After The Rain Part 1

Dear diary, Hari ini ada reuni SMP Harapan Bangsa. Dan tiba-tiba aja aku ingat lagi sama Ardi. Yeah, Ardi si Cinta Pertama itu loh! Dia bakal datang gak ya? Kayak gimana ya dia sekarang? Aku penasaran. Aku harap dia datang. Apa hatiku masih akan berdebar ya kalo ketemu dia?
Rintik-rintik hujan mulai membasahi mobil Veya yang melaju menuju SMP Harapan Bangsa. Dan seiring hujan turun, lalu lintas pun mulai tersendat-sendat. Veya pun akhirnya menyandarkan badannya dan menghela napas, dia terlihat lelah.

Read More

Profil Dewi Lestari

Dewi Lestari Simangunsong yang akrab dipanggil Dee (lahir di Bandung, Jawa Barat, 20 Januari 1976; umur 35 tahun) adalah seorang penulis dan penyanyi asal Indonesia.
Lulusan jurusan Hubungan Internasional Universitas Parahyangan ini awalnya dikenal sebagai anggota trio vokal Rida Sita Dewi. Sejak menerbitkan novel Supernova yang populer pada tahun 2001, ia juga dikenal luas sebagai novelis.

Read More

Cerber Cattelya Part 1

Malam ini aku menantimu, sama seperti malam malam sebelumnya. Duduk sendirian di taman Cattelya. Ditemani indahnya lampu malam yang berwarna warni, cukup menghibur kesendirianku. Aku akan tetap menantimu Carla, sampai kapan juga.
Taman Cattleya begitu berarti buatku. Selain karena aku yang mendesain sendiri taman ini, suatu pertemuan yang tanpa sengaja telah terjadi disini, kamu dan aku. Senyumku semakin berkembang saat mengingatmu.

Read More

Anda Seorang Penyendiri atau Pemalu?

Pernah tahu tentang seseorang yang perlu menyendiri, berjam-jam tiap harinya? Yang gemar mengobrol tentang ide-ide, tentang perasaan? Yang kadang-kadang bisa mempresentasikan sesuatu dengan hebat di hadapan banyak orang, tapi begitu canggung saat berada di kelompok yang lebih kecil?
Apakah kita menjulukinya "orang serius", "sombong" ? atau bertanya kepadanya 'eh, kamu sakit ya'?

Read More

Farhan

Pria itu akhirnya sadar kalau aku mengikutinya dari tadi. Dia berbalik kemudian bertanya padaku. “Kamu ngikutin aku ya?” Aku nyengir sambil melihat buku yang ada di tangannya. “Apa ada yang salah?” Tanyanya lagi.
“Buku itu.” Jawabku sambil menunjuk buku yang ada di tangannya. “Buku ini?” Aku menggangguk. “Boleh nggak aku yang pinjem bukunya? Soalnya, buku itu penting banget untuk menyelesaikan tugasku?” Tanyaku.

Read More
Rating
1 Comments
Buku-buku yang telah dan akan terbit dari tangan-tangan penulis muda Indonesia bertebaran di setiap tempat. Dari penerbitan major dan juga penerbitan Indie.

Kampung WR04 adalah salah satu tempat berkumpulnya para penulis-penulis muda dengan ide-ide yang sangat mengejutkan.



Flash Fiction Kado Untuk Jepang yang akan segera terbit berkat event yang diadakan oleh Grup Syaque Ya Syaque yang dibuat untuk misi kemanusiaan, membantu korban bencana di Jepang adalah salah satu buku yang di dalamnya terdapat nama penulis-penulis muda dari Kampung WR04. 

Event ini diadakan kurang lebih 1 (satu) bulan lamanya. Dari 125 naskah yang akan diterbitkan, 2 (dua) diantaranya adalah lahir dari ide-ide para penulis muda dari Kampung WR04, diantaranya :


Mochamad Ichsan Effendi, penulis Mimpiku Tentang Negerimu


Jioo Erhyria Penulis Solidarita Origami


Semoga rasa cinta mereka pada dunia menulis tidak sekedar kecintaan sementara melainkan selamanya. Mereka adalah calon-calon penulis Indonesia yang bisa dibanggakan. Dan mereka adalah dua penulis muda yang akan terus berkarya, mengembangkan sayap di dunia menulis dan berbagi ilmu dengan semua pembaca.


Keep dreaming, keep writing and make your dream come true!
Rating
1 Comments
By: Sabil Ananda



Idealnya persiapan pernikahan minimal tiga sampai enam bulan, tapi tidak dengan pernikahanku. Awal ta’aruf ia meminta penikahan berlangsung seminggu saja dari prosesi lamaran. Namun ayah dan keluarga tidak setuju sama sekali, mengingat aku anak sulung dari delapan bersaudara, belum pernah ada yang menikah dan agar tak terjadi fitnah di masyarakat nantinya.

Ayah menyarankan idealnya, ia meminta untuk disegerakan, apalagi menikah merupakan kebaikan untuk menyempurnakan sebagian iman. Acara lamaran dilaksanakan sabtu, 29 Agustus 2008, senangnya tak bisa terlukiskan, kesepakatan yang tercapai pernikahanku dilangsungkan sebulan dari sekarang. Keesokan hari kami bersama keluargaku pergi mencari masjid untuk akad nikah dan At-tin yang kupilih sebagai tempat ijab kabul.

Seperti tak ada waktu untuk menunggu mempersiapkan segalanya, seharian penuh kami berkeliling mencari tetek bengek lainnya, karena hari kosong di masjid At-tin adalah tanggal 24 September, tak sampai sebulan. Lumayan hasilnya, meski baru beberapa saja. Ia memutuskan memberi kepercayaan penuh pada keluargaku untuk mengurus, malamnya harus segera pamit untuk pulang ke Kendari memberi tahu kabar gembira ini dan mempersiapkan keluarga di sana.

Relung batinku tiba-tiba terasa hampa, merasa kehilangan yang amat berarti, entah apa.

Rating
0 Comments

AJARKAN AKU SASTRA

Bu Guru…
Ajarkan aku sastra
Dari karya sastra para pujangga
Agar aku mengenal siapa mereka

Bu Guru…
Ajarkan aku satra
Kata engkau bisa memperhalus bahasa
Agar aku tepat memilih kata
Agar aku bisa merangkai kata menjadi prosa

Bu Guru…
Ajarkan aku sastra
Kata engkau bisa melembutkan budi pekerti
Sebagai hiasan bagi diri ini
Agar aku punya sifat empati
Agar aku bisa berbagi kekayaan hati
  
Bu Guru…
Ajarkan aku satra
Kata engkau bisa membuka jiwa
Agar hatiku penuh warna
Agar jiwaku penuh makna
Agar aku tak salah lagi menafsirkan apa itu cinta

Bu Guru…
Ajarkan aku sastra
Agar aku suka membaca
Agar aku bisa jadi orang kaya
Agar aku jadi manusia luar biasa


Ichsan 'kidnep' Effendi, adalah seorang penulis muda kelahiran 4 Desember 1988, lulusan Universitas Al Imam muhamad Ibnu Sa'ud Jakarta.  Berkat kerja kerasnya dalam menulis, sebuah karyanya akhirnya akan segera dibukukan dan meluncur dan ke tangan-tangan pencinta buku di Indonesia. Sebuah buku Antologi bersama yang bertajuk Mimpiku Tentang Negerimu (FF Kado untuk Jepang).

Puisi yang ditulisnya ini, menjadi salah satu kandidat peraih Puisi Award yang diadakan oleh Bpk. Joni Lis Effendi (Pendiri Writing Revolution) di Balai Desa Kampung WR.

Semoga segala jerih upaya Ichsan ‘Kidnep’ Effendi dapat mengantarkannya menjadi seorang penulis sejati yang sukses tak hanya di Indonesia tapi bisa menembus Asia dan bahkan dunia.

Tapi yang terpenting adalah menjadi penulis yang dapat memberikan manfaat untuk semua pembacanya. Selamat berjuang sahabat Ichsan ‘kidnep’ Effendi, bebaskan pikiranmu dan jadilah yang terbaik untuk dirimu dan untuk kami.
Rating
0 Comments

  1. 3 daun yang berarti aku, sesama (oranglain), dan Tuhan yg berkarya bersama. Ada hubungan horizontal (aku dan sesama) dan hubungan vertikal (aku dan Tuhan). Manusia dalam kehidupannya melakukan pekerjaan dan menghasilkan karya harus selalu bekerja sama dengan kehendak Tuhan.
  2. Daun yang jatuh melambangkan orang yang lepas dari lingkaran ketiga daunyang lain, orang yang gagal dan berlainan arah. Selain itu mengingatkan kita bahwa dalam setiap proses tidak selalu mengalami kesempurnaan tetapi kita juga harus berguru dari kegagalan, berguru dari orang lain, dan kembali melihat keagungan Tuhan. 
  3. Tangkai itu pensil berarti aktivitas menulis. Manusia bisa menjadi pena yang digunakan Tuhan untuk berkarya.
  4. Kertas putih berarti kita dilahirkan seperti kertas yang putih oleh karena itu semua maksud dan tujuan di sini adalah harmoni putih.
  5. Warna biru melambangkan kedamaian dan ketenangan. Inspirasi dan Tuhan hanya dapat ditemukn dalam ketenangan dan kedamaian.

Logo ini akan selalu mengingatkan kita bahwa dalam setiap prosesi kita tidak selalu perfect tetapi kita juga harus belajar dari kegagalan. Selain itu juga mengingatkan kalau kita tidak rajin mengasah diri, kita pun akan seperti 1 daun yang gugur itu. Kebersamaan, kedamaian hati dan ukir prestasi bisa membuat kita kuat melewati Aral yang di lambangkan 1 daun itu. 3 Harmony Dalam 1 Tujuan selamanya dalam naungan WR 04. Hijau lambang keteduhan dan biru itu artinya jiwa yang lapang baik dalam cobaan maupun kegagalan.


SEMANGGI !!
Rating
0 Comments
Adalah Hylla Shane Gerhana, seorang penulis yang berdomisili di Hong Kong yang telah menjadi penyemangat warga kampung WR04 dalam dunia tulis menulis. Dia yang menyemangati tiap langkah seluruh warga kampung dengan gemblengan yang tak henti-hentinya. Dia mengambil tugas paling penting dalam kampung WR04, dia adalah penanggung jawab yang sungguh bertanggung jawab dan berdedikasi.

Adalah Hylla Shane Gerhana, seorang penulis yang telah banyak menelurkan buku-buku antologi bersama. Dan dengan ilmu kepenulisan yang dimilikinya, dia telah memberikan semangat tak terbatas pada seluruh warga kampung WR04 untuk mulai bangkit menulis. Dan mulai menyumbangkan karyanya untuk diri sendiri, untuk kampung WR04 dan untuk Indonesia.


Rating
0 Comments
By Fitri Cook-Bomer




1 Desember 2007
          
     “Maaf ya, aku harus meninggalkan kamu... Aku harus pergi ke luar negeri,” wanita itu mencampakkanku di tengah derasnya hujan. Aku hanya dapat memandangnya penuh tanya. “Pasti nanti kamu mendapatkan seseorang yang lebih baik dari aku, maaf...,” wanita itu berlari dan bayangnya tenggelam di derasnya hujan.
          Aku kebasahan. Aku coba pandang langit, tapi tak bisa. Hujan terus membasahi mataku. Membasahi tubuhku. Tapi hujan tak dapat menghapus luka di hatiku. Lagi-lagi aku dicampakkan.

***

5 Desember 2007
          
         Aku melangkah tanpa tujuan. Lapar datang menghampiriku. Semenjak aku dicampakkan lagi, aku tak makan dengan porsi utuh. Hanya sisa dari orang-orang rumah. Tengah meratapi diri yang kelaparan, tiba-tiba tercium aroma sate ayam. Menggoda. Aku mencari dimana sumber aroma itu. Hingga akhirnya langkahku terhenti di depan sebuah rumah makan. Aroma sate ayam itu semakin jelas dan membuat air liurku menetes. Aku kelaparan. Aku memasuki rumah makan itu.
          Tapi, aku malah diusir! Si pemilik rumah makan itu tidak menyukai kedatanganku. Terpaksa aku keluar lagi dari rumah makan itu. Aku terduduk di depannya. Mencoba mengatasi laparku dengan aroma sate ayam yang hanya dapat kucium.
          “Kamu lapar ya?” tiba-tiba seseorang muncul dari dalam rumah makan itu. Seorang gadis remaja, dia memandangku penuh belas kasihan. “Ini untuk kamu...,” gadis itu menyerahkan beberapa batang sate ayam yang baru matang.
           Aku memandang sebatang sate itu penuh nafsu, ingin ku melahapnya. Gadis itu duduk di hadapanku, dipisahnya daging ayam dari tusuk satenya. Lalu diberikannya daging-daging hangat itu padaku. Aku langsung melahapnya. Nikmat. Perutku perlahan terdiam, tak meraung-raung lagi.
          “Kamu sangat kelaparan ya?” ujar gadis itu sambil tersenyum memandangku. Dia terus menungguiku makan hingga selesai.
           Beberapa saat kemudian, sate pemberian gadis itu habis untuk perutku. “Kamu ikut ke rumahku ya, bagaimana?” tawar gadis itu sambil tersenyum. Tanpa kujawab, gadis itu langsung menarikku entah kemana yang merupakan rumahnya.

***

Rating
0 Comments
Bismillahirahmanirahim

Teman…. Banyak sekali kejutan di dunia maya, bukan sedikit para artis bisa terkenal ke seluruh Indonesia bahkan Internasional melalui dunia maya. Di era berkembangnya komunikasi virtual dan jejaring sosial, yang saya sebut dunia maya ini. Virus pun dapat menyebar cepat dengan menyalahgunakan pertemanan dan kepercayaan. Tak usah mencari contoh jauh-jauh karena saya sendiri pernah mengalami menjadi korban di dunia maya.

Baiklah tidak perlu panjang lebar. Dunia maya adalah segalanya untuk sebagian orang termasuk saya. Untuk itu, saya pribadi akan mengadakan lomba menulis yang bertemakan ‘Dunia Maya’. Seberapa pentingkah dunia maya untuk teman semua…? Dampak apa yang didapat di dunia nyata akibat dunia maya. Atau teman-teman punya pengalaman menarik di dunia maya entah itu pengalaman sedih sampai mengharu biru, kesal karena ditipu, lucu, inspiratif, menemukan jodoh di dunia maya, buruan tulis kisah teman-teman untuk diikutkan lomba ini.



SYARAT-SYARAT LOMBA :

Rating
0 Comments
By: Muhammad Arif Budiman



Semenjak aku ditugaskan untuk mengajar mata pelajaran kesenian, aku telah mencium bakatnya. Ia berbeda dengan teman-temannya. Anak laki-laki itu teramat istimewa bagiku karena ia hanya memiliki satu buah telapak tangan yaitu bagian kanan. Alfat kerap kali menggambar manusia kelelawar dalam setiap gambarnya. Pernah suatu pagi ketika pelajaran menggambar, aku bertanya dengan nada basa-basi.
“Alfat, kamu menggambar apa, Nak?”
“Manusia kampret, Pak.” Dengan senyum lebar, ia mengatakan manusia kelalawar dengan sebutan manusia kampret. Aku pun hanya tersenyum.
Disaat imajinasi teman-temannya masih berkutat pada pemandangan alam; gunung, sungai, sawah, dan laut, ia lebih suka menggambar manusia kelelawar. Namun manusia kelelawar yang ia gambar bukanlah super hero semacam Batman seperti yang ada di tv-tv. Yang ia gambar murni tubuh manusia, hanya saja berkepala kelelawar.
Ia anak yang unik. Terkadang ketika jam istirahat tiba, ia tak pergi ke warung jajan seperti teman-temannya. Ia memilih makan makanan yang ia bawa dari rumah. Tak jarang ia membawa jambu, pisang, pepaya yang telah dipotong-potong, dan biasanya ia juga berbagi dengan teman-temannya. Ah, ia benar-benar anak yang istimewa.
Rating
0 Comments
By: Erlinda Jilly Madhan



Tectona grandis berjajar di sepanjang jalan setapak menuju sebuah dusun. Tubuh mereka yang besar dan lurus dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40 meter. Mungkin karena itu aku kurang menyukai bermain-main di sana, terlalu tinggi. Seperti kata manusia, sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga. Sebenarnya akulah tupai terbodoh, aku takut ketinggian sehingga perumpamaan manusia itu menjadi nyata.

Daun-daun kering berhamburan tertiup oleh angin. Aku masih duduk termenung di dahan pohon rengas. Di seberangku, ada sebuah dusun kecil, Pagar Jati namanya. Aku sangat menikmati pemandangan di hadapanku, perahu warga dusun yang hilir mudik dari talang ke dusun atau dari dusun ke talang. Ini adalah panorama khas sungai Benakat yang melingkar di sepanjang dusun Pagar Jati di siang hari. Beberapa kerbau berendam di bagian sungai yang landai, berpasir putih seperti pantai dan surut tanpa takut ada buaya yang melahap mereka.

Menurut mitologi para tetuah dusun, setiap tahunnya akan muncul kuda nil yang mereka sebut gajah mine di bawah pohon rengas tempat aku bernaung ini. Itu pertanda akan ada seseorang yang meninggal karena dilahap buaya putih. Meskipun itu hanya mitos, semua warga mempercayainya karena hal itu sering terjadi.

Bila sore hari, aku bisa melihat sekelompok gadis dusun yang turun ke bong untuk mandi. Bong adalah tempat mandi sekaligus toilet yang mirip rakit terbuat dari papan dan diikat dengan tali tambang ke sebuah pohon di tepi sungai. Bong ini akan hanyut ke tengah sungai bila air sungai sedang deras. Maka akan berteriaklah para gadis itu. Lalu, seseorang dari mereka memberanikan diri menarik tali tambang hingga kembali mendekati tangga.
Siang yang terik ini terasa sangat sejuk dengan hembusan semilir angin sungai. Beberapa tangkai buah rambutan seolah ingin melepaskan diri dari rantingnya, terombang-ambing oleh tiupan angin.


Rating
0 Comments
By. Petra Shandi 


Seorang spesialis Cerita Cinta dari kampung kami tercinta WR04.

Semakin hari aku semakin terbenam dalam pekerjaan. Proyek besar ini benar-benar menyita waktuku. Baguslah,hingga aku tidak banyak berfikir macam-macam terutama tentang  Carla. Bukannya aku tidak mau memikirkannya , tapi aku sudah serahkan semuanya pada yang diatas. Biarlah kami bertemu kembali di kehidupan lain.
            “Bi, katanya kamu tau banyak tentang bunga ya?” ujar Danny. Hm.. tahu darimana dia?
“Sedikit sih..kenapa?”
“Itu si Dini, dia ditugaskan buat dekorasi ruangan untuk acara Launching.”
“Aduh, saya gak hapal Outlet bunga yang bagus di Jakarta.” Masa aku harus nelpon Marie?
            Dan pembicaraan pun berhenti sampai disana. Ingat bunga ingat Cattelya, ingat Cattelya ingat Carla. Dulu aku pernah memberikan satu pot Cattleya padanya. Masih kah dia memeliharanya? Aku tersenyum kecil sambil berlalu.
            Sore ini aku sengaja pulang cepat. Numpung pekerjaan  kelar sebaiknya aku segera sampai di rumah sebelum macet menimpa. Sengaja aku ambil jalur lain. Jalan ini lebih sepi dibanding jalur yang biasa aku pakai, hanya saja butuh waktu lama untuk tiba ke rumah. Tapi, tidak apa-apa aku menikmati perjalanan ini. Angin sepoi-sepoi yang membelai wajahku sore ini membuatku nyaman luar biasa.
            Aku nikmati setiap belaian sejuk dengan sinar khas sore hari. Memasuki komplek pertokoan kecil dengan berbagai nama yang terpajang di reklame. Sore yang tepat untuk jalan-jalan santai, kalau saja aku tidak bawa kendaraan, rasanya ingin berjalan di sepanjang  ruas jalan ini. 
            Tiba- tiba ada satu toko yang menarik perhatianku. Terpasang suatu nama di reklame CATTELYA. Hm.. nama yang indah. Penasaran? Tentu saja. Mobilku menepi dan segera kuhampiri toko mungil itu. Outlet Bunga? Akhirnya aku menemukannya. Kini aku bisa kembali menyalurkan hobiku di sini.
            Aku Memasuki Cattelya, aroma bunga segar terasa sekali di hidungku. Berbagai jenis bunga cantik berwarna warni menghiasi setiap sudut ruangan. Kulihat beberapa wanita cantik tengah santai melayani pengunjung khas dengan celemek yang terpakai di badannya.  
Rating
0 Comments
By: Petra Shandi


Seorang spesialis Cerita Cinta dari kampung kami tercinta WR04.

Aku kembali ke Jakarta menyisakan tanda tanya tentang Carla. Dimana Carla sekarang? Lalu bagaimana dengan nasib Surya? Lalu rumah itu? Ahh,  tak satupun aku tidak bisa menjawabnya.   Walaupun aku sudah merelakan perpisahan ini, tapi rasa penasaranku tentang gadis itu masih tersimpan di hati. Tuhan, pertemukan lagi aku dengan Carla. Walau hanya sekedar say helo , yang penting aku tahu dia baik-baik saja.

Aduh aku lupa bertanya ke Marie soal Outletnya yang baru saja dibuka disini.   Nanti sajalah aku telepon dia.

Saat ini aku tengah sibuk dengan proyek pembangunan Apartement mewah di pusat kota.   Dengan bantuan tenaga profesional dari berbagai belahan  dunia kuharap proyek ini akan berjalan dengan baik dan tepat waktu.   Kudengar ada seorang pengusaha yang menanam investasi  sangat besar di proyek ini, sampai sekarang aku belum mengetahuinya. Hari ini juga aku kembali ke kantor.    Mereka sedang menungguku di ruang meeting,ada meeting dadakan rupanya. 
            "Selamat Siang, maaf saya terlambat.” Kataku seraya mengambil kursi untuk aku duduki.
            "Ok, semua sudah kumpul, Mari kita mulai meeting kita hari ini.” Danny rekan kerjaku memimpin jalannya meeting kami.
Aku menyimak, ternyata agenda meeting kali ini mengenai pertemuan  dengan para Investor yang ikut andil dengan proyek Apartement  kami. Hm.. bisa dibayangkan, pasti akan rumit.Tapi ah sudahlah, ada Danny, dia lebih senior dariku. Dia pasti bisa mengatasi itu semua. 
Rating
0 Comments
By: Petra Shandi


Sepertinya sudah cukup. Penantian ini lama-lama membuatku semakin tidak berdaya.   Sudah saatnya aku menyerah dan tidak memikirkannya lagi.  Hampir dua bulan berada di taman ini setiap malam membuatku gila juga, namun perempuan yang aku harapkan tidak kunjung tiba.  Carla mungkin sudah bahagia dengan Surya, dan itu sepertinya sudah menjadi garis takdirnya. Aku tidak bisa terus-menerus menyalahkannya. Kini, sudah saatnya aku mencari kebahagiaanku sendiri.
            Aku berjalan menyusuri  kawasan perumahan elit di kotaku. Ingin sekali melihat rumah impian Carla  yang berhasil aku bangun 3 bulan yang lalu. Pak Surya sangat puas dengan desainku dan tentu saja aku pun  puas, karena jauh dalam hati aku mempersembahkan rumah ini khusus untuk Carla, yang pada akhirnya Pak Surya lah yang lebih mampu mewujudkan rumah impian ini menjadi sebuah rumah yang nyata.
Rumah ini telah diisi dengan dengan segala furniture mewah oleh sang pemilik. Tinggal menunggu waktu saja tepatnya bulan depan saat mereka sah menjadi suami istri. Kartu undangan belum aku terima, namun aku yakin Pak Surya pasti mengundangku. Tuhan, kuatkah aku menahan semua kesedihan ini?
Rating
0 Comments
By: Petra Shandi


Perjalanan cinta kami sudah memasuki bulan pertama. Hm, semuanya terasa baik-baik saja. Setidaknya ada semangat dalam diriku. Rasanya ingin berbuat sesuatu, tentu saja demi kekasihku itu. Akhir-akhir ini Carla tampak sibuk dengan pekerjaannya, setiap minggu pasti ada sehari atau dua hari berangkat ke Jakarta untuk urusan pekerjaan.  Tapi, ya sudahlah, aku tidak mau menghambat karirnya. Kondisinya sama dengan aku di sini, aku sibuk sekali dengan proyek rumah impian Pak Surya. Butuh konsentrasi penuh untuk menjalani proyek ini.
            " Ryan, gue kadang heran kenapa ya akhir-akhir ini pak Surya jarang sekali menemui kita? yang datang pasti assistennya terus." Aku membuka percakapan di sela-sela jam istirahat kami.
" Yah elu tau lah. Pak Surya kan orang sibuk, bukan masalah ini saja yang dia urus," katanya dengan mulut penuh makanan, "Lagian dia kan mau siap-siap merit, mungkin waktunya tersita buat itu," tambahnya.
Aku hanya mengangguk tanda mengerti.  Hanya saja tanpa ada Pak Surya, sulit sekali aku untuk mengkonsultasikan segala sesuatunya.  Khawatir semua yang aku buat ternyata tidak seperti yang dia harapkan.
            "Hari ini kita jadi ke lokasi?" tanyaku.
"Iyalah, mandornya tadi bilang katanya ada beberapa bahan yang habis."
"Ok." Jawabku.
            Aku dan Ryan sudah berada di lokasi bangunan, lumayan lah sudah 50% pekerjaan dibereskan, sepertinya tidak ada masalah dengan para tukang bangunan. Iyalah aku memilih para pegawai yang benar benar paham  masalah konstruksi.  
Seperti biasa aku mengelilingi seluruh bagian di bangunan itu berharap tidak ada celah yang terlewat.
"Kang, nggak ada masalah kan?" tanyaku ke si mandor.
"Beres boss...!" lelaki itu mengacungkan jempol.
Yah baguslah, semoga saja proyek ini bisa beres tepat waktu. Sebentar lagi rumah imajinasi Carla akan segera terwujud.  


Rating
0 Comments
By: Petra Shandi



Beberapa hari ini aku semakin lengket saja dengan Carla.  Walaupun aku belum menyatakan padanya secara nyata perasaan ini, tapi perilakuku sudah menggambarkan betapa aku ada rasa padanya. Carla pun sepertinya demikian. Bukannya aku kepedean, yang mulai cerita ini siapa coba? Yah Carla sendiri. Dia yang mengajak aku kencan waktu itu, selain itu dia datang ke kantor di sela-sela waktu istirahatnya. Pokoknya terlihatlah dari tingkah lakunya dia pun menyukaiku. Mungkin Carla pun menanti saatnya aku tembak, hanya saja aku masih belum percaya diri. Harus mencari waktu yang tepat untuk menyatakan perasaanku.

Siang ini aku iseng main ke Bank, yah sekedar say helo padanya. Ingin tahu bagaimana kelakuannya saat melayani nasabah.
"Selamat siang, saya Carla ada yang bisa saya bantu.." Ini bukan seperti Carla, perempuan di depanku benar-benar seorang perempuan. Anggun dan menawan. Aku terus memandangnya..
"Apaan sih..? Ada sesuatu ya diwajahku?" katanya
"Kamu beda sekali ya saat bicara sama aku  dengan waktu melayani nasabah," komentarku.
"Bedanya..?"
"Anggun..."
"Wueekss.." Carla hanya menjulurkan lidahnya meledekku. Nah seperti ini Carla yang kukenal.
            "Tumben kamu main kesini.." katanya" Kangen ya?" gadis itu tertawa.
"Haa?? Kangen?" aku pura-pura menyangkal. "No .. no.. no." Kataku sambil menggoyangkan telunjukku di depan mukanya meniru gayanya.
"Pingin tahu saja kegiatan kamu di sini." Komentarku.
"Ih.. gak ada kerjaan amat? Emang gak bikin rumah-rumahan lagi?" Aku tertawa.
"Aku baru dapat proyek baru nih.." kataku.
"Oya? selamat!" Carla menyalamiku, ini karena kamu, fikirku dalam hati.

"Sore ada waktu?"  Tiba tiba saja aku ingat sesuatu.
"Hm.. kenapa emangnya? " tanyanya, sesaat kemudian dia memandangku nakal.  " Mau ajak jalan ya?"
Ya Tuhan.. kenapa sih dia selalu mendahului setiap kata yang mau kuucapkan.
"Mau? " tanyaku, Carla menganggukan kepalanya.
"Emang kamu mau ajak aku kemana? "  perempuan itu mulai penasaran.
"Rahasia," bisikku. "Kamu dandan aja yang cakep aku gak mau gandengan sama cewek yang gayanya urakan," candaku.
"Halah... kayak mau jalan sama siapa aja.  Modalin dong aku buat ke salon." Aku hanya tertawa.

Sore ini kami mengunjungi Outlet toko bunga langgananku. Rencananya aku mau hadiahkan dia bunga Cattleya yang sempat kujanjikan tempo hari. Marie, perempuan setengah bule pemilik outlet itu menyambutku.
“Hi, dear... kemana saja? " katanya ramah, aku tersenyum manis.
"Ada kok, cuma sibuk saja di kantor." Marie sempat memperhatikan Carla.
"Wow, Who`s that girl honey?" Carla terlihat salah tingkah.
"Marie kenalkan, ini temanku  Carla."
"Your Girl friend? Oh no! Sejak kapan kamu melirik perempuan lain selain saya?"
"Bukan... ini teman biasa." Sanggahku. Marie hanya tersenyum melihat reaksiku.
"Tidak lama lagi she`s will be yours." Bisiknya, ah Marie semoga saja ucapanmu benar.

Kami memilih-milih beragam bunga di sana. engan lagak sok tahu aku menjelaskan setiap jenis bunga-bunga yang kuperlihatkan. Hebatnya Carla memperhatikan dengan serius semua penjelasanku, rupanya dia pun tertarik dengan bunga.
Setelah memilih beragam bunga, Carla memilih satu jenis Anggrek Cattleya Nobilis Natalia. Hm, pilihan yang bagus. Berwarna putih sederhana namun terlihat paling indah karena tidak terlalu mencolok. Mungkin karena hanya memiliki satu warna dan itupun putih jadinya terlihat bersahaja.
"Yang ini?" aku mengernyitkan dahi, Carla menganggukan kepala.
Kupikir dia akan memilih jenis lain yang berwarna lebih berani dan mencolok, seperti jenis Green Emerald mungkin. Tapi ya sudahlah, dia sudah menetapkan pilihannya.
"Kenapa kamu gak pilih yang lain? Yang warnanya lebih bagus? Anggrek itu semakin berwarna semakin menarik buat dilihat loh," akhirnya aku penasaran juga.
"Aku suka yang sesuatu yang sederhana, namun enak dilihat."
Aku manut-manut sambil berfikir rupanya dia suka rumah model tradisional pun karena dasarnya dia suka sesuatu yang sederhana.

Kami setelah mneinggalkan Outlet Marie kami sempatkan duduk santai di Taman Cattleya sekedar melemaskan otot kaki. 
"Makasih ya Bi, aku suka bunganya." Aku tersenyum.
"Inget dirawat baik baik.” Carla tersenyum manis, oh Tuhan indah sekali senyumannya. 
Entah berapa lama aku menatapnya hingga akhirnya aku mengatakan sesuatu.
"Carla , aku jatuh cinta sama kamu." Sial... mulutku tidak bisa diajak kompromi. Akhirnya kami berdua terdiam ... saling pandang. Oh Tuhan, apa yang akan terjadi? Carla tersenyum.
"Apa yang kamu lihat dari  aku Bi? " Aku menundukan kepala sambil berfikir sejenak.
"Kamu perempuan sederhana, cantik, apa adanya. Entahlah Carla. Aku bukan jenis lelaki yang pandai merayu. Aku cuma suka kamu, jatuh cinta sama kamu. Tidak perlu alasan seseorang buat jatuh cinta. Betul kan?"
Carla menganggukan kepalanya.
" Begitupun aku Bi... aku jatuh cinta saat pertama kamu tawari Juice orange waktu itu.  Aku sendiri tidak tahu apa yang menarik dari kamu.   Hanya saja saat dekat denganmu aku merasa nyaman dan terhibur"

Ah... terima kasih Tuhan.   Carla ternyata merasakan yang aku rasa selama ini.   Kisah kami beberapa hari ini  bukan aku  saja yang menikmati, Carla  ternyata bisa tersentuh dengan semua yang aku perbuat.   Aku mencintaimu tanpa sebab, semuanya tumbuh begitu saja dalam hati.   Tidak perlu ada alasan untuk mencintai seseorang.

Rating
0 Comments
By: Petra Shandi


Pagi yang indah.   Aku bersemangat sekali berangkat kerja hari ini.  Ada perasaan senang, bangga, puas, terkait dengan kesuksesan kami di Proyek Taman Cattelya. Aku yakin dengan banyaknya orang penting yang hadir kemarin akan berpengaruh ke perusahaan kami. Yah, semoga saja proyek baru  bernilai lebih besar akan kami dapatkan.
Aku sudah tiba di depan kantor, tak sengaja aku memandang Gedung Bank Mulya tepat di seberangku. Beberapa saat senyumku berkembang, ingat kencan dadakan kami semalam. Kira-kira Carla mengingatku tidak ya pagi ini? Atau aku telepon  saja? Tapi... Sial! Aku lupa minta no teleponnya.
Di Kantor suasana riuh sekali, banyak rekan kerja yang menyalamiku.
            "Bi...selamat ya?"
"Wei... jadi nih nanti malam kita makan makan."
"Bi .. ntar gue mau bikin rumah elu yang desain ya?” Dan banyak kata kata sambutan lainnya  saat aku memasuki ruangan. Aku tersenyum..
"Loh, ini kan hasil kerja keras kita. Bukan gue sendirian." Kataku.
Senangnya, semoga setiap hari suasana kantorku seriang ini. Tidak seperti beberapa bulan yang lalu, proyek Taman Cattelya buat kami seperti workaholic.
            Ryan memasuki ruanganku dia memandangku penuh kecurigaan
"Semalam kemana aja lu?" katanya, aku hanya tersenyum  tak menjawab pertanyaannya, biar saja dia bertanya-tanya sendiri.  "Lu ada kencan ya?" Senyumku semakin melebar. "Aaahh... sialan lu!" Lelaki itu tertawa..." Elu enak enakan, lah gue pusing setengah mati di Taman Cattelya cari-cari elu.."
"Alah, lu sendiri bisa atasi, ngapain juga nyari-nyari gue." Kataku sambil meyiapkan kopiku dekat dispenser. "Lagian ini kan proyek kantor, bukan proyek pribadi."
Tidak sengaja tatapanku tertuju ke jendela yang menghadap langsung ke arah gedung Bank Mulya.  Kembali aku tertegun.
"Wei.. itu bukan air panas, salah!" Aku tersadar...
" Ooops.." aku  ganti posisi cangkir kopiku ke bagian air panas.
"Kenapa sih elu? Kayak ada pikiran gitu?" aku tersenyum pada diriku sendiri.
"Elu tau gak kemarin gue jalan sama siapa?" Ryan menggelengkan kepala.
"Namanya Carla gue gak sengaja ketemu dia di acara kemarin," terangku.
"Terus?"
"Ya, kita akhirnya jalan, ,mkan  sama nonton." Ryan tertawa.
"Gila, jadi itu alasan elu ngilang kemarin? sialan lu!"
"Dia kerja di sebelah," kataku.
"Dimana? di Bank Mulya?" Aku mengangguk lalu menyeruput kopi ku.
"Wah dekat dong, jam istirahat suruh maen kesini gitu?" Aku menggeleng.
"Itu dia masalahnya, gue lupa minta nomor Handphone nya" Aku nyengir kuda.
"Haduuhh... bisa ya? Padahal menanyakan no telepon itu hal yg biasa, kok elu bisa lupa sih?"
"Elu gak tau sih gimana kondisinya kemaren. Boro-boro nanyain no Handphone gue aja kelimpungan nurutin maunya tuh cewek." Ryan menatap heran pertanda tidak mengerti. "Yah pokoknya tuh cewek unik, gak biasa, antara nyenengin dan jengkelin," aku tertawa. "Sedikit Hyper.." bisikku.
"Haa.. wow cewek kayak gitu bagus tuh di ranjang.." Ryan semakin antusias
Haduh mulai gak nyambung pembicaraan kami, aku bergegas meninggalkan ruanganku, biar  saja dia berceloteh sendirian.
Rating
0 Comments

By: Petra Shandi

Tengah hari yang terik, akhirnya aku dan Carla menemukan sebuah Cafe yang sepertinya menarik. Pada awalnya aku menolak ajakannya masuk ke Cafe itu dengan alasan yang sederhana, kelihatan mahal!. Ah.. dasar Carla, perempuan hyperaktif itu malah mendorongku memaksa masuk kesana. 
            Saat memasuki Cafe itu suasana nyaman memang tercipta, dengan konsep tradisional dipadu modern. Kursi dan meja dihiasi ukiran jawa, penerangan yang cukup, dinding dinding dihiasi lukisan lukisan indah yang rata rata memperlihatkan keindahan pemandangan indonesia. 
            "Carla.. ngapain kita ke sini?? balik lagi ah.." kataku lalu beranjak dari kursi
Namun Carla memegang lenganku.
"Eit, mau kemana? Tadi katanya ngajak kencan? Aku gak mau loh nongkrong di sembarang tempat."
"Haa?? kencan?? yeee, aku tuh sengaja ajak keluar biar kita gak sama sama gosong tinggal di sana." terangku. “Ngerti ???" aku tekan jidat perempuan itu gemas.
Perempuan itu hanya tersenyum geli.
"Gak mahal kok di sini," katanya, "beneran!" tegasnya, seolah olah dia tahu kecemasan apa yg kurasakan saat memasuki Cafe mewah ini.
"Ya sudahlah aku nyerah." Aku kembali duduk ke kursi semula.
Perempuan itu hanya ketawa kecil sambil menutup bibirnya. 
Dan aku hanya tediam menyaksikan pemandangan indah di hadapanku.   Carla manis, murah senyum dan sederhana. Aku yakin banyak orang suka berada di dekatnya.
            Minuman dan makanan kecil akhirnya sudah disajikan, dan kami mulai menikmati makanan khas di Cafe itu.
"Menurut kamu Taman Cattleya bagus gak? " aku membuka percakapan.
"Nope." jawabnya mantap sambil memasukan potongan Cake Tiramisu ke mulutnya, lalu tersenyum lebar.
"Kenapa? mau banggain diri ya?" perempuan itu tertawa.
Aku mengeryitkan dahi, "Loh, kamu tau ya?" Carla menganggukan kepala.
"Tahu lah, sepanjang acara nama kamu selalu disebut, dan keliatan sibuk nerima ucapan selamat dari orang orang." Terangnya. Sialan, aku dimainkan perempuan ini, tapi aku hanya tersenyum malu.
"Jadi  bagus gak taman itu?" masih aku menanyakan hal yang sama. Perempuan itu hanya menggelengkan kepala.
"Iya iya bagus! Bawel amat!" katanya.
"Iya dong, aku butuh pengakuan dari orang-orang sekitarku," belaku.
Perempuan itu mengacungkan jempolnya padaku.
"Nice, aku suka kok, apalagi bunga bunganya." Katanya sungguh-sungguh, "Sempet mau curi satu kuntum, eh diliatin sama petugas. Gak jadi deh.."  Aau mengangguk angguk.
"Nanti ya kapan kapan aku kasih satu pot bunga Cattleya. "Carla hanya tersenyum. "Tapi inget, dirawat baik baik ya!"