CATTELYA (4) : TIDAK PERLU ALASAN AKU MENCINTAIMU

By: Petra Shandi



Beberapa hari ini aku semakin lengket saja dengan Carla.  Walaupun aku belum menyatakan padanya secara nyata perasaan ini, tapi perilakuku sudah menggambarkan betapa aku ada rasa padanya. Carla pun sepertinya demikian. Bukannya aku kepedean, yang mulai cerita ini siapa coba? Yah Carla sendiri. Dia yang mengajak aku kencan waktu itu, selain itu dia datang ke kantor di sela-sela waktu istirahatnya. Pokoknya terlihatlah dari tingkah lakunya dia pun menyukaiku. Mungkin Carla pun menanti saatnya aku tembak, hanya saja aku masih belum percaya diri. Harus mencari waktu yang tepat untuk menyatakan perasaanku.

Siang ini aku iseng main ke Bank, yah sekedar say helo padanya. Ingin tahu bagaimana kelakuannya saat melayani nasabah.
"Selamat siang, saya Carla ada yang bisa saya bantu.." Ini bukan seperti Carla, perempuan di depanku benar-benar seorang perempuan. Anggun dan menawan. Aku terus memandangnya..
"Apaan sih..? Ada sesuatu ya diwajahku?" katanya
"Kamu beda sekali ya saat bicara sama aku  dengan waktu melayani nasabah," komentarku.
"Bedanya..?"
"Anggun..."
"Wueekss.." Carla hanya menjulurkan lidahnya meledekku. Nah seperti ini Carla yang kukenal.
            "Tumben kamu main kesini.." katanya" Kangen ya?" gadis itu tertawa.
"Haa?? Kangen?" aku pura-pura menyangkal. "No .. no.. no." Kataku sambil menggoyangkan telunjukku di depan mukanya meniru gayanya.
"Pingin tahu saja kegiatan kamu di sini." Komentarku.
"Ih.. gak ada kerjaan amat? Emang gak bikin rumah-rumahan lagi?" Aku tertawa.
"Aku baru dapat proyek baru nih.." kataku.
"Oya? selamat!" Carla menyalamiku, ini karena kamu, fikirku dalam hati.

"Sore ada waktu?"  Tiba tiba saja aku ingat sesuatu.
"Hm.. kenapa emangnya? " tanyanya, sesaat kemudian dia memandangku nakal.  " Mau ajak jalan ya?"
Ya Tuhan.. kenapa sih dia selalu mendahului setiap kata yang mau kuucapkan.
"Mau? " tanyaku, Carla menganggukan kepalanya.
"Emang kamu mau ajak aku kemana? "  perempuan itu mulai penasaran.
"Rahasia," bisikku. "Kamu dandan aja yang cakep aku gak mau gandengan sama cewek yang gayanya urakan," candaku.
"Halah... kayak mau jalan sama siapa aja.  Modalin dong aku buat ke salon." Aku hanya tertawa.

Sore ini kami mengunjungi Outlet toko bunga langgananku. Rencananya aku mau hadiahkan dia bunga Cattleya yang sempat kujanjikan tempo hari. Marie, perempuan setengah bule pemilik outlet itu menyambutku.
“Hi, dear... kemana saja? " katanya ramah, aku tersenyum manis.
"Ada kok, cuma sibuk saja di kantor." Marie sempat memperhatikan Carla.
"Wow, Who`s that girl honey?" Carla terlihat salah tingkah.
"Marie kenalkan, ini temanku  Carla."
"Your Girl friend? Oh no! Sejak kapan kamu melirik perempuan lain selain saya?"
"Bukan... ini teman biasa." Sanggahku. Marie hanya tersenyum melihat reaksiku.
"Tidak lama lagi she`s will be yours." Bisiknya, ah Marie semoga saja ucapanmu benar.

Kami memilih-milih beragam bunga di sana. engan lagak sok tahu aku menjelaskan setiap jenis bunga-bunga yang kuperlihatkan. Hebatnya Carla memperhatikan dengan serius semua penjelasanku, rupanya dia pun tertarik dengan bunga.
Setelah memilih beragam bunga, Carla memilih satu jenis Anggrek Cattleya Nobilis Natalia. Hm, pilihan yang bagus. Berwarna putih sederhana namun terlihat paling indah karena tidak terlalu mencolok. Mungkin karena hanya memiliki satu warna dan itupun putih jadinya terlihat bersahaja.
"Yang ini?" aku mengernyitkan dahi, Carla menganggukan kepala.
Kupikir dia akan memilih jenis lain yang berwarna lebih berani dan mencolok, seperti jenis Green Emerald mungkin. Tapi ya sudahlah, dia sudah menetapkan pilihannya.
"Kenapa kamu gak pilih yang lain? Yang warnanya lebih bagus? Anggrek itu semakin berwarna semakin menarik buat dilihat loh," akhirnya aku penasaran juga.
"Aku suka yang sesuatu yang sederhana, namun enak dilihat."
Aku manut-manut sambil berfikir rupanya dia suka rumah model tradisional pun karena dasarnya dia suka sesuatu yang sederhana.

Kami setelah mneinggalkan Outlet Marie kami sempatkan duduk santai di Taman Cattleya sekedar melemaskan otot kaki. 
"Makasih ya Bi, aku suka bunganya." Aku tersenyum.
"Inget dirawat baik baik.” Carla tersenyum manis, oh Tuhan indah sekali senyumannya. 
Entah berapa lama aku menatapnya hingga akhirnya aku mengatakan sesuatu.
"Carla , aku jatuh cinta sama kamu." Sial... mulutku tidak bisa diajak kompromi. Akhirnya kami berdua terdiam ... saling pandang. Oh Tuhan, apa yang akan terjadi? Carla tersenyum.
"Apa yang kamu lihat dari  aku Bi? " Aku menundukan kepala sambil berfikir sejenak.
"Kamu perempuan sederhana, cantik, apa adanya. Entahlah Carla. Aku bukan jenis lelaki yang pandai merayu. Aku cuma suka kamu, jatuh cinta sama kamu. Tidak perlu alasan seseorang buat jatuh cinta. Betul kan?"
Carla menganggukan kepalanya.
" Begitupun aku Bi... aku jatuh cinta saat pertama kamu tawari Juice orange waktu itu.  Aku sendiri tidak tahu apa yang menarik dari kamu.   Hanya saja saat dekat denganmu aku merasa nyaman dan terhibur"

Ah... terima kasih Tuhan.   Carla ternyata merasakan yang aku rasa selama ini.   Kisah kami beberapa hari ini  bukan aku  saja yang menikmati, Carla  ternyata bisa tersentuh dengan semua yang aku perbuat.   Aku mencintaimu tanpa sebab, semuanya tumbuh begitu saja dalam hati.   Tidak perlu ada alasan untuk mencintai seseorang.

+ Add Your Comment