The Climb Of Love (Cerita bersoundtrack 100% cinta)


By : Deva Del Amor

Sayup-sayup aku mendengar lagu itu. Lagunya Hannah Montana, yang selalu diputar menjelang senja tiba oleh anak muda tetangga sebelah. Setiap mendengar bait yang kencang mengalir merdu, seakan urat syaraf didalam tubuhkupun  ikut melaju dalam semangat, kegundahan dan kekawatiran. 

I can almost see it
The dream  I am dreaming
But there’s a voice inside my head saying
You never reach it.

Pikiranku kembali melayang, terbayang sesuatu yang telah gagal dimasa silam. Mendorong tubuhku untuk tidak bangkit dan lelah untuk berdiri lagi.  Bayang-bayang masa silam itu seakan mengerogoti jiwaku untuk menyerah saja . Tapi hati kecilku selalu berkata tidak!! Aku harus bangkit lagi.
**0**
Setahun silam
Pertemuan di dunia maya itu ternyata membawaku dalam buian khayal yang tak terkendali dan bertujuan. Mereka menelantarku dalam kenyataan yang tak bertuan. Aku telah jatuh cinta. Namun ,aku tak tau dimana cinta itu sesungguhnya. Semua berawal dari sore itu. Ketika ‘Yahoo Messenger’ aku sign in. Layar monitor yang kebiruan langsung memberi aba-aba otakku, untuk langsung mencari namanya. Arjun Takeshi nama yang  sudah menyatu dalam pikiranku. Lalu  nama itu hadir sendiri mengeja hurufnya untuk dilafazkan dalam tulisan, mengajak jariku untuk segera meng-klik menghampirinya. Sederet List friends berjejer beraturan yang melambangkan jati-dirinya masing-masing dengan dua warna.  Ketika tiba di huruf berawalan A, mataku langsung tertuju oleh namanya Arjun Takeshi Online. Syaraf kebahagiaan kembali hadir  mengundangku untuk segera berselancar chatting dengannya.

“Hi, Gimana kabarnya?” tulisan Takeshi mengawali percakapan, sebelum aku menyapanya. Deg…Denyut  jantungku langsung naik-turun seolah ada getaran aneh menyusup seluruh badan.
“Baik, Alhamdulillah,” balasku
“Lagi dimana sekarang?” katanya lagi
“Masih ditempat yang sama,” jawabku.
 Lalu percakapanpun berlangsung mengalir begitu saja, sampai berjam-jam bahkan bisa seharian. Kadang setelah Chatting  membawa penasaran dan angan-angan untuk bertemu langsung dengannya dalam kenyataan.
Ibarat orang yang kesurupan, aku selalu menyebut namanya sebelum tidur Takeshi oh Takeshi.  Namanya bak Artis Metropolitan atau Idol dari negeri seberang. Dan, anehnya lagi, bila mendengar lagunya Harai Ken, aku selalu tersenyum-senyum sendiri membayangkan wajahnya.

I wanna be pop star
I wanna be pop star.

Suara Hirai Ken mendayu-dayu di telingaku. Bait syairnya menjadi bumbu mimpiku saat itu. Pingin menjadi Artis dadakan saja rasanya.
***0***
Di tahun  pertama  hubungan dengan sang primadona dunia maya masih mulus-mulus saja, karena harapan indah menyemangatiku. Tapi,setelah tahun berikutnya ternyata namanya hilang bak ditelan bumi. Dan, anehnya  ia tak pernah muncul sama sekali. Anginpun ditanya seolah tak tau kabarnya. Dan hujan hanya tertawa melihat pemandangan memilukan didepannya, mendapatiku yang terbengong –bengong oleh ketidak-percayaan pada  kenyataan yang ada . Tapi,  disebelah, temanku menyungging senyuman sinisnya menertawakanku.
“ Hei.. Bukannya saya sudah bilang, cinta dumey itu , gombal. Wes.. Pokok e , gombalah!!”  kata Ida keras didepanku.
“Maksutmu apa.. Da?  ia membohongiku.. Tidak, aku tak percaya.”
“Wah, kau masih tidak percaya dengan itu, Mbak? liat saja nanti.”
“ Jelas-jelas  gak ngenah begitu kok sampean suka . Aku kasih dua mata lagi, Mbak, biar sampean jelas lihatnya.” Aku dan Ida saling beradu komentar  membenarkan pendapatnya masing-masing untuk menang.
“ Tapi dia kelihatanya baik selama ini , biar saja  kamu bilang begitu. Yang penting aku cinta weslah!” Jawabku singkat.
“Kalo begitu, terserah!” kata Ida mengakhiri perbincangan sambil berjalan pergi.


Perang batinku pun semakin terlihat parah , nampak makin genting. Antara ingin kejelasan  bertanya ia dimana dan kemana. Ketambahan hati mulai ragu antara perasaan  percaya dengan ucapan Ida sebelumnya bahwa  Ia penipu. Ketika dua perasaan itu beradu. Tiba-tiba Enzim semangatku muncul. Eitts  aku teringat kebijakan atasanku kemarin bahwa Boss memberi aku liburan kekampung halaman. Langsung jemariku memencet tombol nomer yang  sudah  aku hafal. Dan memudahkan aku mencarinya lagi.


Dengan hati kegirangan  dan senyum mempesona bak Mariah Carey, aku kabari Ida . Aku mendapat liburan pulang ke Indonesia.  Tak lupa sekalian aku pamerkan ke Ida, bahwa akan terbukti bisa ketemu sang pujaan hati. Senyum simpulku mekar ketika jariku mengetuk pintu kamarnya. Setelah Ida membukakan pintu kamarnya, matanya melotot aneh mendapatiku tersenyum-senyum sendiri sebelum dia mempersilahkan aku masuk dalam ruangan kamar,mulutnya mengerutu lirih padaku.
What wrong with you, Sist?” tanya Ida heran.
“Aku akan ketemu dia,” jawabku singkat.
“Ketemu siapa, Bossmu?” sahutnya lagi
“Napa Boss, kan tiap hari sudah ketemu,” sambungku. “ Bukan.. Aku ketemu Takeshi nanti,” kataku menjelaskan
“ Takeshi yang mana? Yang dari pantai Loh Sari itu?  Wah …  , bukannya dia sudah  direbut oleh Putri Sakura?” kata Ida lagi bertanya.
No, yang ini dari tempat yang sama tapi orangnya beda,” sahutku
“ Apa yang beda, paling juga sama, bohong lagi padamu,” timpalnya.`


Ucapan dan nasehat keluar dari bibir Ida. Dia  seperti motivator yang memberi motivasi kepadaku. Suaranya semangat mengalahkan Proklamasi kemerdekaan 45. Diantara kalimatnya : Bila bertemu pria idamanku itu, aku disuruh melihat matanya sebelum makan, memperhatikan gerak-geriknya sebelum berjalan berbarengan dan memperhatikan apapun yang aneh bila nampak sebagai pertanda negatif. Katanya semua itu harus teliti ketika aku  bersamanya,  biar aku tidak dibohongi. Anehnya aku menurut saja.  Sesekali aku minta pendapat dia  tentang penampilan, karena merasa demam ke tidak PD an.
***0***
Pulkam
Setelah sekian lama menunggu, akhirnya hari H telah tiba. Bayangan kampung halaman seolah telah berada didepan mata. Tapi, kebahagianku bertimbang berat sebelah, aku masih terhipnotis oleh keinginan semula yaitu bertemu Takeshi sebelum ketemu orang tua.  Meski batin mentah-mentah memakiku dengan kata durhaka,  telinga hatiku menutupnya dengan rasa tak peduli. Oh Tuhan maafkan aku. Ibu. Bapak, maafkan anakmu ini. Kesungguhan batin berkata demikian. Namun, apalah daya  dari awal aku telah membeli tiket pulang kampung untuk singgah dulu menemuinya. Menyatakan bahwa cintaku 100% utuh kepadanya alias murni.
***0**

 Sesampai di Jakarta, melihat sibuknya penghuni dengan keganasan manusianya yang diimbangi oleh kekerasan, penipuan, pencurian dan kesemrawutan nampak begitu nyata membalut suasananya yang berhawa panas dan pengap. Sedangkan didepanku  telah nampak bandara termashurnya. ‘Bandara Soekarno Hatta’ . Hatikupun  ikut sibuk menata kebahagian dan kegelisahan setiba disana.


Ketika satu persatu orang yang turun dari pesawat,  langsung mereka digiring oleh petugas Imigrasi. Petugas itu selain memberi informasi, mereka juga memberi ucapan selamat datang. Para petugas itu menginformasikan  penumpang menuju ruang Imigrasi untuk memeriksa dokumen yang dibawanya. Sedang dibalik kursi panjang itu, aku meletakkan barang–barangku sambil menunggu antrian. Waktu itu aku gunakan untuk segera memasang Sim Card baruku di HP. Begitu terbuka layar  monitornya menyala,  hatiku berharap dia telah memberi kabar bahwa ia sedang menungguku ditempat yang sama .Tapi  kosong  aku  tidak mendapati kalimat itu bahkan tidak satupun SMS masuk. Satu jam lebih menunggunya namun masih juga ponsel tak ada suara. Kucoba menahan sabar dengan menunggunya lagi. Tapi masih sama berikutnya kosong. Akhirnya karena kondisi badan menahan lapar dan lelah , aku ketiduran.
***0***
Tiba-tiba aku sudah didalam Bus kota, berada disampingnya,  sedang dia  berada didekatku. Takeshi  pujaanku itu nyata ada disebelahku. Tapi , ia diam tak bersuara hanya tersenyum memandangku  sembari menggenggam erat jemariku wajahnya dingin  dan beku seperti menyemburatkan keanehan. Sedang akupun mengelayut dalam pundaknya. Alunan lagu dari group band ternama dalam negeri mengiringi perjalanan bus kota  itu. Dalam bait  reffnya mengalir syair-syairnya yang tidak asing lagi ditelingaku.

Temani.. Temani aku
Temani.. Temani aku
Bila nanti kau milikku
Bila nanti aku milikmu.

Suara merdu pengamen itu terus bernyanyi, mereka semangat dan sekilas memandang kemesraanku dengan Takeshi. Tapi tiba-tiba telingaku mendengar sayup-sayup  kegaduhan. Matakupun  masih rapat seperti tak mau terbuka . Dan kegaduhan itu seperti diantara mimpi dan nyata . Setelah itu, aku merasakan  ada orang memukul pundakku. Dengan gelagapan, dan mengucek mata berulang-ulang, aku tersadar ternyata Masya Allah..aku barusan ketiduran.
“Mbak bangun!!.. Tasmu…, nanti di jambret orang, Mbak…. Ini ibukota waspadalah!”  perempuan setengah baya disampingku mengoyang-goyangkan pundakku. Dia memandangiku sedang ketiduran. Sedang semua barangku tergeletak begitu saja tanpa pengawasan.
“Terima kasih, Bu.” jawabku. Sambil mengucek mata dan menengok kembali barang bawaanku. “Alhamdulillah masih utuh.” Suaraku lirih.


Sambil menggeser tempat duduk dan membenahi barang bawaan, aku  melirik lagi ponselku. Oh ternyata ada SMS masuk 45 menit lalu. Dengan buru-buru aku buka isinya. ‘Dew, aku tak bisa menemuimu, maafkan aku. Aku ada  kesibukan  kerja di kota lain  yang bertepatan  jam sekarang.’  Setelah membaca  kalimat itu , hatiku hancur tak terkirakan. Akhirnya dengan membawa kesedihan dan dosa aku kembali ke kampung halaman. Dan aku pun harus menelan pahit kebohongan darinya dengan nyata.  Penyesalan menghantui,aku  berusaha tawakal dan memohon ampun kepada Tuhan atas kedurhakaanku kepada orang tua yang aku lalaikan untuk misi keegoisan. Aku kembali teringat lagu Hannah Montana lagi.

There’s  always gonna be another mountain
I’am always gonna wanna make it move
Always gone be a uphill battle
Sometimes I’am gonna have to lose
Ain’t about how fast I get there
Ain’t about what waiting on the other side It’s the climb.

Untuk mencapai kesuksesan terwujud nyata ternyata tidak semudah mengerakkan lidah saja. Seperti pendakian gunung yang diawali dari satu langkah kaki  lalu pendakian keatas lagi . Naik lagi  selangah berikutnya, dan naik lagi keatas untuk lebih  naik ketempat yang lebih tinggi . Begitu berikutnya hingga kita mampu kepuncak gunung disitulah kesuksesan akan hadir nyata. Tentu sukses itu step by step, dari suatu kegagalan dan dari sakit , kita akan menemukan kenikmatan dan kebahagiaan yang terwujut pada akhirnya.


Meski kecewa dari  kebohongan dumey, namun, aku masih selalu menanamkan semangat ketulusan menjalin  persahabatan dalamnya. Persahabatan itu aku ubah dengan hal yang condong lebih  bermanfaat. Cinta dengan Takeshi masih 100% murni, tapi kepercayaan lenyap bersama kebohongan. Semoga Tuhan segera mengingatkan Takeshi untuk sadar.

Reff lagu diambil dari:
1.                  Hannah Montanna: The Climb
2.                  Naff: Bila Nanti Kau Milikku
3.                  Hirai Ken: Wanna Be Pop Star.

+ Add Your Comment