DAVID (Cinta Bersoundtrack 100% Cinta)


By : Fitri Cook-Boomer



I miss you, miss you so bad
I don't forget you, oh it's so sad
I hope you can hear me
I remember it clearly
The day you slipped away
Was the day I found it won't be the same
(Avril Lavigne – Slipped Away)

Aku terdiam sesaat di depan laptopku. Tiba-tiba ketika lagu milik Avril Lavigne itu berputar, seseorang muncul dalam ingatan. Tanpa kusadari, tanganku sudah menggerakan mouse menuju suatu folder di Windows Explorer. Kucari sesuatu di sana. Sesuatu yang bisa membuatku melepaskan rindu.

Ketemu. Sebuah foto di mana seorang cowok sedang tersenyum lebar di sampingku. Dia merangkul bahuku akrab dan kami terlihat bahagia di sana. Ah, perlahan kenangan-kenangan kami mulai bermunculan. Sedikit demi sedikit, dari kecil dan kian membesar. Akhirnya air mataku jatuh karena mengingatnya.

***

2 tahun  yang lalu…

Hujan mulai turun rintik-rintik di sekitar swalayan tempat aku membeli bahan-bahan kue yang diminta mama. ‘Seharusnya tadi aku membawa payung,’ gumamku yang lalu mencoba merogoh HP dan mencari nomer mama.

“Rara!” Tiba-tiba sebuah mobil muncul di hadapanku, dan seorang cowok di kursi pengemudi menyapaku.

Aku menundukan kepalaku untuk melihat siapakah yang memanggil. “David?”

Cowok itu tersenyum. “Mau balik lo? Sini gue anterin!” ucapnya yang lalu membukakan pintu.

Sambil berlari kecil, aku memasuki mobil itu. “Thanks ya, Dave.”

David, nama lelaki itu, tersenyum padaku sambil memasang gigi pada mobilnya.

“Habis darimana lo?” tanyaku.

Sahabatku sejak kecil itu terlihat tersipu. Lalu, sambil menggesek hidungnya, yang berarti dia malu, David menoleh padaku dan berkata, “Tadi gue nembak si Karen, Ra. Diterima.”

Aku terdiam. Untuk sesaat aku sulit berekspresi. Hatiku patah, tapi tak mungkin memasang muka masam di depan orang yang berbahagia. Akhirnya kuputuskan untuk tersenyum. “Oh! Akhirnya jadi juga lo ama si homecoming queen,” ucapku berpura-pura bahagia.

David kembali tersipu yang lalu menyalakan radio untuk mencoba rileks. Aku pun hanya diam saja, mencoba menenangkan diriku.

Salahkah diriku ini apabila rasa ini ada di hatiku
Kau memang sahabatku, kau memang teman baikku
Dan aku jatuh cinta padamu
(Cindy Bernadette – Aku Sahabatmu yang Mencintaimu)

Aku menelan ludah begitu mendengar lagu yang terlantur di radio. ‘Kenapa lagunya harus sesuai suasana gini sih?’ gerutuku dalam hati. Perlahan aku menoleh pada David. Cowok itu sedang tersenyum malu dan masih saja menggesek hidungnya. Kutelan ludah lagi. ‘Lo sadar gak sih perasaan gue selama ini, Dave?’


***

Senyum simpul muncul di bibirku begitu mengingat momen yang satu itu. Kuseka air mataku dan mulai mencari-cari gambar lain di laptopku. Terlihat gambar 2 orang anak kecil dengan muka belepotan lumpur tapi dengan muka riang. Si gadis kecil tersenyum lebar dengan gigi bolongnya dan si bocah kecil di sampingnya tersenyum pamer gigi sambil mengacungkan jari kanan dan tengah tangan kanannya berbarengan membentuk huruf ‘V’ sedangkan tangan kirinya merangkul si gadis kecil. Itu adalah fotoku dan David ketika kami masih 5 tahun.

Perlahan kusandarkan diri di kursi lalu menengadahkan kepala menatap langit-langit kamar. Air mata kucoba untuk tidak jatuh dengan posisi itu.

***

1 tahun 6 bulan yang lalu

“But she wears short skirts, I wear T-shirts. She's Cheer Captain and I'm on the bleachers. Dreaming about the day when you wake up and find that what you're looking for has been here the whole time.” Lagu Taylor Swift yang satu ini sudah menjadi kewajiban untuk dinyanyikan olehku setiap kali berkaraoke. Sambil terus bernyanyi, aku selalu teringat akan David. Sejak dia jadian dengan Karen, idola sekolah itu, persahabatan aku dengan dia mulai menjauh. Bagaimana pun, David akan lebih memperhatikan pacarnya daripada sahabat. Dan aku tak bisa melawan hukum alam itu, malahan sebenarnya aku tidak berhak.

“Can't you see that I'm the one who understands you been here all along, so why can't you see? You belong with me. Standing by and waiting at your back door all this time, how could you not know? Baby, you belong with me, you belong with me. You belong with me. Have you ever thought just maybe you belong with me? You belong with me.” Akhirnya lagu tentang hidupku itu pun usai.

“Gue kasihan deh ama elo, Ra,” tiba-tiba temanku, Bella, yang menemaniku karaoke, berceletuk di belakangku.

Aku menoleh padanya. “Berisik lo, Bel,” ucapku yang lalu menaruh mic di atas meja.

“Yah habisnya elo tuh agak o’on ya. Udah tau elo suka si David, kenapa malah elo dukung dia jadian ama cewek lain?” ujar Bella yang lalu mengambil mic dan mulai mencari-cari lagu untuk dinyanyikannya.

Senyuman pahit terulas di bibirku. “Waktunya percaya istilah ‘asal lo seneng, gue seneng’ sih, Bel. Gimana pun kan sahabat jadi cinta itu susah jalan,” kataku sambil mengambil segelas es jeruk yang ada di atas meja milik Bella.

Bella, sambil mengambil gelas yang kuambil sebelum aku meminumnya, menoleh padaku. “Ini lagu buat elo, Ra.”

Perlahan ciri khas lagu Kerispatih muncul dan ternyata Bella memilih lagu ‘Kejujuran Hati’ milik band tersebut. Aku menelan ludah sebelum mencubit pinggang Bella gemas. Sambil memejamkan mata, kucoba menikmati lagu yang ternyata sesuai dengan perasaanku itu. Sosok David dan kenanganku bersamanya pun mulai bermunculan seiring lagu itu teralun. ‘Ah, ternyata aku merindukan dia ya,’ bisikku dalam hati.

Sesungguhnya ku tak rela
Jika kau tetap bersama dirinya
Hempaskan cinta yang kuberi
Oooh…
Semampunya ku mencoba
Tetap setia menjaga segalanya
Demi cinta yang tak pernah berakhir
Ooooh… yeah
(Kerispatih – Kejujuran Hati)

***

Tiba-tiba Bella mencubit pinggangku, padahal kedua tanganku sedang mengambil dua es krim milik kami. “Aduh! Apaan sih elo, Bel?” sahutku kesal.

Bella hanya melotot dan menggerak-gerakan kepalanya maju mundur. Aku melipat dahiku, bingung. Bella mulai menggerakan tangannya dan menunjuk sesuatu sambil terus digerakan kepalanya.

Aku, yang masih bingung, mencoba mengikuti maksud Bella yang sepertinya ingin memperlihatkan sesuatu. Ternyata memang ada sesuatu yang menarik perhatian dan membuatku berekspresi sama seperti Bella, yaitu melotot.

"Itu si Karen kan, Ra?” bisik Bella sambil mengambil es krim jatahnya.

Aku mengangguk. ‘Tapi di sampingnya bukan David,’ gumamku. Karen terlihat bermesraan dengan pria di sampingnya. Membuatku muak.

“Ternyata bener ya gosip di sekolah,” celetuk Bella menyadarkan lamunanku. “Si Karen tuh hobi banget main ama cowok, walaupun udah punya pacar. Si David tau soal ini, Ra?” tanya sahabatku itu dengan penasaran.

“Gak tahu. Maksudnya, gue enggak tahu dia tahu atau enggak,” jawabku.

***

When you see my face, hope it gives you hell, hope it gives you hell. When you walk my way, hope it gives you hell, hope it gives you hell.” Tiba-tiba HP-ku yang berbunyi membuyarkan kenangan yang sedang muncul di pikiran. Ternyata ada sebuah panggilan telepon dari Bella.

Cepat-cepat aku mengangkatnya. “Halo, Bel, ada apa?” tanyaku yang lalu kembali menyeka air mata yang tadi sempat terjatuh lagi.

“Lo mau pergi kan hari ini?” tanya Bella balik.

Aku mengangguk-angguk. “Iya.”

“Buruan ya,” ucap Bella yang lalu menyudahi pembicaraan.

Aku terdiam memandangi HP untuk beberapa saat. Tapi kemudian aku bangkit dari kursiku dan menuju tempat tidurku. Sambil berbaring di tempat tidur, aku memandangi layar HP. Aku tekan beberapa tombol untuk menuju inbox di dalam sana. Kubaca perlahan 1 SMS yang sudah kusimpan selama hampir setahun.

Thank you for being my best friend, Ra. I only have one thing I cannot regret in my life. And that thing is having you as my best of the best friends. Goodbye.

***

1 tahun yang lalu…

“Kupetik bintang untuk kau simpan. Cahayanya tenang, berikan kau perlindungan. Sebagai pengingat teman juga sebagai jawaban semua tantangan.” Suara Duta Sheila On 7 yang semangat menyanyikan ‘Melompat Lebih Tinggi’ di pagi hari akhirnya berhasil membangunkanku. Perlahan dengan lunglai, kuambil HP yang kuletakkan di meja belajar. Kudapati SMS dari David yang langsung membuat mataku  terbuka lebih lebar lagi.

Raraaaaaaaa! Udah bangun lum lo? Wake up! Wake up! Jgn males2an di hari ultah, neng! Haha. Happy birthday, sist, wyatb. Check your window ;)

‘Oh iya, hari ini kan gue ulang tahun ya?’ gumamku yang melupakan hari pentingku sendiri. Tapi kemudian aku merasa penasaran dengan maksud SMS David. Kepalaku langsung menoleh ke jendela, mencoba mencari apa maksud David.

Tiba-tiba terdengar sesuatu. “Meong.”

Aku membelalakan mataku dan mencoba menajamkan telingaku.

“Meong.”

Langkahku semakin dekat dengan jendela. Perlahan kubuka jendela kamarku dan kulihat sekotak kardus di sana. Kulihat lebih dalam, sebola bulu berwarna kuning tergeletak di sudut. Tiba-tiba bola itu memanjang dan membentuk seekor anak kucing kuning putih berkalung biru.

“Meong.” Kucing kecil itu menoleh padaku. Matanya membulat dan menatapku dalam. “Meong,” sapanya.

Aku tersenyum tak percaya. Kusadari ada sebuah amplop dalam kardus itu dan langsung kubuka untuk melihat isinya. Ada tulisan acak-acakan ala David di sana.

Nama kucingnya David, Ra. Biar pas gue gak ada, dia nemenin elo sebagai pengganti gue. Ini anak kucingnya Bu Nala, beliau gak mau nambah kucing, jadi gue minta deh. Hehe. Soalnya, setahu gue si Bebel mati 2 bulan yan lalu? Bener gak? Btw, pelihara dia baik-baik ya, Ra. HBD, sist.

***

“Hah? Si David ngasih elo kucing? Serius?” tanya Bella tak percaya begitu aku menceritakan kejutan manis yang kudapat di pagi hari.

Aku mengangguk-angguk sambil tersenyum. “Kucing gue kan baru mati dua bulan yang lalu. Gue kira si David gak tahu, tapi ternyata dia tahu, Bel,” ujarku dengan malu-malu.

Bella menatapku dengan menggoda. “Jangan-jangan dia mau pindah hati sama elo lagi, Ra, kan sekarang hubungan dia ama Karen lagi berantakan tuh,” kata sahabatku itu genit.

“Ah elo. Bikin gue ngarep aja, Bel,” sahutku yang lalu terdiam. Akhir-akhir ini memang hampir seantero sekolah tahu kalau Karen sering selingkuh dari David. Tapi David tidak memedulikan itu dan tetap saja menyayangi Karen apa adanya. Hal itu kadang membuatku kesal dan aku terpaksa berlari menuju karaoke box untuk melampiaskan emosiku dengan menyanyikan lagu Taylor Swift.

“Ya kan siapa tahu, Ra,” ucap Bella sambil tersenyum.

Aku tertawa melihat ulah Bella. “David emang gitu kok ke gue. Hobi bikin surprise pagi-pagi di ulang tahun gue. Ini bukan kejadian special kok,” ujarku.

Bella hanya tersenyum saja dan mengangkat bahunya. “Who knows, sister?” sahutnya pendek yang lalu diikuti tawanya.

***

“Meooooong.” Entah darimana, David memasuki kamarku. Kucingku yang sudah tak kecil itu membuyarkan lamunanku. Tanpa peduli ekspresi kesalku, David mendekatiku dan tiba-tiba duduk di sampingku. “Meoooong.”

Aku lemah terhadap kucingku yang satu ini. Akhirnya kubelai dia pelan-pelan. “David, kamu bakal selalu nemenin aku kan?” gumamku sambil menoleh padanya.

Seolah mengerti, David menatapku dan mengeong lagi. Aku tersenyum melihat sikap kucingku itu.

***

11 bulan yang lalu…

“Hai, Ra.” David terlihat pucat begitu aku mendatangi rumahnya. Sekeranjang buah-buahan kubawakan untuk dia karena aku mendengar dia sakit sejak beberapa hari lalu.

“Gimana kabar elo, Dave?” tanyaku sambil meletakkan keranjang buah itu di atas meja makan. David hanya diam saja sambil berbaring di sofa. Tak ada siapapun di rumahnya kini. Orang tua David memang tipe hard worker yang pergi pagi dan pulang dini hari. Aku mendekati sahabatku itu. “Bukan karena berantem ama pacar kan, Dave?” ucapku mencoba bercanda.

Hubungan David dan Karen sudah semakin memburuk. Cewek itu sering selingkuh tepat di belakang David, tapi tetap bertingkah tak berdosa di depan cowok itu. Bagiku, David pun salah dalam hal ini, karena dia tetap tak peduli dan mencintai pacarnya itu.

David menoleh padaku. “Makasih ya, Ra,” ucapnya sambil tersenyum.

Aku mengangguk. Tanganku kutaruh di dahinya, mencoba mengecek suhu badannya. Panas. “Dave, lo udah makan belom?” tanyaku.

David menggeleng

 “Gue buatin makan ya?” tanyaku lagi sambil berbalik menuju dapur.

“Boleh,” jawab cowok itu.

***

I'd catch a grenade for you
Throw my hand on a blade for you
I'd jump in front of a train for you
You know I'd do anything for you
I would go through all this pain
Take a bullet straight through my brain
Yes, I would die for you, baby
But you won't do the same
(Bruno Mars – Grenade)

Ketika aku sedang asyik memasak bubur untuk David, sebuah lagu menarik perhatianku. ‘Ah, pas banget deh ni lagu buat si David,’ gumamku sambil tersenyum. Perlahan aku melangkah untuk melihat apa yang sedang David lakukan.

Sebuah TV menyala dan memasang video Bruno Mars dari lagu Grenade, David terlihat sangat menikmati video itu. Tiba-tiba dia menoleh padaku. “Gue suka lagu ini, Ra,” ujar cowok itu.

Aku mengangguk. “Sama. Tapi liriknya agak lebay ah, apalagi videonya. What a silly boy he is! Masa karena cewek yang udah jahat ama dia sendiri, tetep aja rela mati. Gak banget kan?” ujarku heboh.

David tersenyum melihat sikapku. Tapi dia diam saja, dia kembali memutar video itu dan menontonnya dengan serius.

***

“Kupetik bintang untuk kau simpan. Cahayanya tenang, berikan kau perlindungan. Sebagai pengingat teman juga sebagai jawaban semua tantangan.” Lagi-lagi Duta Sheila On 7 menganggu tidur nyenyakku. Tapi kali ini aku menyadari hari masih gelap. Dengan lunglai, kuambil HP dan membaca isi SMS itu. Dari David. ‘Kenapa sih ni anak SMS malem-malem?’ sungutku kesal. Tapi tetap saja kubaca SMS darinya itu.

Thank you for being my best friend, Ra. I only have one thing I cannot regret in my life. And that thing is having you as my bestest friend. Goodbye.

Aku membaca SMS itu sekali lagi. Tapi aku terdiam karena bingung tak mengerti maksud cowok itu mengirim SMS seperti itu. Tanpa pikir panjang, kuputuskan untuk kembali tidur dan bertanya padanya maksud SMS itu ketika pagi.

***

“If you could see that I’m the one who understands you been here all along. So, why can’t you see? You belong with me, you belong with me.” Kini lagu Taylor Swift yang berjudul ‘You Belong With Me’ mengusik pagiku. Ada sebuah telepon masuk di HP. Dengan setengah sadar, kuangkat telepon itu.

“Halo?” sapaku ketus kepada siapa pun yang menelepon.

“Ra, lo udah tahu belum?” tanya si penelepon yang rupanya Bella.

“Apaan?” tanyaku masih ketus.

Terdengar Bella menghela napas. Lalu, dia berkata sesuatu yang membuat kesadaranku kembali penuh.

“Hah? Apa?” tanyaku menginginkan Bella mengulang kata-katanya.

Bella menarik napas panjang. “David meninggal, Ra, kalo elo gak percaya, lo tanya ortu elo,” ujar Bella sepelan mungkin.

Aku terdiam. Tanpa sempat berkata apa-apa, aku mematikan HP dan memanggil mama dengan histeris.

Mama datang tergopoh-gopoh ke dalam kamarku. “Kenapa, Sayang?” tanya Mama.

“Ma, David gak meninggal kan?” tanyaku dengan mulai terisak-isak.

Tanpa menjawab, Mama memelukku. “Dia sahabat kamu sih ya, makanya kamu syok begini…,” ujar Mama sambil membelai kepalaku. Ketika mendengar itu, kakiku terasa lemas dan aku pun jatuh pingsan saat itu juga.

***

Seorang remaja berinisial D nekat melompat ke atas rel di saat kereta api sedang melaju cepat. Dipastikan remaja tersebut tewas seketika. Menurut kerabatnya, D melakukan perbuatan nekat itu karena memiliki masalah dengan keluarga dan kehidupan sekolahnya. (…)

‘Ah, aku tidak sanggup membaca lanjutannya lagi,’ gumamku membaca sebuah artikel yang sudah hampir setahun itu. Air mata mulai kuseka dan aku kembali ke depan laptopku. Aku menoleh sesaat pada David, kucingku yang mulai tertidur di atas tempat tidur. Menggemaskan.

Kutatap layar laptopku, tepatnya gambar desktop-nya. Di situ ada David yang tersenyum lebar sambil merangkulku yang berdiri di sampingnya. Itu adalah saat terakhir aku bersamanya. Aku tersenyum pahit melihatnya dan air mata pun kembali jatuh, tapi cepat kuseka.

Winamp mulai kubuka. Kucari satu lagu yang harus kunyanyikan hari ini di hari perpisahan dengan teman-teman SMA-ku. Ketemu. Sambil berganti baju, kumulai menyanyikan lagu yang akan kudedikasikan untuk David nanti di atas panggung.

Sometimes the road just ends
It changes everything you've been
And all that's left to be
Is empty, broken, lonely, hopin'
I'm supposed to be strong
I'm supposed to find a way to carry on
I don't wanna feel better
I don't wanna not remember
I will always see your face
In the shadows of this haunted place
I will laugh, I will cry
Shake my fist at the sky
But I will not say goodbye
They keep saying time will heal
But the pain just gets more real
The sun comes up each day
Finds me waiting, fading, hating, praying
If I can keep on holding on
Maybe I can keep my heart from knowing that you're gone
I don't wanna feel better
I don't wanna not remember
I will always see your face
In the shadows of this haunted place
I will laugh, I will cry
Shake my fist at the sky
But I will not say goodbye
I will curse, I will pray
I'll relive everyday
I will shoulder the blame
I'll shout out your name
I will laugh, I will cry
Shake my fist at the sky
But I will not say
Will not say goodbye
Will not say goodbye
Will not say
Ooooohhhhh
(Danny Gokey – I Will Not Say Goodbye)

THE END

-----------------------------------------------------------------------------------------------

Silahkan mendengarkan lagu yang bersangkutan dan menonton video klip beberapa dari lagu itu di bawah ini :
1. Avril Lavigne - Slipped Away : http://www.youtube.com/watch?v=YULKMNhEAuw  
2.  Cindy Bernadette - Aku Sahabatmu yang Mencintaimu : http://www.youtube.com/watch?v=Hwlxqrw4TiU
3. Taylor Swift - You Belong With Me : http://www.youtube.com/watch?v=VuNIsY6JdUw
4. Kerispatih - Kejujuran Hati : http://www.youtube.com/watch?v=XHuYxedp3lI
5. The All American Rejects - Gives You Hell : http://www.youtube.com/watch?v=uxUATkpMQ8A
7. Danny Gokey - I Will Not Say Goodbye : http://www.youtube.com/watch?v=FNyk6ema5AM

+ Add Your Comment