CATTELYA (7) : MENYIBAK RAHASIA CARLA

By: Petra Shandi


Seorang spesialis Cerita Cinta dari kampung kami tercinta WR04.

Aku kembali ke Jakarta menyisakan tanda tanya tentang Carla. Dimana Carla sekarang? Lalu bagaimana dengan nasib Surya? Lalu rumah itu? Ahh,  tak satupun aku tidak bisa menjawabnya.   Walaupun aku sudah merelakan perpisahan ini, tapi rasa penasaranku tentang gadis itu masih tersimpan di hati. Tuhan, pertemukan lagi aku dengan Carla. Walau hanya sekedar say helo , yang penting aku tahu dia baik-baik saja.

Aduh aku lupa bertanya ke Marie soal Outletnya yang baru saja dibuka disini.   Nanti sajalah aku telepon dia.

Saat ini aku tengah sibuk dengan proyek pembangunan Apartement mewah di pusat kota.   Dengan bantuan tenaga profesional dari berbagai belahan  dunia kuharap proyek ini akan berjalan dengan baik dan tepat waktu.   Kudengar ada seorang pengusaha yang menanam investasi  sangat besar di proyek ini, sampai sekarang aku belum mengetahuinya. Hari ini juga aku kembali ke kantor.    Mereka sedang menungguku di ruang meeting,ada meeting dadakan rupanya. 
            "Selamat Siang, maaf saya terlambat.” Kataku seraya mengambil kursi untuk aku duduki.
            "Ok, semua sudah kumpul, Mari kita mulai meeting kita hari ini.” Danny rekan kerjaku memimpin jalannya meeting kami.
Aku menyimak, ternyata agenda meeting kali ini mengenai pertemuan  dengan para Investor yang ikut andil dengan proyek Apartement  kami. Hm.. bisa dibayangkan, pasti akan rumit.Tapi ah sudahlah, ada Danny, dia lebih senior dariku. Dia pasti bisa mengatasi itu semua. 
Pertemuan dengan para Investor pun akhirnya tiba. Dengan perasaan tegang campur bingung aku memasuki ruangan pertemuan di hotel besar ini. 
"Nyantai aja lah ... semuanya bakal berjalan sempurna." Hibur Danny, Aku hanya tersenyum.
Acara berjalan ketat dan alot , banyak debat sana-sini yang dilontarkan, namun berkat kehebatan tim, kami bisa meyakinkan para investor.   Bukan main, pertemuan ini sangat memakan waktu.   Dari jam 9 pagi hingga kini jam 2 siang acara belum juga berakhir. Aku lelah Tuhan. 
            Tiba tiba aku melihat seseorang yang aku kenal dijajaran kursi para investor itu. Siapakah dia? aku berfikir sejenak. Ya Tuhan, itu adalah Surya!  Dia terlihat lebih hebat dari sebelumnya.  
Saat acara berakhir aku bergegas mendekati lelaki itu.
            "Pak Surya?"  Lelaki itu berbalik mencari sumber suara.
"Haa.. Pak Arbi..??" Surya nampak senang saat menyadari orang itu adalah aku.
Kami bersalaman layaknya sepasang sahabat dan memutuskan bicara di sebuah kafe tidak jauh dari ruang pertemuan.

“Kemana saja kamu selama ini? Seperti menghilang ditelan bumi.”  Surya membuka percakapan kami.
“Saya baru kembali dari Singapura, Pak.”
“Wah hebat! Oh iya panggil saya Surya saja, kita sudah seperti kawan sekarang.” Katanya
Aku tersenyum, “Ok Surya.”
Kami terdiam nampak Surya ingin menyampaikan sesuatu namun ragu.
“Aku batal menikah Bi.” Akhirnya dia bicara juga.
            “Oya?” Aku pura pura tidak mengetahuinya. Maka mulailah Surya menceritakan semuanya tentang peristiwa itu
                                                                           ***

Keluargaku memang mempunyai andil besar didalam keluarga Carla. Semenjak ayahku berhasil menyelamatkan Pak Hadi, ayah Carla dari kebangkrutan. Seolah-olah kami berdua dijadikan alat balas budi. Mereka menyerahkan putri kesayangan mereka dengan aku seorang lelaki yang memang susah mencari pasangan hidup.
            Saat Ayah memperkenalkan aku pada Carla dan menetapkan dia sebagai calon istriku, aku senang sekali. Perempuan itu memang sempurna dan aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Hanya saja disayangkan, karakter seorang Carla yang keras menyulitkanku mendekatinya.   Secara fisik kami memang dekat, tapi tidak tidak dihatinya. Seolah olah tidak ada ruangan sedikitpun untuk kusinggahi di hatinya.  Meskipun demikian aku keukueh dengan pendirianku untuk mendekati hatinya, aku yakin suatu hari dia akan luluh juga.
            Berkali kali aku berusaha melakukan pendekatan sampai-sampai aku memaksa dengan meminta bantuan keluarganya untuk sering berkunjung ke Jakarta.   Namun tetap saja, setiap kali kami bertemu, perasaannya hampa sekali.
            “Carla, tidak  bisakah kamu menerima aku?” Carla mengacuhkanku tidak pernah mau mengerti perasaan ini.
“Apa? kamu memiliki seseorang yang kamu cinta? “ kutanya sekali.
“Benar Surya ... aku mencintai seseorang.” Kata Carla terus terang. “Hubungan kita benar-benar tidak mungkin Surya. Aku tidak mau kamu kecewa suatu hari nanti,” terang Carla.
“Denganmu aku tidak pernah kecewa, mau kamu sakiti aku bagaimana perihnya juga, aku akan tetap meminta hatimu itu.”
            Aku mencari tahu lewat Assistenku, siapa laki laki itu sebenarnya?   Dan kutemukan laki laki itu bernama Arbi, seorang Arsitek di kota  tempat Carla bekerja.   
            Aku cemburu, kucari tahu bagaimana caranya untuk memisahkan mereka dan menyadarkan Arbi bahwa Carla adalah milikku. Maka kuputuskan untuk menjadi clientnya dan memintanya mendesain sebuah rumah.
            Di sana aku sadar kedekatan mereka tidak hanya fisik namun bathin mereka terpaut satu sama lain. Sesuatu yang aku harapkan dari Carla.
            Hingga pada suatu saat aku berhasil membuka mata Arbi, bahwa siapa sebenarnya Carla.    Aku tahu dia menyesal, tapi akupun tidak mau menyesal. Aku yang pertama mengenal dan jatuh cinta padanya.

Lukanya pasti dalam karena aku tahu semenjak kejadian itu Arbi  menghilang dan meninggalkan pekerjaannya.    Satu sisi aku puas, sainganku telah pergi. Satu sisi aku telah menyakiti hati Carla.   Dia seperti menyalahkanku atas semua kejadian ini.
Aku tetap yakin dan mantapkan hati dia pasti berubah.  
            Namun kenyataan berjalan lain..
Carla mempermalukan aku dan semua keluargaku tepat di hari pernikahan kami.   Entah apa yang ada dipikirannya hingga dia nekad meninggalkan aku tepat ketika ijab Kabul dilaksanakan. Dia tidak datang sama sekali.
            Tuhan hancur sekali hatiku, terlebih ayah dan Ibu. Mereka melimpahkan kesalahan pada ayah Carla. Hingga kini hubungan dua keluarga itu telah hancur sama sekali.   
            Bagaimana dengan perasaanku? Carla, aku masih mencintainya, tapi aku tidak bisa memaafkan dia.  Biarlah dia menghilang seperti kemauannya.   Dengan begitu akan lebih mudah bagiku melupakan Carla.
                                                                                               ***

Aku tertegun mendengar cerita Surya. Jadi selama ini dia tahu tentang hubunganku dengan Carla.
“Apa, apa kamu membenciku?” kataku. Surya tertawa.
“Membencimu?  Dulu mungkin iya. Namun aku sadari kamu sama menderitanya denganku.” Terangnya. Aku hanya tersenyum.
“Kamu tahu di mana keberadaan Carla?” Surya termenung.
“Bagiku Carla sudah mati, aku tidak peduli mau hidup dimana dia sekarang.”
            Kami berdua diam membisu. Hati kami berkecamuk keras sekali. Mungkin dia sangat membencinya namun sebaliknya aku mencintainya. Aku semakin mencintainya semenjak tahu kebenaran itu dari Surya.

+ Add Your Comment