UJIAN HIDUP


By: Yusuf Ichsan Ats Tsaqofy


“Ada kalanya qt tidak perlu berpikir dua kali ketika sedang menghadapi suatu persoalan. Namun akan lebih sering, kita harus menguras tenaga hingga merasa lelah dan tertatih-tatih ketika berada dalam suatu persimpangan jalan hidup.”


Ibarat soal Ujian, bentuknya ada yang PG alias Pilihan Ganda dan ada juga yang Essay alias mengarang indah. Begitu pula dengan persoalan hidup. Kadang, soal yang begitu panjang kalimatnya, hingga mungkin menghabiskan setengah paragraf, terlihat susah, dan bikin pusing, bisa diselesaikan hanya dengan sekali contreng. Entah itu di option A, B, C, atau D. Masalah benar atau salah jadi urusan belakangan karena yang dipentingkan kita bisa mengisinya saat itu, sehingga kertas ujian tidak kelihatan kosong. Seringkali bahkan soal dengan kalimat sepanjang itu, diselesaikan hanya dengan menghitung kancing, memutar-mutar ujung pensil, atau bahkan sekedar berharap pada pola probabilitas. Dalam 1 atau 2 menit, selesai sudah untuk 1 soal. Tapi…apakah hal itu baik?


Lain dengan soal bentuk Essay, kalimatnya sih simpel, tapi ternyata anaknya banyak…(alias soalnya 1 tapi poin-poin jawabannya banyak). Kelihatan mudah, tapi tetap saja kalau diselesaikan tanpa mikir ujung2nya ya jadi mengarang indah. Jawabannya ?? Yaa…kalo bener karangannya syukur, kalo enggak ya wassalam. Sekali lagi…baikkah itu?


Teman, hidup emang ga instan. Allah saja menciptakan bumi ini tidak langsung “kun fayakuun” tapi melalui beberapa tahap, kurang lebih 6 tahap. Nah, bagaimana mungkin kita, sebagai makhluknya yangs sudah diberikan begitu banyak kenikmatan dari Nya, masih tak pandai bersyukur dan menginginkan segala yang instan terjadi.


Ada yang pernah bilang, kemudahan-kemudahan itu hanya akan menghambat keluarnya potensi kita. Ya, bisa jadi benar. Terbukti, kalau kita baca biografi orang sukses, yang kita dapati di sana adalah kesulitan demi kesulitan dan beragam tantangan yang menempa sang tokoh menjadi lebih baik dari dirinya yang sebelumnya.


Ibarat menyelesaikan soal ujian, ada banyak cara yang bisa kita tempuh untuk menyelesaikan ujian hidup. Ada cara yang lurus, ada cara yang menyimpang. Mencontek bisa jadi adalah salah satu cara menyimpang dalam menyelesaikan soal ujian, tapi dalam menyelesaikan masalah hidup, sah-sah saja jika kita mencontek kiat-kiat orang lain yang sudah pernah mengalaminya.


Menapaki ujian hidup, juga bukannya tanpa banyak metode.Ya, ibarat soal ujian lagi, ada yang PG ada yang Essay. Tapi, penyelesaian yang terbaik, tentunya dengan mempertimbangkan faktor pendukung yang ada dalam diri kita dan lingkungan sekitar kita. Yang terpenting, kita harus yakin bahwa Allah akan bersama kita.Bersama orang-orang yang sabar, bersama orang-orang yang tak pernah berputus asa dari nikmatnya, bersama orang-orang yang selalu meyakini bahwa ujian demi ujian yang ia peroleh setiap hari adalah bentuk kasih sayang Allah demi meningkatkan derajatnya di mata Allah.


Agar kelak di Yaumil Akhir, ia akan dapat memberikan kebanggaan pada Rasulullah yang kita rindukan, karena sebagai umat yang selalu beliau cintai, kita dapat membuktikan kelak bahwa kita bukanlah orang yang mudah menyerah dan berputus asa.


Hm… ” Sesungguhnya Allah tiada mengubah keadaan suatu kaum, kecuali jika mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.”


http://elviera23.wordpress.com/2009/02/20/ujian-hidup/

Oops! there was only one comment.. come on speak up!

  1. Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga kaum tersebut mau merubahnya sendiri

+ Add Your Comment