembira sekali Tuhan.Nael terus menemaniku hingga sore hari , meskipun aku tertidur dia setia menjagaku.
" Nael... lu udah makan belum? "tanyaku
"Udah, tadi waktu elu molor, gw keluar sebentar cari makanan.."katanya
Aku tersenyum." Makasih ya Nael, kelak kalau suatu hari elu sakit. panggil gw ya? Gw janji bakal jagain elu kayak sekarang ini."
"Sialan lu... doain gw sakit...!" katanya..dengan mimik agakl kesal, lalu tertawa kemudian.Aku lihat Nael sudah mulai kelelahan, aku yakin dia ingin istirahat.
"Nael.. lu pulang aja .. gak apa apa,kalo ada apa apa gw bisa manggil Eka.."
"Jangann..! "katanya spontan
Aku sedikit terkejut.." Loh.. kenapa? " tanyaku heran.
Nael kebingungan.. " Hm.. itu.. yah elu jangan repotin banyak orang dong kalo sakit. Udah , gw aja lu andelin ato kalo nggak telpon tuh si Ganteng Tajir itu... dia pantes lu repotin"

Aku memandangnya heran
"Aneh, Eka itu udah bukan orang lain loh.. dia dah kayak sodara gw.. wajar dong gw minta tolong ke dia.." kataku
"Udah lah.. lupain aja..."katanya
Kami terdiam sejenak... aku berfikir Nael sepertinya gak suka sama Eka , Peter juga...Seolah olah mereka kenal siapa Eka itu. Ah.. bodo amat., mereka melihat Eka sepintas. Aku yang sudah bertahun tahun kenal Eka tau semua hal tentang dia.

" ya sudahlah gw balik... elu kayaknya gak suka gw lama lama disini.." Kata Nael..
" lah.. marah..."
" Gak gw gak marah. Udah sana elu telepon si Peter, bilang elu sakit pingin diboboin ma yayangnya.."Candanya. Sepeninggalan Nael, aku menghubungi Peter. bener juga, siapa tahu aku sakit karena pingin dipeluk dia? Aku hanya tersenyum .

"Halo.." terdengar suara Peter disana
" Sayang, ini aku..."
" hei, kamu lagi dimana ini?'
" Aku di Apartemen. Aku sakit.." kataku manja
" Haa?? sakit ? kok bisa? udah diperiksa dokter? "
" Udah... cuma sakit biasa aja. Sakit mala rindu kata nya" candaku
" Hahaha.. kamu ini.. yaudah ntar sabtu depan aku ke Bandung ya.." Katanya... " Eh aku lupa.. minggu depan aku mau ke Hongkong ada urusan kerja.."Aku yang awalnya senang kembali drop..." Halo.."

Aku terdiam...
"Sayang.. ngambek ya? gimana donk.. kerjaan ini penting banget buat aku." katanya " yaudah... aku ada kenalan dokter di Bandung, ntar aku minta tolong sewain Perawat buat nemenin kamu di Apertemen .. gimana?" Aku butuh nya kamu Peteeeerr!! bukan orang lain.kataku dalam hati.
"Gak usah deh.. lagian ada Eka...dia bisa nemenin aku kok"
Kini Peter yang terdiam
"Oh gitu... yaudah deh.. nanti aku bakal sering telepon ... nanyain perkembangan kamu"
"Iya.."
Dan akupun mematikan sambungan.

Malam hari Eka datang membawa makan malam untuk aku.
"Hi sobat, aku bawa makanan kesukaan kamu." Katanya sambil memrlihatkan satu kotak berisi makanan.
"Ah.. Ka, aku gak nafsu makan. " kataku... " Maunya berbaring terus, tapi mata susah untuk diajak tidur."
"Makan dulu lah sedikit nanti baru makan obat." bujuknya " Aku yakin abis itu kamu bakal ngantuk.."
"Aku memaksakan diri makan, walaupun aku eneg lihat makanan itu.."
Setelah berhasil masuk 3 sendok nasi ke mulutku, akhirnya kuputuskan untuk stop makan. Aku bener bener tidak kuat dengan aromanya. Eka menyiapkan obat yang hendak aku minum.
"Makasih ya Ka.."
"Hm.. perlu gak aku nginep malam ini? " Katanya
"Gak usah... aku udah banyak repotin kamu.."kataku tidak enak.."Mending kamu pulang aja, udah malam"
Eka tersenyum... " Nanti kalo kamu tertidur. Aku akan pulang"
Aku coba pejamkan mata, tapi tidurku tidak nyaman... Akhirnya aku mendengar suara pintu ditutup, pertanda Eka sudah pulang. Aku membuka mata lagi... kesaal Tuhan!

SMS masuk di HP ku...aku buka " TIDUUURR JANGAN BACA SMS AJAAA! " ah dari Nael , kurang kerjaan dia.
Satu SMS masuk lagi " EH , DIBILANGIN SURUH TIDUR..!" Apaan sih?? fikirku
Satu MMS masuk kali ini dia mengirim gambar segerombolan binatang domba.. " ITUNG TUH DOMBA ELU BAKAL TIDUR." ah Basiiiii!!! fikirku
SMS selanjutnya masuk lagi... Haduuuuhh..! "MET TIDUR , GW MA PETER BAKAL JAGA ELU.. SAMPAI PAGI NANTI.." Aku tersenyum..
Benar juga, aku tertidur lelap

Sudah tiga hari aku di ranjang, bosen juga. Kasian Nael yang selalu menemani aku padahal aku bersikeras bisa menjaga diri sendiri tapi dia keukeuh ingin disini . Bisa aku bayangkan kalau ketahuan Peter. Aah.. biar saja. dia sendiri gak bisa datang menemani aku.
" Nael.. jalan jalan yuk.. gw bosen nih.. " kataku
" Jalan jalan kemana? " tanya Nael yang sedang membaca majalah
" Terserah.. gw bosen di sini terus"
Disuruh minum obat susahnya minta ampun, eh giliran jalan jalan? semangatnya ..." komentarnya
" Yaudah gw sendirian aja, lu jaga apatemen gw ya? kataku sambil meraih jaket
" Eh tunggu .. " Katanya.. " iya gw temenin.."

Kami sudah dijalan raya sekarang, " Kita mau kmana Az..? "
Aku terdiam , berfikir sejenak. setelah beberapa saat kemudian.. Ah... aku tahu..
"Nael.. gw kangen rumah gw 10 tahun yang lalu. pingin lihat apa masih seperti yang dulu..?"
Nael tersenyum... " Boleh juga.. Sekalian lihat sekolah kita ya?"Aku mengangguk tanda setuju. Nael mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi.. dan aku berteriaak.... kami seperti 10 tahun yang lalu, bahagia tanpa beban.

Kami berada di depan Sekolah sebuah Gedung SMU Negeri yang penampilannya sudah berubah total. Sekolah ini sekarang menjadi sekolah ter elit di Bandung. Dari arsitektur bangunannya sendiri jelas tergambarkan bahwa ini sekolah bukan untuk kalangan biasa.
"Untung ya kita sempet sekolah disini.. " Kata Nael
Aku menganggukkan kepala.. "Kebayang ya biaya SPP nya..."
Nael tertawa,.. " Untungnya nih sekolah dulu gak se elit sekarang, "

Mobil kami melaju lagi, kini menuju perumahan rakyat tepatnya rumah yang sempat aku tempati dengan ibuku 10 Tahun yang lalu. Aku termenung melihat rumah itu. Tidak ada yang berubah.. ubinnya, terasnya... masih seperti yang dulu.
Mobil kami masih melaju pelan di sekitar perumahan itu. Tanpa sengaja kami menemukan lapangan Basket itu... Saksi perkelahian kami waktu itu.

" Distu kita memutuskan persahabatan kita" Kenang Nael..
Aku tersenyum... " Untuk pertama kalinya gw berkelahi sama orang.."
Nael tertawa..
Akhirnya kami dari mobil dan bergabung dengan sekelompok anak SMU yang sedang main Basket..
Waktu seolah mundur ke 10 tahun yang lalu... Aku , Nael dan seragam putih abu kami..
Rating
0 Comments
Nael.. Nael..Nael... orang itu selalu ada dimanapun aku berada. Lama lama aku bisa gila juga. Mau menghindar bagaimana? dia sendiri yang menghampiri . Sepertinya dia bisa mendeteksi keberadaanku, tapi syukurlah pertemuan tadi tidak diketahui oleh Peter. Pertengkaran kemarin sudah cukup buat hati aku sakit. Pesta sudah selesai, kami sudah kembali ke Apartemen Peter. Peter terduduk di sofa, tampangnya kusut, lengan kemejanya dililit keatas, dasi dilanggarkan hingga tidak karuan. Aku menghampiri dan memijat bahunya. Peter tersenyum dan memegang jemariku.

"Enak yank..." katanya dengan ekspresi menikmati.
Aku mencium lehernya...
"Itu lebih enak..." rayunya
Aku tertawa dan menepuk bahunya gemas.
"Makasih ya buat malam ini.." Peter membalikkan badannya ke arahku. mencium jemariku.
Aku tesenyum membelai rambutnya.
Dan kami pun tertidur di sofa itu.

Minggu sore pulang ke Bandung. Sengaja aku bawa mobil , ingin menikmati perjalananku sendirian. Hand Phone ku berbunyi
"Ya halo.." kataku
"Mr Perfect, elu dimana? gw nunggu elu di bandara.katanya mau pulang sekarang?"
Haaa?? nagapain si Nael nunggu nunggu aku??
"Aku bawa kendaraan sendiri. Kamu pulanglah sendiri" kataku
" Ya sudah gw numpang aja lah sama elu. lumayan hemat ongkos"
Aku terdiam....bingung harus jawab apa." Sorry Nael.. aku gak bisa..."
" hmm.." Nael terdiam.. " Ok.."
Aku memutuskan hubungan.

Selama berkendara aku tidak bisa fokus. Dia mau nebeng masa aku menolaknya gitu aja? kelewatan gak sih? Gak , ini gak kelewatan sebelum aku terlibat jauh dengan orang itu. Terlibat apaan? orang cuma mau numpang pulang? aku aja yang berfikir kelewatan dan keGRan.Seperti tanya jawab dikepala ku saat ini.
Ahh..... aku balikkan mobilku dan segera melaju menuju bandara, sebelum Nael terlanjur naik pesawat. Aku tidak mau beralasan kenapa akhirnya aku memutuskan menghampirinya. Hanya lakukan saja, sesuai kata hatiku.

Aku bergegas turun dan berlari masuk ke bandara. Aku mencari orang itu berlari kesana kemari. Tapi... belum ketemu juga. Hingga kurang lebih setengah jam aku terdiam disana aku meyimpulkan dia sepertinya sudah terbang. Yah sudah lah.. aku berbalik pulang ..
Saat berbalik nampak 100 meter dari hadapanku lelaki ganteng berkaca mata hitam dan menenteng ransel besar.
"Hi Mr Perfect... menunggu gw kah?" lelaki kurang ajar itu malah tersenyum manis buat aku tidak bisa berkata kata.
Aku tidak merespon senyumannya. "Ayo cepat.. sudah hampir malam, nanti kemalaman nyampe Bandung" Aku bergegas pergi dan diikuti Nael. Bisa kudengar dia tertawa gemas dibelakangku.

Kami sudah di mobil. Sedikit salah tingkah juga aku akhirnya.
"Thanks, elu dah mau nampung gue..." dia tersenyum
"Hm.." itu saja komentarku pura pura fokus menyetir mobilku
"Sedan lu bagus, pasti mahal ya?" Aku tidak merespon.
"Tenang lah sobat, gak usah grogi gitu. Gw lagi gak kerja kok. gak bakal gerayang gerayang badan elu"Nael tertawa kecil..

Haa... aku semakin tidak tenang,aku lap wajahku yang sepertinya basah oleh keringat. Panas Tuhan...!!"Gimana kabar lu 10 tahun terakhir ini?" aku mencoba bicara
"Yah.. seprti ini lah..."
Aku terdiam... "Hm.. dulu kamu kan sempet pacaran sama si Naya..kemana dia sekarang?"
Nael tertawa.. "Hahaha... cinta Monyet .." komentarnya.." Gak tau gw... dah kawin kali"
Aku mengangguk tanda mengerti..sebenarnya aku ingin tanya langsung.. kenapa kamu jadi pelacur?? Tapi aku takut dia tersinggung.
"Sepertinya elu mau tanya sesuatu yang lebih penting ya? " Ujar Nael,.. nanti lah . belum saatnya gw cerita.

Aku tersenyum dan mengangguk tanda mengerti.
"Waktu tadi malam kok bisa hadir di acara Peter? lu dampingin pacar elu? or....." aku tidak berani lanjutkan
"Hahhaha... iya gw diminta dampingin si om tua itu. lumayan lah tarifnya gede "Dia tertawa lepas... "15 juta.." bisiknya...
Aku membelalak mataku... "Haa?? dampingin dia doang??" aku setengah tidak percaya.
"Ya nggaklah...ditambah layanan plus plus lainnya.. " katanya tertawa.. "Buset walaupun udah tua, tapi permainannya di ranjang buat gw kewalahan."Aku benar-benar tidak mau dengar, beneran tidak mau dengar.
"Itu 15 juta masuk ke kantong elu semua? "
"Gak lah, semua yang atur si Madam.. gw dapet paling berapa persennya..."katanya.. " Tapi lumayan daripada gaji kerjaan orang kantor biasa " Aku mengangguk..

" Elu gak ada rencana pensiun dan cari kerjaan yang lebih halal gitu...?" Oh Tuhan, aku kebablasan bicara..! Nael terdiam... mungkin tersinggung dengan kata kataku..
"Cuma kerjaan ini yang bisa buat gw kaya secara instant .." dia tersenyum sambil menatap kosong jalan di depan.

Kami terdiam....
Nael mulai memegang pahaku..."Elu kalo kesepian bisa hubungi gw..." Lelaki itu mulai merayuku. " Gw gak bakal kasih tau pacar lu yang tajir itu."

Ya Tuhan .. aku tidak bisa konsentrasi.
Aku menghentikan mobil dengan tiba tiba. "Gw gak suka candaan elu... mending lu turun ..! " kataku kasar
Nael tertawa .. "Iya iya.. sorry. gw canda.." katanya" Lagian si ganteng tajir itu udah cukup bisa muasin elu ya? dibanding ma gw hahahha." Aku tidak merespon candaannya. Kembali kujalankan kendaraanku.
"Nael, kamu bener jadi Gay ato cuma semata mata buat kerjaan kamu aja? " Aku tidak tahan ingin mengajukan pertanyaan ini.

Sejenak Nael terdiam, mungkin dia bingung mau jawab apa.
" Kamu gak usah jawab kalo gak mau.." Aku merasa gak enak.
" Iya..."
" Ok.." Aku ngerti dia gak mau jawab.
" Iya ... gw gay..."
Aku sedikit terkejut ...aku tidak bisa bicara, menunggu dia bicara lagi.

"Gw sadari gw gay saat hari itu." katanya... "Saat elu cium gw"
Kali ini aku bener bener terkejut. Mobilku menepi sejenak, kami berhenti dan mulai bicara serius.
"Aku mendengarkan..."
Sejenak Nael terdiam..dia seperti bingung harus bicara mulai dari mana.
"Mungkin lu pikir gw marah karena elu berbuat kurang ajar ma gw" katanya..."Tapi yang sebenernya terjadi adalah gw bingung, takut dan tidak bisa menerima keadaan sendiri." Nael keluar dari mobiil dan menyalakan sebatang rokok. Aku menghampirinya keluar.." Saat itu gw mati matian hindari rasa ini , dan terus meyakinkan diri elu sahabat gw.dan tidak boleh ada rasa lain. Tapi kenyataan nya apa? elu ternyata merasakan juga yang gw rasakan. bedanya elu sudah nyaman dengan kondisi elu itu"

Aku terdiam..
"Gw takut dengan perasaan itu, makanya gw menjauh dari elu. Hingga akhirnya gw sangat menyesal dan bingung harus bagaimana supaya bisa deket lagi ma elu. Apalagi waktu itu elu deket banget sama si Eka. Gw pikir kalian pacaran."

Aku menghela napas panjang.. sedikit rahasia Nael sudah tersibak... Ah Nael .. Nael.. coba saja dulu kamu bisa nerima aku. Aku memegang bahu Nael , tesenyum " Maafin gw ya? waktu itu gw seharusnya gak kurang ajar cium elu" kataku,,," kalo saja gw gak berbuat itu.. elu mungkin gak terjerumus dunia kayak gini."
"Gak Az.. " bantah Nael.. " Ada gak ada elu , gw tetep bakal kayak gini. perasaan seperti ini sudah ada sebelum kenal dengan elu."
"Kamu macarin si Naya dengan maksud buat nutupi identitas elu? " tebakku
"Tepatnya berharap gw bisa jatuh cinta beneran sama perempuan" katanya.." kenyataannya gw gak bisa, dan akhirnya gw lepasin Naya, karena itu gak adil buat dia"
Kami berdua terdiam , bingung...aku akhirnya ikut mneyalakan sebatang rokok.
" Kita cari tempat minum yuk? " tawar Nael

Aku menolak.. " sorry gw nyetir lagian gw harus cepet pulang. Besok ada meeting penting" Sebenarnya aku takut terjadi hal hal yang tidak diinginkan kalo akhirnya kita minum, apalagi pikiran kita berdua sedang kacau saat ini.

Kami tiba bandung saat tengah malam, aku lihat Nael teridur di sebelahku. Pelan pelan aku membangunkan dia." Nael.. udah nyampe Bandung.."
Nael terbangun..." Owh.. sudah sampai ya?"
Aku mengangguk.." rumah elu daerah mana? biar gw anter" kataku
Akhirnya mobilku melaju ke tempat tinggal Nael.

Kami tiba di perumahan di daerah Setiabudhi, aku menghentikan mobilku tepat di depan rumah sederhana. Mungkin ini tempat tinggal Nael.Dia turun dari mobil diikuti oleh aku.
"Teman .. makasih ya.." katanya saat menghampiriku
Aku tersenyum ..
"Makasih elu mau terima gw masuk ke hidup lu walau kini status kita berbeda jauh.."
"Elu temen gw.." itu saja kataku

Tiba tiba Nael Memelukku... Aku yang terkejut berusaha melepaskan pelukannya...
"Sabarlah sebentar Az..."katanya... " Gw cuma ingin merasakan bahu elu .. gw rindu pelukan ini.."
Dan kami pun berpelukan... hangat.... ini Nael yang pernah aku cinta 10 Tahun lalu....
Rating
0 Comments
Sore ini aku mengantarkan Peter ke Bandara, sudah dua malam kami menikmati kebersamaan, walaupun sempat terganggu oleh kejadian kemarin di supermarket. Aku senang semuanya beres. Peter tidak marah lagi soal Nael, yah walaupun dia sudah memperingatkan aku untuk tidak berkomunikasi lagi dengannya.

"Yank.. kamu jaga diri ya ? jangan terlalu berat bekerja, sedikit sedikit bersantailah sama temen temen kamu. Ibadah juga jangan lupa." katanya..
Aku tersenyum memandang wajahnya , bola matanya jernih sekali." iya..." jawabku nurut sambil membelai pipinya.

"Oh iya, aku hampir lupa.. Hari Sabtu besok di perusahaan akan ada peresmian kantor cabang." kata Peter sambil menepuk bahuku. " Kamu mau dampingi aku? "tambahnya.
Aku mengernyitkan dahi. " kok?? Kamu gak malu gitu? " Tanyaku.." Gah ah.. aku gak mau , malu.. apa kata karyawan kamu nanti.." Segera aku menolak ajakannya.
"Ah.. biar aja. Aku yakin mereka juga tahu kok. Ini perusahaan aku sendiri, bebas mau ajak siapa aja." Katanya tenang.

Aku hanya diam, tidak bisa berkata kata. Bingung juga, seumur umur belum pernah menghadiri acara formal seperti itu didampingi oleh seorang lelaki.
Peter menggenggam jemariku erat. "Mau ya? "
"Aku gak enak aja. takut grogi, nanti mereka malah bertanya tanya ... aku takut aja image kamu jelek ..."
Peter tersenyum, "Gak lah... masa pacarin kamu Image aku rusak? yang ada bakal naik. Kamu salah satu orang terpandang loh di Jakarta. Lagian mereka tahu kok aku Gay, dimeja kerjaku aku taruh bingkai foto kamu.."
Aku tersenyum dan melayang dengan kata katanya. " Terpandang apaan... " aku tertawa...
"Loh... kamu gak sadar gitu? abis diwawancara di majalah Business itu nama kamu sering disebut sebut loh di Jakarta"
"Hahahah.. oya?? " Aku sedikit grogi dan bangga dipuji seperti itu.


Akhirnya kami tiba di Bandara, sebelum turun dari mobil Peter memelukku dan mencium Dahiku...Ah.. akan lama lagi aku menunggu dekapan hangat seperti ini. Bersabarlah minggu depan aku akan menemuinya. Peter sekali lagi memandang wajahku, dia tersenyum manis sambil membelai rambutku.
Dan kami turun dari mobil mengantarkan Peter masuk ke dalam.

Kembali aku sendiri, apartemenku akan sepi seperti biasanya. Didampingi alunan lagu lagu mellow Michael Bubble aku terus melaju di sepanjang jalan yg lengang. Aku malas pulang, pingin pergi ke suatu tempat sekedar buat mengisi kebosanan ini. Sebaiknya aku ajak Eka

"Halo..." terdengar suara Eka disana
"Hei, Ka.. lagi ngapain?"
"Aku lagi iseng aja depan komputer" katanya..." Lagi dimana nih? kok berisik ?"
“Aku lagi dijalan nih. .. abis nganterin Peter ke bandara. " kataku..
"Ini langsung balik?"
"Justru itu aku telepon kamu, pingin ajak ketemu... lagi jenuh nih..." aku tertawa....
"Yeah.. baru aja ditinngal sebentar, udah jenuh lagi.."
kami tertawa... " Yaudah, kita ketemu di kafe biasa ya?"
Aku menutup sambunganku


Tidak butuh waktu lama aku menunggu Eka, karena aku tahu dia tipe orang On Time. Aku sudah menunggu lengkap dengan minuman untuk kami. Aku sudah tahu minuman favoritnya , tidak perlu tanya tanya lagi pesanan dia.
Benar juga sesaat kemudian muncullah sosok tinggi ganteng bernama Eka .
" Menunggu lama..? " katanya
Aku hanya menganggukan kepala sambil tersenyum
" Oya..? "
"Hahaha... Nggak lah... ni aku jg barusan nyampe."kataku
Kami tertawa ...
"Aku kira Peter ambil cuti supaya bisa lebih lama sama kamu.."
"Ah.. orang sibuk kayak dia, mana mungkin mau cuti.."kataku
"Tapi kan seenggaknya dia bisa luangkan weekend bareng kamu."
"Yup..." kataku..." Dan minggu depan giliran aku yang weekend di tempatnya dia"
"Oya?"
Aku menganggukkan kepala."Kebetulan dia mau ada acara peresmian kantor cabang, dan aku diminta buat dampingi dia."

Eka yang tengah minum tersedak... " Ugh.... sorry.." katanya sambil melap bibirnya dengan tissue.
"Kaget ya? sama aku juga..." Aku tertawa
"Kok bisa? gimana reaksi orang orang nanti..."
"Gak taulah, cuma dia bilang orang orang tau tentang keadaannya, jadi gak perlu khawatir"
"Dan kamu mau aja?"
"Aku sempet nolak sih, cuma Peter terus desak... yah mau gimana lagi.." kataku
Eka hanya tersenyum ....
"Gimana? kamu ada cerita apa? lagi deket sama siapa nih?" rayuku
"Ah.... Az.. aku lagi gak mood cari pacar saat ini." katanya " Sibuk aja lah sama kerjaan kantor".

Aku tersenyum, sudah 3 tahun Eka hidup sendiri. Terakhir dia menjalin hubungan dengan seorang lelaki yang katanya lelaki sempurna yang pernah jadi pacarnya. Tapi sayangnya waktu itu Eka melakukan kesalahan fatal yang tidak bisa dimaafkan lelaki itu. Sampai sekarang Eka masih menunggu, untuk cari cara kembali lagi padanya. itu janji Eka. Terkadang penasaran seperti apa sih lelaki yang dimaksud Eka. Sampai sampai buat temanku itu mabuk kepayang.

Seminggu telah berlalu, sesuai rencana aku akan mneghadiri acara peresmian kantor barunya Peter, menemaninya. Demi menjaga image dia aku sudah memesan khusus Jas ke desainer langganan. Aku harus tampil sempurna untuknya dan tentu saja untuk diriku sendiri demi menjalin relasi dengan orang orang penting di acara itu.
Saat acara berlangsung aku mendampingi Peter menjalankan tugasnya. Acara berlangsung khidmad dan formal. Suatu ketika Giliran Peter menyampaikan pidato ya ke depan tamu undangan. Aku terkesima, Inikah laki laki yg jatuh cinta padaku? laki laki yang dimataku sangat sempurna . Pintar, gagah , Mapan dan Mandiri. Suatu hari aku berharap semua kelebihannya bisa tertular kepadaku.

Acara Peresmian telah selesai diikuti pesta pada malam harinya. Tuhan ... Aku lelah sekali. Untungnya Peter selalu menemani, lelahku sedikit berkurang bila disampingnya. Aku menikmati makanan kecil karena memang saat ini aku lapar sekali, sementara Peter pergi sejenak melayani tamu tamu yang hadir. Aku menikmati makananku sendirian tanpa sadar melihat dua orang lelaki yang menurutku seperti pasangan. Lelaki pertama sudah berumur dan yang kedua nampak seumurku, kalau kulihat gerak geriknya dia seperti.... Nael!!

Haa..!! Masa iya?? aku perhatikan lagi dengan seksama. Oh Tuhan, itu benar Nael. Mau apa dia disini? apakah lelaki yg lebih tua itu pacarnya? atau pelanggannya? aahh.. aku tidka mau tahu. Segera aku cari tempat sembunyi agar posisiku tidak terlihat olehnya. Nampak Nael disana melihat lihat sekitar, seperti hendak mencari sesuatu. Tuhan jangan pertemukan aku dengannya... apalagi saat ini.

Beberapa saat akhirnya aku terbebas, aku tidak melihat bayangan Nael disekitarku. Sepertinya dia sudah pulang. Lama lama aku pusing juga berada di tempat ramai ini. Maka aku berjalan keluar menuju taman sekedar mencari udara segar dan keheningan, biarlah Peter tuntaskan tugasnya sendirian..Ada kursi di taman , maka aku berjalan ke arah sana dan duduk.Aku longgarkan dasiku yang seharian mencekik leherku. Ahh.. lega rasanya.

" Lelah...? "seseorang bicara padaku
Saat aku menengok ke arah suara.. itu adalah... Nael...
Nael nampak santai dengan rokoknya. sesaat kemudian dia menghampiriku.
"Mr Perfect.. sedang apa sendirian disini? kasian pacar elu sibuk sendiri didalam.."
" Aku kecapean Nael.. " kataku
"Ya sudah aku temani aja elu disini, Nael duduk di kursi sebelahku.."
"Loh lelaki yang tadi itu mana? "tanyaku
"Tau dari mana gue dengan seorang lelaki? "
Ya Tuhan , aku salah bicara..
"Hahah... ketahuan elu ngawasin gw ya dari tadi" tebaknya
"Bukan.. bu .. kan gitu.. tadi sempet lihat didalam kamu sama seorang lelaki" Aku bela diri

Lagi lagi dia meyebarkan jurus mautnya.. mata itu, menatap mataku hingga kedalaman hati ini.. Tuhan ,jantungku berdetak tidak karuan.
" Pulang ke Bandung kapan?" tanya Nael
" Minggu sore kayaknya.."
Sesaat kami berpandangan lagi... lama... lebih lama..... Tuhan... katakan ini bukan cinta.
"Mau pulang bersama?" tawarnya
"Hm.. " aku terdiam...
Handphoneku berbunyi
"Sayank kamu dimana?" Terdengar suara Peter disana...
"Oh... aku .. aku ada di taman, iya iya sekarang juga aku kesana.."
Aku bergegas pergi tanpa sempat bicara lagi dengan Nael.
Tuhan jangan biarkan cinta ini mempermainkan aku........
Rating
0 Comments
Hmm.. aah.. Geli apa sih ini.... Aku membuka mataku pelan pelan, rupanya Peter memainkan bulu bulu kasar yang sudah tumbuh di dagunya ke wajahku.
"Bangun sayang... sudah pagi..." Bisiknya lembut ke telingaku
"Aaaahh.. kamu bikin kaget aja.." kataku dengan nada sedikit malas." Bentar aku masih ngantuk...." aku tutup wajahku dengan selimut tebalku.
"Aku sudah buatin sarapan spesial buat kamu" Peter kini mendekapku dari belakang.
"Oya? apa itu..." Kataku masih dengan mata tertutup
"Makanya buka dong matanya..." bisiknya
"Masih ngantuuuukk.." kataku manja
"Ayo bangun, kalo nggak...."
"Kalo nggak kenapa? "
"Aku .... telanjangin..." bisiknya nakal
Aku tersenyum..." Mending ditelanjangin..." kubalas
"Bener nih..." Peter mulai mengerayangi badanku.
Aku yang kegelian akhirnya terbangun juga....Kami berpelukan berciuman mesra. Sesaat kemudian kami makan sarapan yang dibuatkan Peter di ranjang itu juga.
"Oh iya.. tadi aku lihat di ranjang kamu ada sapu tangan , di cuci kenapa? sampai didiamkan di ranjang. Kotor kena seprai." Katanya..
Sapu tangan? seumur hidupku aku belum pernah sejorok itu menyimpan sapu tangan di ranjang." Ah, sapu tangan? masa sih? mana? " tanyaku penasaran
"Sudah aku simpen di cucian" katanya sambil mengunyah spagetti buatannya sendiri

Sapu tangan? kok aneh ya? aku beranjak dari ranjang dan memeriksa sapu tangan yang Peter Maksud dibelakang.Disana nampak sebuah sapu tangan berwarna biru bertumpukan dengan pakaian kotorku yang lain. Aku raih sapu tangan itu. Perasaan baru pertama kali aku melihat sapu tangan ini. Di sapu tangan itu terdapat inisial huruf "H" . Apa ya? aku berfikir keras.

Peter menghampiri tepat dibelakangku." Kenapa musti diliat liat lagi...? " katanya." Masa lupa sama sapu tangan sendiri"Aku tidak menghiraukan ,masih bingung sendiri. Apa mungkin punya Nael??? H artinya Heaven... sapu tangan itu dipakai saat melap keringat di wajahku waktu itu.

Oh Tuhan, Peter tidak boleh tau. Aku menghela nafas panjang. mencoba menenangkan diri. " Owh, iya iya ... ini sapu tangan baru. ." Aku bersikap seolah olah baru ingat. lalu melemparkan kembali sapu tangan itu ke tumpukan semula.
"Mau kemana kita hari ini?"Aku mengalihkan topik
"Lah, aku kan tamu.. kamu dong yang tentuin mau kemana.."
"Yeah.. pacar sendiri dianggap tamu.. " aku tertawa..sambil menuju Bath room

Ting tong...
Seseorang menyalakan Bel..
"Yank.. bukain pintu, kayaknya itu petugas mau ambilin cucian sama sampah.."teriakku yang sudah terlanjur telanjang di Bath room.
"Iyaaa..." balas Peter
Beberapa saat kemudian aku beres mandi, terdengar seperti ada percakapan. Siapa ya? aku menyelinap mnegintip lewat lubang pintu kamarku. Ah... Eka?? Ada apa Eka pagi pagi kesini? dari nada percakapannya sepertinya mereka bicara serius. Ada apa ya? bergegas aku memakai pakaian dan siap siap menyambut Eka.
"Hai ..Ka... tumben nih pagi pagi udah maen? "
" Sorry Az.. aku kira gak ada Peter.."
Aku terdiam , padahal kan aku bilang kemarin kalau ada Peter ditempatku." Gak apa apa kok.." Aku tersenyum.
" Kalian mau jalan jalan kemana nih? " tanya Eka
Aku terdiam , berfikir sejenak sambil memandang wajah Peter." Belanja aja yuk... dari kemarin aku belum sempet belanja buat isiin kulkas... lumayan kan ada yang bantu...." Aku mengedipkan mata ke arah Peter.

Peter hanya menghela napas sambil cemberut, sesaat kemudian tersenyum kembali.
Eka tertawa ... " ya sudah, aku pulang aja ya? gak mau ganggu kalian..."
" Loh?? kamu bukannya ke sini mau ada perlu ma aku? Aku keheranan
" Nanti aja.. gampang..." sesaat kemudian lelaki itu meninggalkan kami berdua..
Aku memandang Peter dengan wajah keheranan."jauh jauh ke sini, eh cuma bilang gitu doang..." masih dengan mimik heranku.
"Hm....." sesaat Peter terdiam..." Kamu jangan terlalu dekat sama Eka ya?" katanya serius.
Aku yang masih keheranan dengan sikap Eka malah semakin heran dengan perkataan Peter. " Loh? emang kenapa? dia sahabatku sejak lama .. kita sangat dekat" kataku.
"Aku gak suka aja.... " Lalu Peter pergi begitu saja ke dapur tanpa pedulikan aku yang masih berdiri keheranan.

Dengan setelan pakaian santai, kami berdua mengelilingi supermarket sekedar membeli barang barang yang bisa diisi di kulkasku. Sengaja aku ajak dia, biar tau makanan apa saja kesukaan dia, jadi saat dia datang berkunjung lagi aku sudah menyiapkan semua makanan dan minuman kesukaannya. Kami keenakan memilih barang sampai sampai aku tidak sadar kita kini berada di lorong berbeda. Peter mungkin sedang mencari sesuatu. Aku lanjutkan saja mencari barang keperluanku.

Tiba tiba seseorang mendekat. Awalnya aku tidak peduli , mungkin orang itu sedang mencari barang yang sama denganku. " Halo Mr Perfect, .." katanya
Aku memalingkan wajah ke arah suara itu.. " Nael..." aku terkejut.
Nael tersenyum, dia sangat tampan. Memakai pakaian seadanya hanya t shirt putih polos dan celana jeans sobek sobek.Sesaat badanku berputar melihat ke arah kiri dan kananku , khawatir Peter melihat kami.

"Kenapa? kayak bingung gitu? elu lagi cari seseorang? " tanya nya
"Ngg... gak.. cuma.... ahh lupain lah..." aku kebingungan..." Ka.. kamu sendirian? " tanyaku
"Iya.. biasa lah santai hari libur pinginnya belanja belanja ke supermarket"katanya ,mata jernih itu menatap mataku tajam ...senyumnya masih seindah dulu.
"Oh iya, itu sapu tangan kamu... ada di apartemen" kataku
Nael tertawa.." Udah lah lu simpen aja, anggap aja kenang kenangan dari gw.."
"Diaz..." terdengar suara Peter memanggilku..
Oh Tuhan , jantungku berdetak keras sekali. Aku harus bilang apa Tuhan..
Peter mendekati kami, ....
"Peter... kenalin ini...." Aku terpaksa berbicara
"Saya Nael teman SMA Diaz dulu..." Katanya sopan.
Peter memandang Nael dari atas sampai bawah... "Kamu...? Heaven?" katanya sesaat kemudian
Nael tertawa... "Tidak salah, hanya saja kali ini saya sedang tidak bekerja. Kali ini saya adalah temen lamanya Diaz, Nael..."lelaki itu mengulurkan tangannya menawarkan jabatan tangan
"Peter..." katanya pelan.. sesaat dia menatapku heran.
Suasananya sangat aneh, kami bertiga terdiam... Aku bingung mau bilang apa.. Tidak tahu apa yang ada di benak Nael dan Peter.
"Ok Nael... kayaknya nanti kita sambung lagi. Aku sama Peter mau lanjut belanja lagi." Lebih baik aku yag cepat bertindak.
Aku ,menarik lengan Peter untuk segera pergi meninggalkan Nael.
Dalam perjalanan Peter terdiam, tidak mau bicara.
"Yank.. kamu ngambek ya? maaf aku gak bilang waktu malam itu. Aku gak yakin banget itu Nael, soalnya kan kamu sebut nama Heaven. Dan aku baru tau Nael itu adalah Heaven... beneran," bujukku
"Kamu jangan temui dia lagi...." Peter lalu pergi ke luar supermarket. Dan akhirnya acara shopping kami berakhir kacau.

Peter akhirnya bicara saat mulai menyetir mobil"Kayaknya kalau gak ada aku, kalian akan ngobrol lama, ketawa ketawa, dan akhirnya mengenang masa masa kalian dulu." kata Peter sinis
"Mulai lagi sinisnya.. " kataku..."Lagian emang kenapa kalo aku lakuin itu? toh ama temen sendiri. " Belaku
"Kamu bisa bilang kayak gitu, tapi hati kamu nggak kan? masih ingat kenangan indah dulu.."sindirnya
"Ya ampuun... itu 10 tahun yg lalu!! kamu fikir Nael gak bakal ketemu orang lain selama 10 tahun?? dia juga punya pacar sendiri lah!"
"Ah.. pelacur mana ada pacarnya.."
Aku hanya diam tidak menanggapi." Ok , sekarang mau kamu gimana? aku nurut."
Peter sesaat mematikan mesin mobil..
"Diaz.... aku cemburu...aku tau masa lalu kamu sama si Heaven itu. Aku mohon kubur kenangan itu jangan kamu ingat ingat lagi."
Aku tidak bereaksi"Jangan temui dia lagi..."
Aku hanya menganggukan kepala.

Ya Tuhan... belum apa apa Peter sudah bersikap seperti itu. Aku juga tahu diri, kalaupun aku masih memikirkan Nael belum tentu sebaliknya dengan Nael. Dia pasti ada someone special selama 10 tahun terakhir ini. Walaupun tidak kupungkiri detak jantungku begitu kencang saat bertemu dengannya hingga kinipun aku masih merasakannya. Tuhan jangan ciiptakan cinta segitiga diantara kami.