Siang Itu Di Pelabuhan


oleh Nda Puteri Madhan

Gadis dekil itu bernama gembel
Kotor sekali.
Mendengkur saja, seperti anak biri-biri kehilangan arah.
Seperti itik terkena badai derita.
Pelabuahan ramai tak berarti.
Siang malam merangkai sembelit batin.

Siang terik yang penuh derita.
Merangkak gadis dekil terseok-seok.
Ke utara gadis di caci.
keselatan gadis di maki.
Beringsut dia , menyeka keringat dengan jari jemari kumal.
Debu-debu menempel, jerawat membulat sesukanya.

Tak habis semangatnya terpanggang terik mentari.
Merangkak kembali gadis dekil terseok-seok.
Ke barat di hina
Ke timur apalagi.
Resah.
Basah pipinya, menyapu debu.
Bulir-bulir air mengalir setitik demi setitik.
Menangis seperti teriris ilalang.

Masih tak kering semangatnya dijilat terik.
Masih menggapai-gapai, melambai-lambai penuh harap.
Hatinya tak henti berdo'a :
"Bawa aku keseberang sana, untuk sekedar melihat mentari terbit"

Mendengkur saja
Dikerumuni lalat.
Tak dikasihani.
Dilirik pun tidak.

Perlahan derap langkah mendekat
Suara gesekan sendal jepit ditarik-tarik paksa.
Sebuah tangan meraih tangan gadis dekil.
Satu-satunya tangan.
Satu-satunya tangan itu, milik laki-laki hitam dekil, gembel pula namanya.
Senyumnya membawa harapan.
Senyumnya cahaya lilin di gelap gulita.

Fajar itu, si gadis dekil ke seberang.
Dua harapan di bawa perahu berlayar.
Dua harapan.
Dua...........
Harapan..............

+ Add Your Comment