SAHABAT SEJATI (TAMAT) : BUKAN SAHABAT SEJATI

By: Petra Shandi


Tiga hari telah berlalu. Jenuh rasanya berada di rumah sendirian sementara ibu bekerja diluar sana.
Ting Tong....
Terdengar bel pintu rumah berbunyi.   siapa ya yang datang? Kucoba bangkit dari ranjang lalu menuju ruang tamu.  Kubuka pintu besar ini dan nampak wajah Naya dan Donna.
"Wah akhirnya ada juga yang jenguk aku"  kataku sumringah  "Ayo masuk.."  aku menyilahkan mereka masuk ke dalam.
"Owh.. kamu sakit? " tanya Naya saat duduk di sofa, "Kenapa nggak kasih tau ke sekolah?  Aku kira kamu sedang liburan," canda Naya
Aku hanya tertawa." Iya,aku liburan di ranjangku."
"Sorry aku gak bawa buah buahan." 
"Gak apa apa, dijenguk saja aku sudah senang kok," jawabku.
"Kamu sakit apa Az? " Akhirnya Donna berbicara.
"Hm, biasalah, kecapean kali ya?"
Aku curi curi pandang dengan gadis ini, dia manis sekali.
"Oh iya, Nael sudah kesini belum?" tanya Naya
Aku hanya menggelengkan kepala.
"Loh... padahal dari hari senin aku sudah suruh dia nemuin kamu" Naya terheran heran  "Ada apa sih sama kalian berdua?" kini dia mulai curiga
"Apa? gak ada apa apa kok," kataku tenang.
"Aneh aja, biasanya kalian pasti bertemu satiap hari." 
"Lah iyalah, mau ketemu gimana? dia di sekolah aku dirumah.   ya gak bisa ketemu." Aku hanya tertawa
"Bukan begitu, biasanya kan kalo pulang sekolah dia suka maen ke rumah  kamu.." Naya masih terheran heran
"Ah, kamu ini mau jenguk ato interogasi aku sih?" candaku
Naya tersenyum malu.." sorry ya.."
Aku tersenyum kemudian memperhatikan Donna ." Apa kabar Donna?" sapaku
Donna tersenyum
"Baik . itu saja ucapannya
"Aku sengaja ajak dia, soalnya aku ngerasa ada yang kangen kangen ma kamu.." Rupanya Naya sedang berusaha jodohkan aku dengan Donna
Donna menyenggol badan ke Naya..."Apa apaan sih...?" ujarnya malu-malu.
Aku hanya tersenyum.   "Ada ada saja," komentarku
"Oh iya, baru ingat.. kamu dapet salam dari Eka, temanku.."Aku tersentak kaget.
"Hm.. tadi dia SMS.." aku berusaha tenang "Ngomong ngomong kamu kasih nomorku ke dia ya?" tanyaku hati hati
"Iya.. soalnya dia yang minta.."jawab Naya tanpa merasa bersalah
Aku hanya menganggukan kepala.
"Selama tiga hari ini kelakuan Nael aneh," kembali Naya membuka percakapan.
"Aneh? " tanyaku heran
"Yah.. dia begitu nggak bersemangat di sekolah, gak latihan basket lagi, bahkan tiap pulang sekolah dia gak mau antar aku pulang.   Katanya dia minta waktu buat sendirian, lagi suntuk katanya.." terang Naya.
Hm.. rupanya dia masih memikirkan kejadian itu.
"Kenapa si Az? kok aku gak kenal Nael yang satu ini.."
Aku hanya menundukan kepala.." Tidak tau.."
"Mungkin dia punya pacar baru kali ya? " 
"Nggak..! " bantahku.." Dia nggak mungkin pacaran sama orang lain, cuma kamu aja yang dia sayang.." terangku.." Sabar aja, mungkin dia sedang ada masalah.." nasehatku.
Naya tersenyum.."Mungkin  kayak gitu."  Dia berusaha menghibur diri. Saat mereka pulang aku menitipkan surat izin untuk guruku, siapa tahu besok aku belum bisa masuk sekolah.
Sepeninggal mereka aku kembali teringat Nael,ternyata dia masih memikirkan kejadian itu.   Kuraih HP di meja belajar dan kucoba menghubungi pemuda itu.   Hm.. sia sia..,dia selalu menolak panggilanku,apa sebaiknya aku SMS saja?

'Nael, lu mau gak dateng ke rumah gue sebentar.gue  mau jelasin semuanya. 
Plis kasih gue kesempatan buat luruskan masalah ini'
Ah, semoga dia membaca pesanku....
***

Hari ini sudah hari Kamis, tapi aku belum juga masuk sekolah.   Sebenarnya sakitku sudah berangsur pulih, hanya saja badan ini masih terasa lemas.   kalau kupaksakan aku khawatir nanti di sekolah malah merepotkan teman temanku.   Bosan sekali rasanya hanya berdiam diri di rumah.   Aku kangen sekolah,kawan kawan, nongkrong di Warnet dan tentu saja Nael..Ah.. walaupun aku sudah kembali ke sekolah  rasanya sudah tidak mungkin bisa berkawan lagi dengan anak itu.  Benarkah menjadi seorang Gay itu hina? sampai mereka tidak bisa menerima keadaan ini?   Mereka tidak sadar kalau ini adalah ujian Tuhan, kalau saja mereka mengalami seperti apa yang kualami. Sedih rasanya...
Nael... apa perlu aku menghubungi dia lagi? setelah berkali kali kucoba namun terus gagal?   Aku lelah namun ini harus terus diperjuangkan.   Nael harus jadi temanku..! ini bukan karena obsesi ku  untuk mencintainya, tapi karena dia sahabatku.   Sahabat lebih dari segalanya.  Kata kataku seperti omong kosong, tapi entahlah aku juga tidak tahu...
Bunyi Handphone membuyarkan lamunanku.. 
"Halo?" katanya..
Rasanya pernah dengar suara ini.."Yup, ini siapa ya?" Aku penasaran
"Ini Eka.."
Yaahh.. anak ini lagi.. ! "Hai, apa kabar?" Aku berpura pura ramah.
"Dengar dengar elu sakit ya?"
Pasti Naya cerita lagi."Iya , tapi sudah sembuh kok.."
"Oh gitu ya? " komentarnya.."Kalo begitu boleh dong gue maen ke rumah elu , itung itung jenguk.." tambahnya.
Haaa!!!
"Emang tau rumah gue?"
"Hm.. sebenarnya, gue udah ada di depan rumah elu.."
Dhuuaaar..! jantungku meledak keras sekali.   Ngapain dia dia ganggu aku terus!!!
"Ha...!!" aku tidak bisa berkata kata.
"Elu kaget ya?" anak itu malah tertawa." buka gih pintunya, " katanya.
Sialan!! elu belum puas ya bikin gue kesal!!, batinku
Aku membuka pintu dan nampak disana seorang lelaki ganteng dengan membawa keranjang berisi buah buahan.. 
"Hi.." sapanya
Aku tersenyum walaupun dipaksa.. "Pasti Naya yang  beri tahu alamat rumahku," tebakku
"Iya.." ucapnya manis.
Aku mempersilahkan lelaki itu masuk ke dalam rumah."Duuh.. merepotkan nih, padahal gue udah baikan kok.." kataku sambil menerima keranjang buah yang dia sodorkan kepadaku.
"Ya.. gue bisa lihat.." katanya.."Cuma elu butuh makan buah buahan biar tambah seger.." tambahnya
kami berbincang santai..
"Ka.. sorry ya soal malam itu, gue kasar banget sama elu.."
"Udah gak apa apa, lagian gue juga sih yang bikin ulah,sok tahu nilai elu." 
Aku hanya tersenyum
"Kok elu santai santai aja sih?" tanyaku pelan..
"Hah? santai apa? " Eka tidak mengerti maksud pertanyaanku
"Hm,elu kelihatan menikmati  banget hidup kayak gini.Apa semua orang udah tau soal keadaan elu?" 
"Oh.. itu.." lelaki itu mulai mengerti arah pembicaraanku"Semua orang sudah tau gue gay."
"Terus orang tua elu?" selidikku..
Lelaki itu menganggukkan kepalanya.
kami terdiam.. Aku tidak tahu topik apa yang harus dibicarakan.
"Elu mau omongin masalah ini? " Ucapan Eka memecahkan keheningan."Gue emang baru kenal elu beberapa hari yang lalu, tapi gak tau kenapa gue seperti sudah mengenal elu," terangnya."Itu karena elu senasib sama gue," ucapnya pelan
Aku memejamkan mata, terasa sakit mendengar ucapannya.  "Elu gak merasa minder atau apalah dengan kondisi seperti ini? "
Lelaki itu menghembuskan nafasnya dalam dalam."Iyaa... gue emang sedih.   Cuma, kalo difikir fikir  buat apa gue harus meratapi nasib ? yang ada malah menghalangi semua keinginan dan cita-cita gue.   Gue percaya hidup gue sudah diatur sedemikian rupa  sama yang diatas dan kita tinggal jalani sebaik baiknya.   Tuhan adil kok sama semua umatnya,gue percaya survive suatu hari nanti." 
Lelaki itu menatapku dengan tulus, sinar matanya meneduhkan hatiku.   Tidak..! tidak!! aku gak boleh jatuh cinta sama dia!!.   Aku hanya terpesona.
"Hm.. Nael membenciku..."  Tiba tiba kata itu terucap..
"Nael..? pacar Naya?" 
Aku menganggukan kepala.  "Waktu itu gue kehilangan kendali,” kutelan ludahku.."Gue..gue  mencium dia saat tidur.."
Eka tersentak kaget.. 
Aku hanya menunduk , tidak lama kemudian air mataku tidak bisa terbendung lagi.
Eka menghampiri dan mendekapku erat.   Entah kenapa dalam dekapannya semua beban itu menjadi lebih ringan.
***
Aku menghela nafas panjang saat berada di depan gedung sekolah.   Kucoba melangkahkan kakiku perlahan, kuseimbangkan dengan kondisi hatiku yang gelisah luar biasa.   Ahhh.. sudahlah mau tidak mau aku harus bisa menghadapi Nael,maka kumantapkan langkahku.
Kini aku telah berada di dalam kelasku.    Kulihat Nael dijajaran  meja paling depan.   Secara tidak sengaja dia melihatku, raut wajahnya tiba tiba berubah, dia menundukan kepalanya.
Dengan hati yang tidak karuan kuhampiri lelaki itu, kucoba menyapanya..
"Elu jangan duduk di meja ini..!" belum sempat kusapa dia malah yang memulai
"Sampai kapan elu marah ke gue? " kataku.. Aku malah menyimpan tasku di mejanya.
lelaki itu tidak menjawab hanya pergi begitu saja sambil membawa tasnya ke meja paling belakang.
Dengan keberanianku yang tidak seberapa kulangkahkan kakiku  ke meja belakang."Sikap elu bener bener nyakitin gue Nael," kataku pelan..
"Elu fikir gue gak sakit akibat perbuatan elu??!!"  teriaknya. Aku tersentak kaget begitu pula anak anak lain seisi kelas.
Merasa jadi pusat perhatian, Nael bergegas lari keluar kelas sambil membawa tas nya. 
Kukejar lelaki itu.. "Nael..!! tunggu!! "  Namun Nael berlari begitu cepat hingga aku tidak bisa mengejarnya lagi.   Lelaki itu semakin jauh dari pandanganku.
Sore hari sepulang sekolah aku mencoba mencari Nael.  Pertengkaran tadi pagi membuat Nael bolos sekolah.  Aku cari dia di rumahnya, dia tidak ada.  Kemana dia? aku berfikir keras.
Owh.. aku tahu..! aku berlari menuju lapangan basket di sekitar rumahnya.Benar juga.. Aku lihat Nael sedang sibuk bermain basket sendirian berusaha memasukkan bola berulang-ulang,berlari memainkan bola basketnya.  Tidak peduli hujan turun begitu deras, dia tetap bermain.
Kuhampiri  lelaki itu.. semangatku untuk bicara padanya begitu tinggi, aku siap dicaci maki asal dia mau memaafkan aku.
Nael tidak menyadari aku ada di hadapannya, dia masih asyik dengan bolanya, semua emosinya terluap disana.   "Ada apa lagi, Az...? "  Rupanya dia tahu aku ada disana
Aku mneghampiri
"Jangan mendekat..! " teriaknya.
"Gue harus bagaimana buat menebus kesalahan gue!!?? " teriakku, aku terus mendekat tidak peduli dengan peringatannya.
Buuk.....!!! satu pukulan mengenai pipiku begitu keras hingga terjatuh ke tanah.
tatapannya tajam dengan nafas yang menggebu gebu 
Aku berusaha bangkit kuhampiri lagi lelaki itu.   Aku pukul balas Nael tepat di hidungnya.  Pukulan ku cukup keras , mampu membuat dia terjatuh ke tanah.  "Ok... ! elu mau cara begini?? gue siap hadapi elu....!"
Kami berkelahi ditengah derasnya hujan .  Entah kenapa aku meladeni keinginan Nael untuk berkelahi, ini hanya semata untuk mempertahankan Harga diriku.
Akhirnya kami terkulai jatuh di tanah.. "Puas? ini yang elu mau??" kataku pelan.
Kami terdiam
"Gue gak sanggup lagi Az..." Sesaat kemudian akhirnya dia berkata."Sudah berbagai cara gue lakukan untuk menghilangkan sifat elu itu," katanya
Aku terkejut, jadi selama ini...?
"Iya, gue tahu elu sakit." Seolah olah dia tau keterkejutanku.."Gue cuma pingin berusaha menjadikan elu lelaki sebenarnya.  Gue sudah berusaha kenalkan elu ke temen- temen cewek gue, bahkan gue minta bantuan Naya  untuk mengenalkan Donna ke elu.."
Aku terdiam  terpaku tidak bereaksi dengan ucapannya, hanya saja hatiku sangat sakit.
"Dan sekarang tanpa gue sadari elu malah melampiaskan emosi elu ke gue??" katanya.."Gue sahabat eluu!!!!" teriaknya..."Gue gak mau elu jadi Gay dan gue gak mau ikut ikutan jadi Gay," katanya pelan
Aku masih terdiam
"Hm.. sorry kata kata gue nyakitin elu," katanya. "Tapi, ternyata gue gak cukup baik buat jadi sahabat elu."
"Segitu beratkah elu berkawan dengan seorang gay kayak gue? gue juga manusia Nael," kataku parau.. "Dan tentunya gue tidak akan menjadikan elu gay," tambahku
"Sudahlah , Az.. " Nael menahan kata kataku..."Gue udah capek..." tambahnya, lalu dia bangkit. "Plis jangan ganggu gue lagi." Ucapan itu mungkin kata kata terakhirnya padaku.
Lelaki itu melangkah jauh meninggalkan aku yang masih terbaring lemah di tanah...

***

Mungkin itulah akhir  dari kisah persahabatan aku dengan Nael.   Kita sudah tidak seperti dulu.   Walaupun aku masih tegur sapa dan bercanda dengannya, tapi semuanya berbeda.    Nael lebih banyak menghabiskan waktunya dengan teman-teman yang lain.   Aaah, sudahlah , mungkin ini jalan terbaik buat aku dengan Nael.   Dua orang yang berbeda memang sulit disatukan.   kadang aku berfikir , memang ada sahabat sejati di muka bumi ini? yang aku tahu justru sebaliknya.    Sahabat sahabat yang kita anggap sejati lambat laun akan menjauh seiring waktu yang berjalan.
Bagaimana dengan Donna? Hm, aku sempat dekat dengannya selama beberapa minggu.   Dia memang menyukai aku, namun rasanya tidak adil kalau aku terus menyembuyikan perasaan yang sebenarnya, sementara ada orang lain yang mengharapkan aku.   Dan akhirnya  Donna pun mengerti saat aku katakan tidak mungkin aku jadikan dia pacarku.
Lalu bagaimana dengan Eka?   Rupanya Tuhan kasihan sama aku,makanya dia mengirim Eka , untuk menjadi  sahabat karibku.   Rasanya lebih nyaman berteman dengannya, mungkin karena kami sama dan lebih mengerti dengan keadaan seperti ini yang mungkin tidak mudah dipahami oleh mereka yang normal.
Bagaimana pun aku tidak pernah melupakan Nael dan aku pun yakin dia tidak pernah melupakan aku.

***

+ Add Your Comment