CATTELYA (2) : KENCAN DADAKAN


By: Petra Shandi

Tengah hari yang terik, akhirnya aku dan Carla menemukan sebuah Cafe yang sepertinya menarik. Pada awalnya aku menolak ajakannya masuk ke Cafe itu dengan alasan yang sederhana, kelihatan mahal!. Ah.. dasar Carla, perempuan hyperaktif itu malah mendorongku memaksa masuk kesana. 
            Saat memasuki Cafe itu suasana nyaman memang tercipta, dengan konsep tradisional dipadu modern. Kursi dan meja dihiasi ukiran jawa, penerangan yang cukup, dinding dinding dihiasi lukisan lukisan indah yang rata rata memperlihatkan keindahan pemandangan indonesia. 
            "Carla.. ngapain kita ke sini?? balik lagi ah.." kataku lalu beranjak dari kursi
Namun Carla memegang lenganku.
"Eit, mau kemana? Tadi katanya ngajak kencan? Aku gak mau loh nongkrong di sembarang tempat."
"Haa?? kencan?? yeee, aku tuh sengaja ajak keluar biar kita gak sama sama gosong tinggal di sana." terangku. “Ngerti ???" aku tekan jidat perempuan itu gemas.
Perempuan itu hanya tersenyum geli.
"Gak mahal kok di sini," katanya, "beneran!" tegasnya, seolah olah dia tahu kecemasan apa yg kurasakan saat memasuki Cafe mewah ini.
"Ya sudahlah aku nyerah." Aku kembali duduk ke kursi semula.
Perempuan itu hanya ketawa kecil sambil menutup bibirnya. 
Dan aku hanya tediam menyaksikan pemandangan indah di hadapanku.   Carla manis, murah senyum dan sederhana. Aku yakin banyak orang suka berada di dekatnya.
            Minuman dan makanan kecil akhirnya sudah disajikan, dan kami mulai menikmati makanan khas di Cafe itu.
"Menurut kamu Taman Cattleya bagus gak? " aku membuka percakapan.
"Nope." jawabnya mantap sambil memasukan potongan Cake Tiramisu ke mulutnya, lalu tersenyum lebar.
"Kenapa? mau banggain diri ya?" perempuan itu tertawa.
Aku mengeryitkan dahi, "Loh, kamu tau ya?" Carla menganggukan kepala.
"Tahu lah, sepanjang acara nama kamu selalu disebut, dan keliatan sibuk nerima ucapan selamat dari orang orang." Terangnya. Sialan, aku dimainkan perempuan ini, tapi aku hanya tersenyum malu.
"Jadi  bagus gak taman itu?" masih aku menanyakan hal yang sama. Perempuan itu hanya menggelengkan kepala.
"Iya iya bagus! Bawel amat!" katanya.
"Iya dong, aku butuh pengakuan dari orang-orang sekitarku," belaku.
Perempuan itu mengacungkan jempolnya padaku.
"Nice, aku suka kok, apalagi bunga bunganya." Katanya sungguh-sungguh, "Sempet mau curi satu kuntum, eh diliatin sama petugas. Gak jadi deh.."  Aau mengangguk angguk.
"Nanti ya kapan kapan aku kasih satu pot bunga Cattleya. "Carla hanya tersenyum. "Tapi inget, dirawat baik baik ya!"



Tidak terasa satu jam sudah kami ngobrol santai di Cafe itu, makanan habis, minuman habis namun percakapan tidak habis-habisnya. Carla termasuk perempuan bawel tapi aku suka,  semuanya dia ceritakan tentang pekerjaannya, kawan kawan dekatnya dan hal lainnya. Ada satu yang tidak diceritakan, pacarnya.  Masa iya gadis cantik kayak dia belum punya pacar?
            "Carla, cerita dong tentang pacar kamu," sengaja aku pancing buat cari tahu apa dia ada pacar atau belum.
" Hm..." perempuan itu berfikir sejenak." Pacarku banyak.." katanya. Haduuhh, ni cewek ditanya serius.
" Oh.. " akhirnya itu saja komentarku.
"Napa ? mau daftar? " godanya.
"Oya? masih terima lowongan kah?" kuladeni dia, perempuan itu hanya mengedipkan matanya. Arrgggg....!! gemas aku jadinya.
Akhirnya aku keluar juga dari Cafe itu dengan tampang cemberut. Apalagi kalau bukan karena duitku hampir habis gara gara makan di sana. Carla sempat menawarkan buat bayar paruhan dengannya, tapi kutolak. Dimana harga diri seorang Arbi?  Namun aku puas, rasanya uang sebesar itu tidak seberapa dibanding pembicaraan kami barusan.

"Kita mau kemana lagi ya? " Carla berpikir.
"Ya pulang lah." kataku sewot.
"No no no... " Carla menggerak gerakkan telunjuknya di depan mukaku. Haa..? mau kemana lagi? Pikirku. Perempuan itu membisikkan sesuatu ke telingaku. "Nonton," bisiknya. Aku hanya bisa melongo.
"Nonton? nonton apaan??" 
"Nonton bioskop lah, masa nonton doger Monyet!" katanya.
"Nggak.. Ngggak.. kita pulang , pulang saja." Tegasku.
"Ini numpung lagi libur loh, jarang jarang kita bisa santai kayak gini." bujuk Carla.
"Tapi film apa? aku gak suka nont..."
Belum juga selesai bicara, Carla sudah menarik tanganku  menuju Taksi di depan kami.
"Tuh ada Taksi, langsung kita berangkat ya?" Dan lagi-lagi aku menyerah.

Hand Phoneku berdering
"Ya Halo, Arbi disini..." ujarku.
" Bi.. lu kemana aja gila??? Dari tadi gue cari elu kemana-mana!"  kata Ryan sahabat dan rekan kerjaku.
"Sorry, gue gak enak badan. Elu bisa kan wakili gue buat bicara sama pak Walikota ?" 
"Hadeeuh.. lagi genting gini bisaa aja elu gak enak badan." Celotehnya, "Ya sudah elu istirahat gih, ntar malam gue maen ke kost elu." 
"Thanks ya brother."
"Preet.. " katanya lalu mematikan sambungan.

Carla ternyata memperhatikan aku dari tadi.
"Maafin aku ya? Ya sudah kamu mendingan balik lagi ke acara di Taman Cattelya itu," katanya sungguh-sungguh.
"Sudah, gak apa apa.  Aku sudah diwakili sama rekan kerjaku, dia bisa atasi kok." Aku memang tidak ingin kembali lagi ke sana, baguslah ada Carla jadi ada alasan aku untuk minggat sementara dari acara itu.

Kembali hal yang tidak diinginkan terjadi, kami nonton film Horor!! Aku paling tidak suka film dengan genre seperti ini.
"Nggak.. aku gak mau masuk..! " kataku saat di pintu masuk studio.
"Gak apa apa.. kalo takut pegang tangan aku aja." Rayu Carla sambil mendorong dorong punggungku supaya masuk ke dalam.
"Carla... aku serius..!" 
"Aku juga serius, sudah cepetan pada antri nih." Carla mendorongku hingga aku terjatuh ke pintu bagian dalam studio.

Kami tertawa tawa saat film akan mulai
"Pasti bakal seru nih film? "
"Hm.." itu saja reaksiku.
“Napa? gak suka ya?" tanya Carla dengan nada jutek.
"Nggak, suka kok suka." Kataku dengan nada terpaksa.
"Kalo bilang gak suka lagi aku cubit loh." Ancamnya.

Sepanjang film diputar aku berusaha bertahan melawan rasa takutku....
"Ahh!!" Tiba tiba Carla berteriak , membuatku ikut berteriak..
"Carla!! bikin kaget aja!!!" kataku kesal
"Oops.. " perempuan itu cuma tertawa.

Aku terus saja ngoceh sekedar menghilangkan takutku.  Hanya saja nih cewek kok diam terus. Seriuskah dia menyaksikan film itu. Kuperhatikan wajahnya dengan seksama. Buseettt! dia tidur!!
Bagus! jadi selama ini aku ngoceh dia tidak mendengar sama sekali.   Hm.. baru kali ini aku ketemu perempuan type seperti dia.
Akhirnya Acara nonton pun diakhiri tidur bersama di bioskop, kami dibangunkan oleh penonton yang duduk disebelahku.   Malunya...
            "Maaf ya Bi.. aku malah ketiduran." Aku diam tidak merespon pura pura jengkel. " Bi......!!! maafff!!!" teriaknya ke telingaku.
"Aduuhh... sakit tauu!!" kataku jengkel, perempuan itu malah tertawa. "Ketawa lagi..." gumamku. Aku lihat jam tanganku.
"Carla, udah jam 8 malam. pulang yuk? 
Perempuan itu menganggukan kepalanya.  Dia akhirnya lelah juga setelah seharian membuat aku kerepotan.

Kami berjalan kaki menuju  tempat kontrakannya.
"Makasih banget ya Bi... " ujar perempuan itu." Aku seneng banget," lanjutnya. Dan aku membalas dengan tersenyum tulus.
"Sama sama, makasih juga ya nemenin aku yang lagi jenuh tadi di acara peresmian Taman Cattelya."
"Kapan-kapan kita kencan dadakan lagi ya?" Haa.. kencan dadakan? Aku tertawa mendengar istilah itu.
"Yee, kok kencan dadakan?"
" Trus apa dong namanya? " tanya Carla
"Kencan paksaan," Bisikku dan kami berdua tertawa.
Sesaat Kemudian
"Nggak kok, ini bukan paksaan. Aku suka hari ini." Carla pun tersenyum manis, dan aku berlalu meninggalkan dia  di depan kontrakannya.

Dalam hati aku tersenyum geli.  Ini adalah pertama kali aku bertemu dengan Carla, tapi semuanya serasa seperti sudah biasa.  Aku terbiasa melihat wajahnya, terbiasa dengan ocehannya, terbiasa dengan paksaannya.   Seolah olah dia itu pacarku. ya, kelakuannya padaku juga seperti aku ini pacarnya.  Hope Someday... Maybe.

Dan aku pun pulang dengan hati berbunga bunga

+ Add Your Comment