SAHABAT SEJATI (4):MAAFKAN AKU NAEL

By: Petra Shandi


Pagi-pagi aku sudah melamun di meja makan.   Kejadian kemarin masih teringat dengan jelas, setiap katanya teringang di kepalaku.   Aku berfikir sikap Nael benar- benar kelewatan.   Apa sih yang ada di kepalanya sampai sampai ada ide memberikan sesuatu yang belum saatnya diberi?   Mereka baru jadian beberapa minggu tapi kelakuannya seolah-olah sudah pacaran 5 tahun!!
"Az,kamu kok belum berangkat sekolah?" Suara ibu membuyarkan lamunanku." Sudah jam setengah tujuh lewat loh?" tambahnya
"Masa sih." aku melihat jam tanganku.   Hm,biasanya jam segini Nael sudah stand by di depan rumah. "Ya sudah bu, aku berangkat sekarang ya."
Aku keluar rumah dengan perasaan tidak bersemangat.   Tapi, loh Nael ada disana.Berdiri terpaku tepat di pintu gerbang.
"Ayo Az.. udah siang.."  Nael bersikap seolah tidak terjadi apa apa.
Aku menghampiri.  Kuperhatikan wajahnya,begitu lesu  dan tidak bersemangat.   Aku tidak bicara apa apa.
" kami berjalan, hanya berjalan seperti layaknya orang asing, tidak bicara satu sama lain.   Tidak satu katapun terucap, jujur saja aku males bicara saat ini.Saat tiba di gerbang sekolah.  Nael menghentikan langkahnya.   Ada apa dengannya?   Akupun menghentikan langkahku  dan menatap wajahnya
"Lupakan kejadian kemarin,” katanya.   Pelan pelan dia tersenyum padaku.
Aku terdiam sejenak..dan akhirnya ikut tersenyum juga. Ah... aku suka senyuman anak ini.
“Oh iya , nih undangan pesta ulang tahun Naya." Nael mengeluarkan sebuah kartu undangan dari tasnya dan mneyerahkan kepadaku.
"Owh.. dia ngundang gue ya? " kataku basa-basi.. Ya ampuun ngado apa ya? pusing aku memikirkannya. Kami kembali  berjalan menuju sekolah dengan perasaan tenang.   Tadinya aku mau bertanya, apa dia telah membeli cincin emas itu?  tapi, sudahlah.
***
Sudah lumayan lama aku nongkrong depan cermin.  Ok..! sudah siapkah semuanya? bajuku sudah rapi, jeansku juga keren, sepatuku? iyalah.. masih baru kok. parfum ? sudah walaupun tinggal sedikit lagi, terakhir aku lumuri rambutku dengan gel rambut. Biar tambah keren kubiarkan rambutku acak acakan.  Selesai sudah.
Hasilnya?? Wow,orang tidak menyangka bahwa seorang Diaz bisa sekeren ini..!!
"Diaaazz!"  Nah tuh Nael sudah datang.
"Yup, gw keluar sekarang," teriakku.
Aku menyambut si keren Nael."Ok.. gue siap pesta..!" kataku ceria.
Nael memperhatikan penampilanku dari atas sampai bawah."wow keren bener..!" komentarnya.
Aku hanya tersenyum.
"Eh, elu jadinya ngado apa ke Naya? " Akhirnya aku penasaran juga.
"Hm.. gue cuma ngasih dia ini," ujarnya sambil memperlihatkan setangkai mawar putih.
"Hah?? emang dia mau dikasih gituan doang? " tanyaku heran.
"Yee, emang elu ngado apaan? " balas Nael.
Aku cuma tersenyum sambil geleng-geleng kepala.  "Tadinya gue mau pinjem duit ke elu buat beli kado".
"Dasaaar...!" Nael tertawa."Ya sudah.. berangkat sekarang ya?"
"Yup," balasku.
Kami berdua berangkat menuju rumah Naya.   Aku senang akhirnya Nael mngurungkan niatnya untuk membeli cincin emas itu.  Memang belum saatnya, mungkin nanti dia bisa melakukannya.
Kami sudah tiba di rumah Naya, wow.rumahnya besar sekali.  Halaman sangat luas, dengan beberapa mobil mewah yang terpajang di garasi. beruntung Naya dilahirkan di keluarga yang sangat berada.  Pestanya pasti sangat meriah, begitu banyak tamu di halaman rumah didalam pasti lebih ramai lagi.
"Eh, Az.. gue ganteng kan?"tanya Nael
"Yup.. elu keren..." sebuah jawaban dari lubuk hati yang terdalam.
"Thanks," katanya mantap.   Dia menghela napas sejenak dan bergegas masuk ke dalam rumah.
Di dalam kami mencari cari Naya. Dimanakah yang punya pesta? setelah beberapa saat kami temukan dia tengah mengobrol dengan temannya. Kami menghampirinya.
"Hi Naya," sapa Nael.
"Hi, kok kalian lama sekali datangnya? " Naya begitu senang dengan kehadiran kami, Nael tepatnya.  Gadis ini sangat cantik, benar benar seperti putri.
"Met ulang tahun ya? " Nael menyerahkan sekuntum mawar putih ke Naya.
"Wow, makasih,bagus sekali bunganya" Gadis itu mencium pipi Nael.  Aku yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala.
Kini giliranku yang mengucapkan selamat.."Met ultah ya Naya.." kataku.." Sorry aku gak sempet beli kado"  kataku malu malu.
Naya tersenyum.. " Gak apa apa.. kehadiran kalian sudah jadi kado buat ku kok.." katanya manis.
 Pestanya meriah sekali.  Pasangan Nael dan Naya memang jadi pusat perhatian, bagaimana tidak? ketika acara potong kue, Naya malah memberikan kue itu ke Nael, bukan ke orang tuanya.   Kini semua orang tahu kalau mereka adalah pasangan.   Ini bukan pesta Ulang tahun tapi pesta Pertunangan!!!
Sambil memegang gelas berisi minuman, aku terus perhatikan pasangan itu dari kejauhan.   Cemburu? jelas aku cemburu, karena perasaan ini meraja rela merasuki hatiku.  Aku bingung harus berbuat apa?  Apa sebaiknya aku menjauh saja dari Nael?  ahh.. aku tidak sanggup.
"Dia cakep ya?" seorang lelaki disebelahku berkomentar.
Aku menoleh.. Waah.. pemilik suara itu sangat ganteng.
"Iya.." jawabku
"Bukan, maksud gue temen cowok elu itu"
Aku terkejut bukan main.. Apa maksud dia bicara begitu?  Aku memandang lelaki itu dengan heran... Apa dia..?
"Udah lah,gue tau elu gay.  Gue juga gay kok," katanya santai
Aku terkejut setengah mati, minuman yang aku pegang hampir saja mau jatuh..
"E.. enak aja lu ngomong," kataku kasar dengan nada tinggi.
"Oops sorry, tapi benarkan? "
Aku terdiam.
"Ok. lupain aja.." Pemuda itu bicara beberapa saat kemudian.. "Kenalin aku Eka," dia menjulurkan tangannya.
"Gue Diaz.. " aku memberanikan diri bicara.  Dalam hati aku khawatir, benarkah perilaku aku menggambarkan aku seorang Gay?
"Elu pasti teman sekelasnya" Eka membuyarkan lamunanku.
Dari kejauhan aku melihat Naya melambaikan tangannya padaku."Sorry , Naya manggil gue tuh," kataku, dengan segera aku meninggalkan lelaki ganteng tersebut.  Aku tidak mengerti bagaimana perasaanku.  Aku takut,risih, gugup, sekaligus senang bertatap muka dengannya.  Sudahlah, aku tidak mau terlibat lebih jauh dengan si Eka itu.
"Diaz.. kamu sudah makan sesuatu?" tanya Naya
"Udahlah, ampe kenyang aku" 
"Ya udah, sekarang ajak siapa kek cewek buat diajak dansa," saran Naya
"Kalo aku ajak kamu gimana?" tawarku, aku melirik Nael."Boleh kan gue pinjem sebentar?" 
"Ok" Naya mengiyakan
Sambil berdansa dengan Naya, aku sedikit berbincang dengannya." Eh tadi aku sempet ngobrol sama temen kamu," kataku membuka percakapan..
"Siapa?" tanya Naya
"Itu si Eka."
"Oh Eka, dia itu temenku waktu SMP , kita sempat bersahabat dulu," cerita Naya.
"Oh.. gitu ya.." Itu saja komentarku.
" Dia anaknya baik, kreatif dan rajin" tambah Naya
"Ohh.."
Aku memperhatikan Eka dari kejauhan, eh tidak taunya dia juga memperhatikan aku dari tadi.   Aku coba untuk tidak memperdulikannya,tapi,ahh aku tidak nyaman.   Ya ampun..! Kekarang dia melambaikan tangannya padaku, kurang ajar!! Ini tidak bisa dibiarkan!   Setelah selesai berdansa dengan Naya aku menghampirinya.
"Heh! eElu jangan kurang ajar ya..!! gue bukan seperti yang elu kira!! Gue normal!!" kataku kesal.
Eka hanya tertawa kecil.  "Udahlah, maaf kalo elu tersinggung,gue cuma suka aja ama elu." Itu saja reaksinya.
Gila...!! cowok cakep ini suka aku??  atau mungkin dia mau mempermalukan aku saja?
"Elu berani sekali bilang kayak gitu..!!kita baru kenal 30 menit yang lalu, tapi elu udah kurang ajar!! pergi lu dari hadapan gua!!" kataku dengan nada kencang. 
Namun Eka tidak beranjak pergi,akhirnya aku yang pergi meninggalkan lelaki itu.  Aku berfikir keras bagaimana dia tau rahasia aku??
"Diazz...!  tunggu." Eka memanggilku dari belakang.
Aku takut berhadapan dengan dia lagi,kupercepat langkahku.
Jengkel sekali malam ini.Tadinya aku ingin bersenang senang di pesta ini,tapi semuanya hilang gara gara kehadiran si brengsek Eka itu.   Sialan..! kenapa aku terus memikirkan lelaki itu..!!  Ok,tenang.  Sebaiknya aku ambil minuman dingin biar kepalaku ikut dingin.
"Diaz..! " suara seorang lelaki menyapaku. 
Kubalikan badanku.  Ahh.. lelaki ini lagi.. Jengkeell!!!
"Ah, elu lagi.. ! sorry gue gak mau diganggu.."
"Ok,ini cuma sebentar kok,"katanya."Maafin gue ya? mungkin gue salah menilai elu," katanya pelan."Dan gue gak akan ganggu lagi."    Setelah itu Eka meninggalkan aku sendiri.
Hah..? begitu saja ? aku kira dia mau ajak ngobrol sebentar, mulai pikiran gilaku bekerja lagi. dasaarr!!
Aku tidak mengerti apa yang ada dikepalaku,satu sisi aku kesal dengan perilakunya tapi satu sisi aku senang bertemu dengannya. Ahh!! gila benar benar gilaa!!
Jika kupikir akan menyenangkan bila aku berteman dengan Eka, setidaknya aku tidak perlu memakai topeng lagi.   Dia tahu semuanya tentang aku dan aku tahu semuanya tentang dia.   Memang begitu kan yang dinamakan  teman? Kadang aku bertanya tanya sampai kapan rahasia ini aku pendam sedangkan perasaanku ke Nael semakin besar.   Apa sebaiknya aku menjauh?   tapi bagaimana aku memulainya? aku sudah terlanjur dekat dengannya, masa pergi begitu saja?
Mungkin kehadiran Naya akan sangat membantu, toh sekarang sudah terjadi.    Nael semakin dekat dengan Naya dan mungkin aku akan dilupakan.   Yang jadi pertanyaan apakah aku sanggup jalani hidup tanpa Nael?   Itu pertanyaan besar yang tak pernah bisa aku jawab.   Aku sayang dia dan tidak mau meninggalkannya.
Aku perhatikan Nael dan Naya dari kejauhan, Hm.. mereka memang serasi, lelakinya ganteng dan perempuannya cantik.   Kadang aku iri dengan kesempurnaan Nael, dia memiliki semuanya yang dapat memikat semua orang terutama para gadis.  Berbeda dengan aku, memang tampangku tidak terlalu jelek, tapi masalahnya aku tidak mampu menyukai mereka.
Nael menghampiriku,mungkin dia kasihan melihatku dari tadi melamun seorang diri.
"Hallo Man!!, kok bengong aja? elu bilang mau seneng-seneng," Nael merangkul pundakku.
"Gue seneng-seneng kok." Aku berusaha menggoyang goyang badan seolah olah menikmati musiknya
"Elu cuma berdiri doang." Nael terheran heran."Ayo ajak siapa kek,cewek yang elu suka.   Penampilan elu keren banget, yakin banyak yang mau dansa sama elu."
Aku cuma tersenyum,elu gak ngerti sih Nael..
Giliran Naya kini yang menghampiri dengan membawa seorang perempuan kepadaku.   Perempuan itu cantik, kulit putih,rambutnya agak ikal dan badan yang ideal.
"Eh Diaz.. kenalin temen aku," ujar Naya .
"Oh,boleh,"kataku
"Hi,aku Donna."  Gadis itu mengajak salaman,
" Aku Diaz."  Aku balas tangannya yang halus itu
Kami berbincang-bincang tanpa menyadari  Nael dan Naya meninggalkan kami berdua.   Mungkin Naya hendak menjodohkan aku dengan Donna, tapi ini tidak akan pernah berhasil.   Donna memang cantik,tapi aku tidak merasakan apa apa di hati ini.  Walaupun begitu Donna adalah teman bicara yang menyenangkan, obrolanku selalu nyambung dengannya.   Beberapa saat kemudian kuberanikan diri mengajaknya berdansa.
"Dansa yuk? " tawarku
"Boleh.." Donna menyambutnya dengan baik
Saat berdansa dengannya, aku merasakan seolah olah aku ini lelaki sejati, sama dengan lelaki lainnya.   Sempat kulihat Nael memperhatikanku sambil mengacungkan jempolnya. Namun, jauh dalam hati aku menangis.   Gadis sedekat ini tidak memberikan rasa di hatiku.
Malam semakin Larut,para tamu pun berangsur pulang.   Sepertinya akupun harus pulang.  
Kuhampiri Nael untuk mengajaknya pulang.
"Nael.. sudah saatnya kita pulang," bisikku
"Hm.. ok," Jawab Nael setelah berfikir beberapa saat.
Setelah berpamitan dengan Naya kami meninggalkan rumah mewah ini.  Dalam perjalanan pulang aku terus memikirkan Eka dan Donna, dua orang yang aku temui di pesta tadi yang membuat aku terkesan.
Ini pertama kali bertemu dengan seseorang yang senasib denganku sekaligus mengatakan suka padaku.   Kemudian ada lagi seorang gadis cantik yang seharusnya aku jadikan pacar yang hanya karena kelainanku ini aku malah mengabaikannya.
"Heh..!" lamunanku terhenti oleh tepukan Nael di bahuku
"Ngelamunin apa nih?" tanyanya
"Ah.. nggak kok"
"Owh.. gue tahu.. elu lagi mikirin si Donna ya? "selidik Nael."Udah tembak aja langsung," rayu nya . "Lagian tadi Naya bilang, Donna suka elu."
Yah,seandainya aku juga menyukainya Nael...
***
Nael tidak bisa pulang ke rumah, karena malam sudah sangat larut.  Maka dia memutuskan untuk menginap di rumahku.   Rupanya dia kelelahan setelah beberapa jam bersenang senang di pestanya Naya.   Sama aku juga capek, capek fisik dan juga capek hati.
"Nanti di rumah kita ngapain?" tanyaku
"Ya tidur lah.. gue capek banget az.." 
Pertanyaanku bodoh ya?
Akhirnya kami tiba dirumahku.  Lagi lagi aku lupa bawa kunci, terpaksa aku harus membangunkan ibuku.  Ahh sepertinya aku akan kena marah lagi.
Tok ..Tok..
Ibu membuka pintu rumah dengan wajah ngantuknya.
"Kamu gak bawa kunci lagi?"kata ibuku
"Maaf bu.." Itu saja jawabanku
"Ya sudah, masuk !" katanya jengkel
Tiba di kamar Nael langsung membaringkan badannya ke ranjang.  " Akhirnya...!!" katanya
Aku mengganti pakaianku dengan pakaian biasa, lalu menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan mengambil air Wudlu.   Sebenarnya aku pun tergoda untuk langsung terjun ke ranjang, tapi aku belum sholat Isya.
Aku tidur di sebelah Nael.   Sepertinya dia sudah tertidur lelap.   Kuperhatikan wajah indah itu.Wajah itu memancarkan kedamaian, dahinya nampak berkeringat. Mata indah itu tertutup dengan begitu eloknya, dan bagian yang aku suka, bibirnya yang merah itu sedikit terbuka.   Nael kenapa kamu begitu manis saat tertidur?   Aku lap keringat di dahinya dengna hati hati.   Tiba tiba entah kenapa jantungku berdetak kencang sekali.  Tangan ku bergetar dan gelisah sekali perasaan ini.   Kutatap dalam dalam wajah indah itu.   Dengan keberanian luar biasa kudekatkan wajahku pada wajahnya.   Kuberanikan diri untuk mencium bibir indah itu.   Bibirku kini menyentuh bibirnya, untuk beberapa saat aku menikmatinya.
Tiba tiba Nael mendorongku dengan  keras hingga aku terjatuh ke lantai. Ya Allah!!
"Hei!! apa apaan ini??!!!" Teriak Nael.
Kami terdiam, sementara Nael terus memandangku. Baru kali ini dia memandangku begini.   Dia menatapku dengan jijik seolah olah aku ini sampah,seperti memandang orang lain.   Ahh!! terimalah keadaannya dia memandangku!!!
Kucoba dekati dia perlahan.. " Nael, dengarkan aku,"kataku pelan
"Jangan dekati gua! " teriaknya sambil menahanku dengan lengannya.  "Elu...!!! "Nafasnya tidak beraturan.." elu !! sangat hina!!!!" Nael melengkapi kalimatnya.
Dengan segera Nael keluar dari kamarku
"Nael.. tunggu!!"  aku berusaha mengejar dia.
Sementara pemuda itu berlari hingga ke halaman rumah.
Kukejar terus Nael hingga  beberapa meter dari halaman rumahku, hingga akhirnya aku berhasil meraih tangannya.
"Nael..! gue jelasin dulu!! "  teriakku
Buukk!!!!
Pemuda itu memukul keras pipiku hingga kuterjatuh ke tanah.
"Elu bakal dapat pukulan lebih keras lagi kalo terus ganggu gue..!!" ancamnya
Nael kembali berlari menjauhiku.   Bisa aku bayangkan dia berlari ketakutan karena aku.
Ahh.. Nael!! ini tidak seperti yang kuharapkan.   Sialan!!! kenapa harus terjadi!!!
Aku berjalan kembali menuju rumah dengan perasaan sakit.   Pukulan di pipiku tidak terasa sama sekali, tapi pukulan batinku benar benar terasa.. sakit sekali!.   Aku tidak tahu apa yang akan terjadi besok.   Apa aku bisa menghadapi hari esok?
Tiba di rumah aku aku mengambil es batu lalu kubungkus dengan sapu tangan.   Aku kompres luka pukulan tadi, siapa tahu bengkaknya akan berkurang.   Aku tidak percaya ini terjadi. Kulemparkan gelas yang ada tepat di depanku.
Praaangg!!!!!
Aku terdiam... tidak puas rasanya dengan hanya melemparkan gelas itu, perlu sesuatu yang besar untuk meluapkan amarahku ini.
Aku tidak bisa berbuat apa apa.   Saat ini aku hanya bisa kembali ke kamar, mengompres pipiku dan mencoba menyadari kejadian barusan adalah nyata.
Di ranjang aku terdiam lama sekali, cukup lama tanpa aku sadari Adzan Subuh berkumandang.   Tak kusangka malam ini aku tidak tidur .   kepala ini terlalu sibuk memikirkan 5 jam yang lalu daripada hanya sekedar tidur.
Aku beranjak dari ranjang lalu menuju kamar mandi untuk ambil air Wudlu.   Saat kubasuh air ke wajahku , aku merasa membasuh fikiranku menjadi lebih tenang.   Mungkin setelah Sholat Shubuh nanti aku kembali bisa berfikir dengan jernih.
Sholat Shubuh telah aku tunaikan.  Aku berdoa minta ampun kepada Allah atas semua dosaku, karena dosa ini aku mendapatkan ganjaran yang luar biasa.   Kubersujud diatas sajadah sambil berharap Allah mendengar rintihan hati ini dan mengulurkan kasih sayang-Nya untuk membawa jauh kepedihan ini.   Aku tidak kuat menanggungnya ya Allah...

+ Add Your Comment