SAHABAT SEJATI SEASON II: SAAT SEMUA PERGI MENINGGALKANKU



Seminggu telah berlalu , aku terus berkomunikasi dengan Angga mengenai kemajuan kesehatan tante Sofie. Entah apa Nael sudah mengetahui soal ini apa belum? . Ah aku gak peduli, Kalo nanti Nael marah ya sudah marah saja. Toh aku ada niat baik bantuin ibunya.

Hari ini sepulang kerja sengaja aku ke rumah sakit , bertemu Dimas menanyakan kondisi kesehatan Bu Sofie . Syukur syukur aku ketemu Nael disana jadi kita bisa sama sama diskusi.
" Elu dari kantor langsung datang kesini? " Tanya Dimas
" Iya... "
" Perhatian elu ke keluarga si Heaven emang luar biasa. Padahal kalian gak ada hubungan apa apa.."
" Dia sahabat gw ,Mas.." Aku tersenyum
Aku melihat Nael dari kejauhan...
" Nah.. itu Nael.. " Kataku senang...

Nael menghampiriku dengan tergesa gesa....
Tiba tiba... " Lu apa apaan ikut campur urusan Gw...!!! "
Buukk....! satu pukulan keras tepat mengenai pipiku.... hingga aku terjatuh ke lantai..
" Hei.. apa apaan ini!! " Teriak Dimas...
Nael menarik kerah bajuku hingga aku berdiri lagi,,,," Elu tuh dari dulu gak berubah ya? masih suka ikut campur urusan orang..." Katanya...


Dimas melerai pertengkaran itu lalu memaksa kami untuk bicara di kantornya.
Saat di kantor Dimas..
" Nael..! lu tau kan ini bukan klub Metropolis..? Ini Rumah Sakit! Jaga sikap elu...!"
" Heh.. Dokter.. jangan mentang mentang elu temen orang itu..! terus bela dia.."
" Gini... Gw gak bela siapa siapa.. Lu tau tujuan gw bawa kalian ke kantor ini?? buat bicara.. bukan adu otot!!"

Kami terdiam....
" Nael... maafin gw... gw tau ini salah. Tapi semenjak gw tau keadaan sebenenarnya ibu elu. Gw merasa harus .. Harus bantu elu..." Kataku.. " Mungkin elu tersinggung dengan keputusan gw yang ambil tindakan tanpa seizin elu. Tapi kondisi yang mengharuskan gw berbuat ini. Kondisi ini darurat Nael.."
" Angga pasti cerita berlebihan ke elu.." Nael bergumam..
" Nggak... gw cari tahu semua informasi ini dari dokter yang menangani khusus ibu elu, dan kebetulan Dimas temen gw kenal dokter yang bersangkutan." Terangku...
" Kenapa elu lakuin semua ini ke gw Diaz...? lu tau gw gak pernah baik ke elu.." Nael menunduk dan menutup wajah dengan tangannya.
" Karena ... gw adalah sahabat sejati elu..." Kataku pelan.
" Hah?? sahabat sejati??" sindirnya...

Kami terdiam cukup lama...
" Lupain itu... Gw gak cukup baik jadi sahabat elu.. dan gw gak pernah anggap elu sahabat gw.."
Nael meraih sesuatu di dompetnya... selembar foto kami saat SMU .Dia merobek robek foto itu di depanku dan melemparkannya ke angkasa...
" Gw.... bukan temanmu...." tegasnya. Dia pun berlalu pergi.....
Aku terdiam disana...

Dua kali... dua kali aku diperlakukan begini..Dia selalu menolakku, menolak sesuatu yang aku beri. Kamu manusia bukan Nael? aku gak minta balasan apa apa.. aku cuma hanya ingin menolongmu. Segitu kuatkah egomu?
" Diaz...." Suara Dimas membuyarkan lamunanku." Elu gak apa apa? "
Aku hanya tersenyum pahit...
" Gw bantu obati luka lu ya? "
Aku tetap terdiam..

Melihat sikapku, Dimas mendekapku erat..." Sabar ya sahabatku... elu sudah bertindak benar. Nael hanya tidak bisa menerima nasibnya. Seumur hidupnya dia tidak mau dibelas kasihani orang lain. makanya dia berusaha sekuat tenaga merubah nasib dia dan keluarganya. Walaupun dia harus jadi orang hina sekalipun"
terang Dimas..
" Lagi lagi gw dipandang rendah oleh orang itu. Lu tau kan Mas, gw gak berharap apa apa. itu semata mata dia kawan gw. Itu aja." kataku
" Kadang orang salah persepsi dengan niat baik seseorang. " Katanya.." Tapi udahlah.. dia akan menyadarinya... seperti dia menyadari kesalahannya 10 tahun yang lalu.." Kata-kata Dimas sungguh menenangkan aku.

Aku pulang ke Apartemen dengan perasaan sakit. Tidak hanya sakit di pipi tapi juga sakit di hatiku juga. Aku ingin tidur pulas malam ini lupakan semua yang baru saja terjadi. Nael pergilah kamu dari hidupku, kalo memang itu lebih baik.

Aku buka pintu apartemenku...Nampak disana seorang lelaki duduk di sofa. Haa Peter..!! Aku senang sekali.
" Halo sayaaangg !! " Segera aku memeluk lekaki itu .
Namun, saat itu juga dia melepas pelukanku dengan kasar hungga aku terjatuh ke lantai.
" Peter?? kamu kenapa?" Aku terkejut bukan main.

Aku lihat wajahnya sungguh kacau... dia seperti habis minum..
" Kamu habis dari mana? pacaran sama pelacur itu????" katanya kasar...
" Kamu ngomong apa Peter..?? " aku berusaha bangkit
Peter melempar beberapa Foto tepat di wajahku.
" Kamu mau bohong apa lagi. hah???"
Aku lihat foto itu satu persatu... semuanya gambar aku saat bersama Nael.. Di ranjang saat aku mabuk malam itu, di mobil saat aku pulang dari Jakarta bersama Nael, Foto aku berpelukan di depan rumah Nael....dan beberapa foto lainnya
Ya Tuhan apa ini???
" Ini... ini bukan seperti yang kamu kira Peter.. Sumpah !!" kataku setengah teriak..
" Mana ada maling yang ngaku..."
"Tapi i.."
" Diaammm!!!!" teriak Peter..
Teriakannya menganggetkanku.
" Peter..." kataku lemah...

Kami terdiam.. cukup lama untuk meredakan emosi kami berdua.
" Kadang aku berfikir... Aku adalah lelaki sempurna buat kamu. Aku yakin kamu gak bakal main main karena semua yang kamu suka ada padaku.." katanya ... " Tapi kenyataannya kamu samakan aku dengan pelacur murahan itu... !! " teriaknya... " Apa sih yang dia punya dan aku gak punya?? aku bisa beri kamu semuanya... tapi dia?? dia bisa apa?? "
Aku tetap terdiam.. mendengar semua luapan emosinya.

Hingga beberapa saat....
" Aku bertemu Nael secara tidak sengaja di Club Metropolis. " Maka aku mulai menceritakan semuanya apa adanya... tidak ada yang terlewati termasuk foto di ranjang itu." Nael Merawat aku saat mabuk peter.. makanya Nael bermalam di Apartemenku." Aku berjalan menuju lemari pakaianku dan mengambil saputangan berwarna biru milik Nael. Aku serahkan sapu tangan itu pada Peter " Ini adalah sapu tangan yang dipakai Nael ketika melap keringat di wajahku."
" Darimana kamu tahu dia merawatmu padahal mau sendiri sedang tidak sadar..? "
"Eka yang menceritakannya. Malam itu Eka datang ke Apartemen karena khawatir akan keadaanku." Tiba tiba terfikir untuk memanggil Eka . Siapa tahu dia bisa membela dan meyakinkan Peter. " Kamu mau aku memanggil Eka sekarang?"

Malam itu terpaksa aku meminta Eka datang ke Apartemen. Walaupun sebenarnya aku tidak enak melibatkan Eka dalam pertengkaran kami, semoga saja Eka mengerti.

Tepat jam11 malam Eka pun tiba di pintu depan apartemenku.
Aku menyilahkannya masuk...
" Ka, maafin aku malam malam begini minta kamu datang. " Kataku.. "Aku cuma minta tolong kamu bersaksi mengenai masalah Nael yang waktu malam itu bantu aku pulang gara gara mabuk."terangku.
Eka terdiam memandang heran padaku. " Apa sih Az.. aku gak ngerti? " katanya penuh tanda tanya.
" Itu loh Ka, waktu malam itu kan si Nael ada di apartemenku pas aku lagi mabuk. Kamu kan ttau kita gak ngapa ngapain? "
Eka terdiam,,.. " Ah kapan itu? Aku belum pernah ke tempat kamu pas ada si Nael..."
"Eka.....?" kataku memelas... "Kamu ingat ingat dong. "bujukku
" Aku yakin nggak..." Katanya mantap

Sesaat dia melihat foto foto yang berserakan di ranjang," Apa ini...? "
Eka memandang satu persatu foto itu.." Diaz...??? apa yang kamu lakuin??? " kata katanya seolah olah menuduhku.
" A.. aa.. Ah.. Eka Aku mohon. Jangan pura pura gak ngerti.. ! " Aku mulai berbicara keras. Sementara Peter memperhatikan kami berdua.
" Kamu ngomong apa sih?? aku emang gak tau apa apa!! " Eka membalas keras kata kataku.

Kami terdiam...." Aku gak mau terlibat dengan masalah kalian. Cuma ini keterlaluan Az.. kali ini aku bela Peter. Setelah semua yang dia lakuin ke kamu.. kok kamu??? "
Aku naik pitam... Kudorong badan Eka ke dinding sambil mencengkeram kerah bajunya .." Apa maksud elu !! elu ini sobat gw!! semua hal gw ceritain ke elu!! Elu mau fitnah gw??? "

Eka berontak dan melepas cengkeramanku " Elu yang yang susah gw omongin... berkali kali gw bilang.. jauhin si Nael. elu gak mau denger omongan gw... yah ini jadinya..."
Peter melerai pertengkaran kami. " Sudaaah!!"

" Pet... gini aja... ini pasti ada orang yang gak suka sama hubungan kita. Makanya dia buat hal kayak gini... Aku mohon buka akal sehat kamu. bukannya kamu percaya sama aku?/"
Peter memandang wajah aku. " Aku sudah tidak percaya sama kamu..."katanya pelan...
" Peter..." kataku memelas
"Maafin aku... sepertinya kita berakhir sekarang."

Jantungku seolah olah berhenti berdetak.
" Cuma gara gara masalah ini? masalah yang belum jelas kebenarannya? "
" Bagi aku ini sudah jelas.."
" Kasih aku waktu sehari atau dua hari untuk buktikan ini semua salah.."
Peter hanya diam.. " Maafin aku.."

Lelaki itu menjauh.. menjauh dari mataku dan berlalu .
Aku memandang sinis ke Eka...
" Sepertinya elu puas gw kayak gini..."
Eka menundukan kepalanya." Gw ikut sedih dengan semua yang menimpa elu..."
Perlahan dia pun berlalu...

Tuhan... ada apa ini??? satu persatu teman dan kekasihku pergi hanya dalam satu hari.
Ini seperti mimpi. Nael... pergi karena keegoannya, Peter pergi karena sesuatu yang tidak kulakukan, Eka pergi pergi karena dia yang fitnah aku. Dimana Tuhan? dimana kesalahan aku??

Aku duduk terdiam dilantai dingin ini. Kubiarkan lampu gelap gulita, siapa tahu dalam kegelapan aku bisa menemukan jawabannya.

+ Add Your Comment