SAHABAT SEJATI (5) : SAKIT KARENAMU

By: Petra Shandi


Tidak disangka rupanya aku tertidur di atas sajadah hingga akhrinya ibu yang membangunkanku.
"Az.. bangun, kok kamu tidur disini sih?"  Kata ibuku.
Kubuka mata perlahan , nampak wajah ibu yang belum bisa kulihat dengan jelas.   Kugesek mataku, kimi nampak dengan jelas wajah ibu.  "Iya bu.. aku ketiduran" kataku.
"Tunggu.. ini kenapa pipimu bengkak?” rupanya ibu bisa melihat pipi bengkakku.  "Perasaan tadi malam ibu nggak melihatnya,"katanya heran.
"Ah  ibu, tadi malam kan ibu melihatku dalam keadaan setengah tidur" Kucoba berbohong.
"Masa sih?" Ibu masih tidak percaya.  "Kemaren kamu berantem? " Ibuku makin penasaran.
"Nggak Ibu... ! " jawabku tegas."Aku tuh cuma jatuh terbentur tembok waktu di rumah Naya." Moga alasanku masuk akal
"Masa cuma terbentur sampe bengkak kayak gini?" Masih terheran-heran  "Ya sudah sini ibu kompres," tambahnya.
"Biar aku sendiri," kataku
"Loh.. kok badan kamu jadi panas kayak gini sih?" Ibu semakin khawatir saat menyentuh jidatku.
"Masa sih bu? " Aku ikut menempelkan tangan ke jidatku."Hm.. Kecapean kali bu,"komentarku.
"Duh, kok bisa sih??" kata ibu.."Ibu gak tau apa yang terjadi semalam, tapi kenapa kamu bisa jadi sakit kayak gini? pipi bengkak, wajah pucat, terus badan panas juga." Ucapan ibuku terasa panjang sekali.
"Sudahlah bu, aku gak apa apa," kataku tegas."Aku cuma butuh istirahat." Aku tersenyum manis sekedar buat ibuku tenang.
Ibu ku terdiam."Ya sudah, sekarang kamu sarapan, minum obat  terus istirahat lagi ya?"perintah ibu
"Iya," jawabku pendek
"Ibu tersenyum tanda puas,"Eh Nael mana?" Ibu mulai ingat kalo ada Nael bersamaku tadi malam.
"Hm.. dia pulang tadi subuh.." jawabku
"Loh, pagi sekali?"
Aku hanya terdiam
Selesai sarapan, aku kembali ke ranjang.   Masih aku memikirkan kejadian semalam.  Kuraih Handphone , kucoba hubungi dia lagi.  Namun, lagi lagi dia menolak panggilanku.  Kini dia malah meng non aktifkan Handphone nya.
***
Tok.. Tok..
Seseorang mengetuk pintu kamarku..
" Buka," kataku pelan
Saat pintu dibuka, nampak Nael.  Pemuda itu nampak kusut, mungkin dia terus memikirkan kejadian semalam sehingga tidak mempedulikan keadaan dirinya.  Aku tidak bisa berkata apa apa, dalam diamku ini aku berharap dia mengerti betapa menyesalnya aku.
"Elu sakit ? "  tanya Nael
Pemuda itu menghampiriku pelan-pelan.
"Yah... cuma pusing sedikit,"bibirku tersungging manis, senang rasanya dia datang.
"Aneh,seharusnya gue yang sakit." Ucapan sinis itu mengejutkan aku."Semalam gue elu lecehkan,seharusnya gue kan yang sakit?" tambahnya.
Perih sekali hatiku saat dia bicara begitu.."Nael, please maafin gue.." Aku memelas "Gue mohon lupain kejadian tadi malam."
"Lupain??" Nael terheran-heran "Mana bisa gue lupain gitu aja??bisa-bisa gue bakal terus elu manfaatin!!" tambahnya
"Nggak!! " tegasku. ”Gue janji semalam adalah terakhir," janjiku
Nael hanya tersenyum sinis."Hm,mana mau gue berteman sama homo seperti elu.   Bisa bisa reputasi gue ikut ikutan jelek" Ucapannya itu benar benar membuat telingaku panas.  "Barusan gue udah sebarin ke temen temen tentang ke Homo-an elu itu,"  tambahnya.
Aku sangat terkejut.  "Elu.. Elu tega sekali..!" remuk sekali hatiku saat dia bilang begitu.
"Ini belum seberapa,kemarahan gue akan terbalas setelah gue bilang hal ini ke ibu elu," katanya
Aku semakin panik."Gue mohon  jangan lakuin itu!    Elu boleh benci gue tapi jangan katakan ini ke ibu gue .. gue mohon Nael." Aku memohon mohon
Nael hanya tersenyum sinis.. "Gue bakal bilang sekarang juga," ujarnya, lalu pergi keluar dari kamarku.
"Jangaaaaannn!!!!" teriakku..
***

Aku terbangun dari ranjang.  Kuperhatikan sekelilingku,tidak ada siapa-siapa disini.   Jantungku berdetak kencang sekali , bisa kurasakan keringat mengucur di wajahku.   Kuremas remas rambut dikepalaku menahan pusing ini.  Ya Allah, itu hanya mimpi.
Handphone-ku berbunyi.. terdapat satu pesan SMS disana, tapi aku tidak mengenal nomor ini.
'Hi  Diaz, ini Eka cuma mau bilang say Helo. Ini nomor gue , elu Save ya? '
Sial! siapa yang memberi nomor Handphoneku padanya?  Aku tidak akan membalasnya, biar dia berfikir SMS ini tidak pernah sampai kepadaku.
Senin pagi,terasa sekali udara segar di luar sana.  Seandainya saja aku sudah merasa baikan, mungkin saat ini aku sedang bersiap siap pergi ke sekolah.  Tapi sayang, kondisi badanku belum berangsur pulih.  Kepalaku masih pusing dan perut terasa mual.   Setiap kali kucoba untuk makan selalu saja kumuntahkan.
"Aneh.. biasanya jam segini Nael sudah jemput kamu..kok sudah jam 7 dia belum datang juga?" komentar ibuku.
"Emangnya mau apa nungguin dia?" tanyaku
"Ibu mau nitip surat izin sakitmu ini buat gurumu." 
"Dia gak bakal datang," kataku lirih.
Rencananya hari ini ibu akan mengantarku ke dokter.  Ibu sangat khawatir dengan kondisiku, karena ternyata sampai saat ini kondisiku belum juga membaik.
Ibu menghampiri sambil membawa nampan berisi semangkuk bubur , sup ayam dan segelas air.
"Nih,kamu habiskan ya sarapannya," katanya.
Aku hanya menggelengkan kepala.
"Ayolah coba, dari kemarin gak ada sedikitpun makanan yang masuk" Ibuku resah.
"Ibu, aku gak bisa makannya,perut aku sakit.   Kalo dipaksa juga  pasti bakal kumuntahkan lagi."
Ibu hanya memandangku sedih.
"Kamu kenapa sih?sampai sakit kayak gini?" katanya sambil menempelkan jemarinya ke dahiku." bu khawatir tau?, mana dari kemarin panas kamu belum juga turun," suaranya begitu ketakutan.
"Ibu tenang aja, nanti di rumah sakit aku kan diperiksa,paling cuma sakit biasa.  tiga hari lagi pasti sembuh kok." Kucoba menenangkan ibu.
Ibu tersenyum, lalu membelai rambutku."Cuma kamu yang ibu punya," katanya pelan.
Kami berdua terdiam. Aku jadi teringat Ayah. Seandainya Ayah masih hidup mungkin ibu tidak akan kesepian seperti sekarang ini.  Aku merasakan beban yang dipikul ibu.  Dia harus banting tulang untuk kehidupan kami dan biaya sekolahku.  Sedih rasanya kalau kuingat saat saat terakhir menjelang kepergian Ayah.  Aku janji pada ibu , aku akan bahagiakan ibu.  Seperti ayah yang selalu membahagiakan ibu.
"Udah cukup melamunnya." Ucapan ibu membuatku tersadar kembali...
"Aku tersenyum.. "Ibu kangen Ayah?"tiba tiba pertanyaan itu terlontar begitu saja.
"Selalu.." ucapnya mantap."Tapi ibu punya penawarnya, kalau ibu kangen sama ayah, ibu cukup memandang wajah kamu," ujarnya manis
Aku tersenyum lalu memegang erat jemari ibu."Aku kangen sama Ayah , bu"  aku berusaha tersenyum, tapi rupanya ibu tahu aku ingin menangis.  Ibu langsung memelukku dengan erat.
"Ayah akan selalu ada di hati kita, asal kamu selalu mengenang beliau.  Jangan anggap beliau tidak ada." Ibu mencoba menenangkanku.
Sementara aku terus menangis....
***
Saat ini aku sudah di Rumah Sakit.   Sang dokter kini  memeriksaku, sementara ibu terus memperhatikan dengan seksama. 
Setelah beberapa saat..
"Bagaimana dok? " Ibuku tidak sabaran
Sang dokter terdiam sejenak, lalu melepaskan kaca matanya."Kamu cuma kecapean aja , kondisi kamu sedang tidak bagus, terangnya padaku."
Dokter ini memberiku resep obat untuk aku minum...
Kini ibuku mulai lega.
"Nah, sekarang ibu lega kan? aku cuma sakit biasa,cukup istirahat langsung sembuh" ujarku
Ibuku tersenyum"Iya, ibu sudah tenang," katanya sambil memegang pipiku."Cuma, ibu penasaran, kamu punya masalah apa sih? sampe sampe jadi ambruk kayak gini?" Pertanyaan ibuku membuatku terdiam.
"Diaz..! ibu tanya kok kamu malah ngelamun," kata ibu
"Ah ibu, mau tau aja urusan anak muda" alasanku
"Bukannya gitu, gak apa apa dong ibu tau.   Cuma mau tau aja, gak bakal ikut campur,"terang ibu
Aku tetap tutup mulut.
"Ya sudah kalau tidak mau cerita, tapi jangan terlalu difikirkan ya?  kamu harus sehat dulu,"  nasehat ibuku sambil menyiapkan obat obat yang tadi dibeli di apotik.  "Nih, kamu  minum obatnya,"  ujar ibu seraya menyerahkan butiran pil untuk aku minum.
"Oh iya, kamu bisa gak telepon Nael buat kesini? Ibu mau titip surat buat gurumu." Ucapan ibu membuatku tersedak.
Aku terbatuk-batuk sementara ibu menenangkanku.
"Pelan-pelan dong minumnya.."kata ibuku.
"Buat apa sih manggil dia?" ujarku ketus.
"Loh kok?? " ibuku terheran heran.."bukannya dia sahabat kamu?  masa gak boleh suruh dia dateng kesini?"
"Sudahlah bu, nanti suratnya aku kasih pas aku masuk sekolah aja" alasanku
Ibuku mulai berfikir, "Hm.. ibu ngerti sekarang, kamu lagi ada masalah sama Nael? " Tebak ibuku." pantes kemaren dia pulang pagi pagi sekali." Komentarnya.
"Bukan.. bukan itu masalahnya! " kataku tegas
"Gak usah boong, " kata ibuku.."Hm.. kayaknya masalah cewek ya? " goda ibuku
Aku hanya geleng geleng kepala.
"Ah.. kalian ini , masalah perempuan saja diributkan.   emang perempuan cuma satu?" Ujar ibu lalu meninggalkanku
Ah.. biar saja ibuku menganggapnya begitu.  Dengan begitu ibu tidak akan terus terusan  mempertanyakan masalahku .

+ Add Your Comment