Meita

by : Reza Irwansyah

Meita akhir-akhir ini sering duduk menyendiri di teras. Matanya menerawang kosong. Aku merasa kasihan kepadanya. Ia terlihat seperti tidak punya teman, padahal ada aku dan Ical, suamiku, namun sepertinya itu belum bisa menghilangkan perasaan sepi di hatinya.
“Tolong ya, kalo ada yang punya ajakin aja kemari.” Ujarku sambil menutup telepon pagi itu. Meita tidak berubah, masih saja wajahnya menunjukkan raut yang sedih. Ia diam saja setiap kutanya, benar-benar membuat khawatir.
Tidak lama kemudian teman-temanku datang. Aku membawa Meita ke hadapan mereka semua dan memperkenalkannya satu per satu. “Nah, Meita, kamu gak kesepian lagi, deh sekarang. Ayo, pilih kamu suka sama yang mana.” Meita tetap diam. Matanya menatap satu per satu ke arah teman-temanku itu. Tidak ada respon berarti dari Meita.
“Ayo, tuh, yang itu ganteng tuh. Badannya gak kurus-kurus amat, kok. Cocok kamu sama dia.”
Meita masih diam.
“Atau atau itu tuh punyanya Mbak Asri tuh. Cakep kok, matanya lucu tuh. Ayo, masa gak mau sih, kamu?”
Meita masih saja menunjukkan respon netral.
Aku menyerah. Semua usahaku mencarikan pasangan untuk Meita sepertinya tidak berhasil. Besoknya pun begitu, teman-teman sudah kuundang, namun tetap saja Meita tidak mengindahkannya. Ia masih asik menyendiri di teras rumah sambil menatap rumah kosong di depan.
Di usia Meita sekarang, ia memang seharusnya sudah memiliki pasangan. Namun, sepertinya Meita enggan dijodohkan olehku. Aku sih tidak masalah kalau ia memang sudah punya pasangan, tapi ya dia nya bengong terus gimana mau dapet pasangan. Ckckckck.
“Jihan, Meita kenapa? Mukanya sedih, gitu?” Tanya suamiku sepulang mengisi suatu acara.
“Gak tahu, Mas. Kayaknya sih dia kesepian, tapi dari kemarin aku jodohin dia nya nolak, gitu, Mas.” Ujarku sambil menggantung jaket yang dikenakannya.
“Oh, soal itu, ya. Hahaha. Ya sudahlah, gak usah kamu jodohin segala, dia nanti juga akan menemukan pasangannya sendiri, kok.”
“Tapi, kan, Mas, aku kasihan lihat Meita begitu terus.” Aku merajuk.
“Nanti kamu akan terkejut sendiri. Hehehe. Sudah, deh, jangan kamu ambil pusing. Makasih ya tehnya, aku mau ngetik beberapa bahan buat mentoring besok.” Ujarnya berlalu sambil membelai kepalaku yang masih tertutup jilbab.
Di depan rumah tampak ramai, sepertinya si empunya sudah pulang, tuh. Aku keluar untuk menyambut Mbak Fithya, tetanggaku. Aku menghampirinya ke rumah seberang sambil berbincang dan sedikit bantu-bantu membereskan barangnya.
Aku menoleh ke teras rumahku. Sebuah pemandangan unik cukup mengejutkanku di teras rumahku. Meita terlihat sedang asik berbincang. Lawan bicaranya itu memang keren, matanya menyorot tajam, tubuhnya cukup besar dibanding Meita sendiri. Apa ini yang dimaksud suamiku? Pikirku.
“Oh, itu si Lanang. Masa kamu lupa. Meita kan dulu sering main sama Lanang sebelum aku singgah beberapa hari ke Solo.” Ujar Mbak Fithya. Aku mengangguk saja, padahal aku lupa. Aku tidak pernah memperhatikannya selama ini.
Aku dan Mbak Fithya menghampiri dua makhluk yang tidak kumengerti sedang membicarakan apa.
“Pantas kamu tidak mau aku jodohin, ya, Meitaaa. Ternyata kamu sedang menanti dia, toh!” Meita terkejut, hampir saja ia kabur kalau tidak tahu ini aku.
Meita memancarkan raut wajah kegembiraan karena bertemu lagi dengan si Lanang. Ia tersenyum sambil menjawab, “Meooooonggg…”.

3 Person has expressed his thoughts, Now you turn guys!

  1. Saat pertama membaca cerita ini, aku langsung membayarngkan seorang gadis pemalu yang merindukan kekasihnya datang. Ternyata....
    Keren Mas Reza, aku sukaaaaa sekali sama Meita.

  2. wahaha.. aku baru nyangka meita kucing di
    “Atau atau itu tuh punyanya Mbak Asri tuh. Cakep kok, matanya lucu tuh.

    hahaha.. reza pinter deh bikinnya... ini di ikutkan FF yg mb hylla itu nggak?

  3. hahaha .... keren mas, kirain tadi cerita apa awalnya .... eh ternyata dan ternyata dugaan saya salah ......

+ Add Your Comment