SAHABAT SEJATI SEASON II: PENGORBANAN NAEL

Tidak disangka seharian diluar bersama Nael tiba tiba saja sakitku sembuh. Mungkin karena aku senang kali ya?. Semuanya sudah kami lihat sekolah, rumah , lapangan basket dan tempat biasa kita main. Ah... baguslah, kenangan itu masih terekam baik di ingatan kami

Kami ada di Cafe saat ini.
" Lu mau pesen apa Az..?"
Aku terdiam sejenak.." Terserah elu lah.. lidah gw masih agak agak pahit.."
Dan Nael pun memesan minuman dan kue untuk kami.Kami berbincang santai sambil menikmati makanan kecil.
Sebenarnya aku khawatir urusan kantor, sebaiknya aku hubungi Susi dulu. Aku raih Hand phoneku
" Halo.."
" Susi.. ini saya? gimana di kantor? " tanyaku
" Gak ada masalah pak.. cuma ada beberapa dokumen yang harus segera ditanda tangani oleh bapak.."
" Hm.. ya sudah kamu kirim seseorang buat antar dokumennya ke Apartemen saya"
" Baik pak... Apa bapak sudah sehat sekarang?"
" Alhamdulilah, saya sudah mendingan besok saya akan masuk kerja Kamu suruh anaknya sejam lagi ya? saya lagi diluar. sebentar lagi pulang"
" Baik pak."
Aku memutuskan sambungan.

Tanpa kusadari Nael tidak ada di meja,loh kemana dia? Kupikir dia ada di toilet.
Akhirnya akupun bergegas ke toilet, pingin cuci muka.
Aku mendekati pintu toilet..
"Tenang saja. semuanya sudah terkendali sesuai harapan kita.Gw yakin rencana kita berhasil.." Itu kan suara Nael..? " Ok.. gw tutup sekarang. Nanti gw kabari lagi.."
Nael membalikkan badan setelah menutup teleponnya . Dia lumayan terkejut saat menyadari aku ada dibelakangnya."Hei.. lu udah lama disana? "
Aku menggeleng... " Napa? kok kaget gitu.."
" Hahaha... ya kaget lah.. pas berbalik ada elu lagi merhatiin gw.. " Nael tertawa lalu keluar dari Toliet.
Manusia yang aneh... pikirku.

Tiga puluh menit telah berlalu.
"Nael.. balik yuk.."kataku
" Loh?? kok balik?" tanya Nael heran
" Gw lagi nunggu seseorang di Apartemen? "
" Peter kah? dia mau dateng?" Nael penasaran
Itu harapan aku...
Aku menggelangkan kepala "bukan, karyawan gw mau ke Apartemen, ada dokumen yang urgent butuh tanda tangan gw.." terangku

Handphone Nael berbunyi..
"Iya ngga..." katanya ... Nael menatapku hati hati..
" Iya ini lagi diluar sama temen...gimana?"
Kenapa sih? tuh anak gak nyaman sekali bicaranya..Aku main mainkan HP saja berlagak tidak mendengarkan..
"Apa? " Nadanya tinggi namun pelan.." ya sudah, abang kesana segera.." Nael terlihat panic.

" Ada apa Nael..?" aku penasaran
Nael tersenyum.. " Gak ada apa apa.. " katanya.." Hm... gw mendadak ada urusan penting nih..elu gak apa apa pulang sndiri? " Akhirnya dia mengaku juga
" Ya udah gw anter , kemana? " aku meraih kunci mobilku dan beranjak dari kursi.
" Gak usah, gw pake taksi aja.. elu kan lagi ditunggu sama karyawan di Apartemen.."
Oh iya ya.. benar juga. Nael pun berlalu dengan tergesa gesa dan akhirnya berlari mencari Taksi.

Dia dipanggil abang? Aku tersenyum sesaat karena geli . Adiknya kah? ah dia anak tunggal. Or?? his Boyfriend?? Alaaah , pusing aku memikirkannya juga.
Aku pun berlalu meninggalkan kafe itu.

Peter tidak ada, Nael ada urusan , Eka? jam segini mungkin dia masih di kantor. Ahh... tidak ada yang bisa aku ajak jalan.
Handphoneku berbunyi..
Ahh.. Peter!!
" Halo.."
" Hi sayang, seneng bgt suaranya.." Kata Peter
" Iya, lagi bosen sebenernya, tapi tau kamu telfon aku jadi semangat lagi.." kataku lalu tertawa
" Ah.. ada ada aja kamu.. " katanya.. " cuma mastiin aja kamu baik baik kah disana? udah sembuh kan sakitnya?"
" Hm.. sudah sembuh. besok aku mulai masuk.." kataku
" Baguslah aku seneng. Jadinya aku bisa tenang pergi ke Hongkong.." katanya
" Berapa lama? '"
" 2 mingguan mungkin..." katanya
" Sering kirim Email ato Chat ya?"
" Pastilah sayang... kamu pikir aku tahan disana 2 minggu tanpa ada kabar dari kamu.?."
Aku tersenyum... " Hati hati ya? "kataku... " Muaaaaachh.."
" Muaachh.."
Peter pun menutup teleponnya.

Hari ini mulailah aku berkativitas lagi. Meninggalkan kerjaaan selama tiga hari membuat schedule ku padat bukan main. Meeting, pertemuan dengan Client , Presentasi, cukuplah membuatku lupa akan Peter dan Nael. Namun tidak demikian dengan mereka berdua. Pagi, siang , malam pasti mereka hubungi aku sekedar say halo khususnya Peter yang selalu bilang I Love You setiap saat.

Jam makan siangku sengaja aku luangkan dengan Geng Setan. Tadi kita sempat janjian bertemu di kafe langganan kami di daerah Sukajadi. Lumayan jauh sih dari kantorku itu karena Dimas yang minta ,dia tidak ada waktu cukup . Makanya kita ambil lokasi itu yang dekat dengan Rumah Sakit tempat Dimas bekerja. Oh iya Dimas adalah dokter yang cukup terkenal di bandung.

" Halo.. kawan kawan.. sorry gw telaat..." aku berlari menuju meja para setan.
"Sombong,lu kemana aja?" Bobby memelukku.. dan seperti biasa kami saling bepelukan satu sama lain.
"Gw sibuk beberapa hari ini. Kemarin kan sempet sakit 3 hari. Imbasnya ya sekarang, kerjaan gw numpuk di kantor" terangku
" Haa.. elu sakit napa gak kasih tau gw? " Kata Dimas
"Sorry Mas, gw udah ada dokter sih di perusahaan ," alasanku" Kepikir sih mau periksa ke elu. cuma gw takut diapa apain.., " candaku
" Sialan lu..." kata Dimas
kami tertawa..

"Yah untung lah elu kagak napa napa sobat. Sebenernya gw masih khawatir elu masih marah sama kita kita soal kejadian di Club Metropolis" kata Chandra.
Aku tersenyum, Justru aku yang harus terima kasih sama kalian... kataku dalam hati
"Nggak lah.. gw udah lupain soal malam itu. Masalah sebenernya ada di gw , malam itu mood gw lagi jelek." Alasanku

"Jadi kalo gitu, kapan kita kesana lagi...?" Bobby tesenyum nakal
" Hadeeeuuhh... " aku mengeluh lalu tertawa seketika..
" Hm.. gw penasaran lu ngapain aja sama si Heaven malam itu?' selidik Chandra
Aku tersenyum nakal... " Adalah.... yang pasti hhhhhooooott!! " candaku

"Hm... si Heaven itu kayaknya gw sering lihat deh di rumah sakit.." Tiba tiba Dimas berkata seperti itu." Tapi ah.. masa iya?"
" Mirip kali..." komentar Chandra
" Gak ah.. gw yakin itu si Heaven..soalnya udah lama pasien itu dirawat.." katanya.." Sekitar 3 tahun lah.."
" Buseet lama bener..! " Bobby tercengang
" Emang siapanya si Heaven?" aku menjadi penasaran
" Wanita tua ... mungkin ibunya ya? " tebak Dimas

Semenjak percakapan itu aku termenung.. Ibunya Nael? Apa mungkin waktu kemarin dia mendadak pergi karena terjadi sesuatu sama ibunya? Sebaiknya aku tanyakan langsung ke Nael, ah.. sepertinya dia tidak akan jujur.

Satu jam telah berlalu , aku semakin gelisah.
" Dimas.. nanti kita pulang bareng ya? gw ada sedikit urusan juga ke Rumah Sakit" Akhirnya aku putuskan menyelidikinya sekarang juga.
Dimas Mengangguk

Saat dirumah sakit...
" Mas.. tunjukin dong kamar pasiennya keluarga si Heaven.." pintaku
Dimas keheranan... "Ngapain?? kok elu kayak tertarik banget sih soal si Heaven... ?"
"Nantilah gw jelasin .. janji..ini penting soalnya.."

Masih dengan wajah kebingungan Dimas pun menganggukkan kepalanya.. Maka Dimas menunjukan kamar tempat pasien itu dirawat.
"Itu .. diruang Melati kamar No B12" Dimas menunjukan ke suatu lorong di pojok sana.
" Thanks ya sobat.. "
" Ok..gw kembali ke ruangan gw dulu ya? kalo ada apa apa elu telpon gw aja ok? "
Aku menganggukan kepala.

Dengan sedikit gugup aku melangkah mendekati ruangan itu.... . Kucari No B12 dan kudapatkan diujung sana. Aku hampiri...\Tepat di depan kamar aku mengintip lewat kaca di pintu tersebut. Disana ada pasien seorang perempuan tua tengah berbaring tak berdaya dan dua orang lelaki yang sedang menjaganya. Ya Tuhan.. itu benar Nael..!!

Aku bingung harus berbuat apa.. Haruskah aku masuk? lalu aku mau bilang apa? Aku takut dia salah paham, menuduhku memata matai dia. Aku berjalan jalan kesana kemari di depan pintu seperti orang kebingungan..

Tiba tiba pintu terbuka dan nampak lah Nael disana...
" Diaz..." katanya terkejut " Elu lagi ngapain disini..?"
" A.. aaku " Aku mengacak acak rambutku.. " Aku tadi abis jenguk temanku yang sakit.." alasanku..
Nael memandangku curiga..." oya..?"
" Iya.." Kumantapkan suaraku.." Siapa yang sakit Nael?" Aku alihkan pembicaraan kami
" Ini ibuku... "katanya...
" Oya...? sakit apa ibu kamu? "
" Yah.. sakit orang tua lah.. " dia tersenyum
" Boleh aku lihat? pingin sapa ibu kamu... mudah mudahan saja dia masih ingat aku.."
Nael sedikit ragu... " Ok lah.. tapi mungkin dia gak ingat elu, maklum lah sudah tua" katanya Maka aku masuk ke dalam....terlihat disana ibunya Nael berbaring tidak berdaya. Namun berusaha tersenyum saat melihat aku.
"Selamat siang tante... " kataku sambil meraih tangan ibu itu
Sang ibu tersnyum.. "Siang.. ini temannya Nael ya?" Suaranya lemas
" Betul...saya Diaz, teman SMA Nael.. " kataku sopan
Sang ibu terdiam sejenak seperti sedang berfikir.." Oh.. iya.. Diaz sahabat Nael yang tinggal satu komplek ya?"
Ya Tuhan dia ingat aku..." Aku seneng tante masih ingat.."
" Kamu semakin tampan saja Az.." katanya sambil membelai pipiku... " Pasti sudah jadi orang hebat" tambahnya
" Dia sudah jadi direktur bu..." Nael berkata
" Oya... anak hebat.."
Aku lihat Nael menundukan kepala...
" Kalian satu kantor...?"
Satu kantor?? aku bingung menjawabnya, lalu memandang Nael...
" Iya.. bu... kita satu kantor.." Akhirnya Nael yang mengalihkan jawaban aku
" I iya.. kami rekan kerja sekarang tante.." Aku mencoba meyakinkan ibunya.Ternyata selama ini Nael menyembunyikan masalah pekerjaannya pada sang Ibu.

Nampak disana seorang lelaki muda memperhatikan kami berdua.
" Oh iya... ini kenalkan Angga.. dia..." Nael tidak melanjutkan perkataannya
Aku menyalami lelaki itu..
" Aku saudara sepupunya.." Angga yang melanjutkan kalimat Nael. Kulihat Nael menunduk.
Aku perhatikan Angga. Lelaki yang tampan, umurnya pasti dibawah aku sekitar 24 atau 25 tahun.
" Halo Angga..kamu masih kuliah atau sudah kerja?" tanyaku
" Aku sudah kerja bang..."Abang... ? diakah yang telpon Nael tempo hari yang memanggilnya abang.?
Setelah beberapa saat kemudian akhirnya aku pamit. Nael mengantarku keluar...

" Gw gak tau elu mata matai gw atau karena kebetulan. Tapi, yang pasti inilah yang terjadi. Ibu gw berbaring sakit tak berdaya.."
" Elu kenapa gak cerita dari awal?"
Nael tertawa... " Buat apa? gak bakal bisa merubah keadaan, yang pasti elu malah kasihan ma gw." Katanya.." Elu tahu kan? gw paling gak suka dikasihani orang" Katanya sinis
Aku gak suka kalimatnya itu." Ibu lu dah berapa lama dirawat disini? " Aku pura pura tidak tahu
" Yah sekitar 2 mingguan.." aku sudah tebak dia pasti berbohong.

Kami berdua terdiam sejenak.
Gw harus balik sobat., nanti aku usahakan Jenguk ibu lu lagi.."Nael hanya tersenyum
Besok aku mau cari informasi lagi ke Dimas sebenarnya sakit apa ibunya.? apa karena ini dia merelakan diri menjadi seorang pelacur? Kalo memang benar. pengorbanan ini sungguh luar biasa. Satu janjiku , aku akan bantu dia. Semuanya...Walau aku tahu Nael pasti akan menolaknya.

+ Add Your Comment